THE DAY WE MET

53 6 17
                                    

Sudah lima menit berlalu, gadis kecil itu hanya menunduk bosan di pinggir Sungai Han. Sembari mengayunkan kedua kakinya dan melihat genangan air sungai Han yang jernih dan bergelombang kecil. Sesekali pula gadis itu melihat arloji kecilnya yang terpasang di tangan mungilnya.

Cuaca di Korea sekarang adalah petang. Jika kalian berada di Sungai Han sembari menikmati pemandangan petang yang berwarna Orange bercampur Merah itu, aku akui kalian akan cepat jatuh cinta pada objek disana.

Sebenarnya, gadis itu sehabis pulang dari kelas tambahannya. Dia tidak mau pulang-maksudnya belum mau pulang, ia masih ingin melihat suasana ramai nya Korea Selatan.

"Hey kamu! Dasar anak orang miskin!!"

Gadis kecil itu segera menoleh ke asal suara. Bukan, bukan dirinya yang diejek melainkan seorang anak laki-laki yang tengah menunduk pasrah di hadapan kedua anak laki-laki lain yang sedang mengejeknya habis-habisan.

Samar-samar gadis kecil itu menggeram kecil dan mengepal tangannya sekuat mungkin. Dia tidak diam, gadis itu segera menuju ke arah anak laki-laki itu. Niatnya ingin membalas kembali ejekan mereka dengan mulut pedasnya.

"Hei! Apa-apaan kalian?! Tidakkah kasihan melihat dirinya yang kalian ejek seenaknya hah?!" Balas gadis itu yang maju satu langkah untuk melindungi anak laki-laki yang mungkin sekarang dia tengah menangis

"Siapa kau? Tidak perlu ikut campur!" ucap salah satu dari mereka berdua

Sepertinya mereka baru saja pulang dari sekolahnya, tanpa diketahui kedua anak laki-laki itu gadis tersebut samar-samar melihat name tag yang tertera di pakaian anak itu. 'Lee Haechan' dan 'Huang Renjun'.

"dia memang anak orang miskin! Tidak memiliki apa-apa!" Teriak Haechan dengan senyumnya yang menyebalkan

"Memangnya kenapa jika dia miskin?! Apa urusannya bagi kalian?! Jika kalian tidak menyukai dia cukup diam saja jangan sampai mengejeknya seperti ini!! Kalian memang tidak punya malu" Lawan gadis itu dengan suara nyaring nya

Jujur, gadis itu sekarang tengah merasakan bagaimana berada di posisi anak laki-laki yang sedang diejek oleh temannya sendiri. Dia tidak tega, bahkan sangat tidak tega.

"Sudah jangan bertengkar disini" lirih anak laki-laki yang berada di belakang gadis itu

"dasar gadis pengganggu! Ayo kita pergi Haechan" ucap Renjun tidak lupa memberikan tatapan sinis untukku dan laki-laki di belakangku

Aku sudah tidak peduli lagi dengan kepergian anak laki-laki tersebut-Lee Haechan dan Huang Renjun- yang sombong itu.

"Kau tidak apa-apa kan? Kenapa kau diam saja tadi! Bodoh sekali dirimu ini" ucapku sambil menatapnya khawatir

"kamu kenapa menolongku? Aku tidak apa-apa.." lirih nya

Bukannya menjawab, anak laki-laki tersebut malah bertanya kembali kepada gadis kecil itu. Hei, apa-apaan pertanyaan semacam itu?

"kau ini-! Ah sudahlah, ngomong-ngomong siapa namamu?" tanyaku datar menatap ujung sepatunya

Gadis itu tahu bahwa anak laki-laki di hadapannya ini adalah anak yang kurang mampu, ia tahu. Gadis itu tahu dengan melihat penampilannya saja sudah tertebak. Maksudnya bukan mengejek atau apa, tapi apa yang dilihat gadis itu benar adanya.

THE DAY WE MET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang