malam semakin larut tapi feri tak dapat memejamkan matanya, kejadian tadi siang silih berganti mengganggu pikirannya, berulangkali dia bangkit dari tempat tidurnya duduk dan kemudian berbaring lagi, yang terakhir dia bangkit menuju dapur berharap segelas air mampu meredakan kegelisahannya. namun ketika sedang menuangkan air digelas, tiba-tiba bunda datang
"belum tidur fer" suara bunda terdengar serak karena baru bangun tidur
"aku ngebangunin bunda ya?" tanya feri
"ngga, bunda mau tahajud" jawab bunda sambil berjalan ke kamar mandi
feri seketika tertegun... feri merasa tersindir, mungkin inilah yang harus dia lakukan, pikirnya.
tak lama berselang ia segera berwudhu, dan solat sunat dua rakaat. masih mengenakan sarung dia menghampiri kamar bunda di bukanya perlahan pintu kamar, terlihat bunda sedang duduk melipat mukena diatas sajadahnya.
"bun..." suara feri pelan
"ada apa fer? kamu lapar?" tanya ibu seraya menoleh
"ngga aku pengen ngobrol, bunda ngantuk ngga?"
bunda tersenyum, seraya menggeleng dan memanggil putranya duduk dihadapannya.
"ada apa?"
"bun...anu...mmm... dulu waktu ayah melamar bunda, kakek bilang apa?" feri tampak malu untuk bertanya
"tengah malem gini, kok nanya itu sih?" jawab ibu heran
"pengen tau aja..."
"hmm... kakek waktu itu sudah cukup kenal sama ayah, karena sering datang kerumah. jadi kakek setuju aja waktu ayah ngelamar bunda, " ibu tersenyum
"oooh..." feri mengusap tengkuknya
bunda memandang feri penuh perhatian,
"fer...kamu serius ya mau sama Hafsah?" tanya bunda
"iya bun" jawab feri mantap
"bunda setuju siapapun pilihan kamu, karena bunda yakin kamu ga akan salah pilih. Tapi Hafsahnya mau ga sama kamu?"
"hehehe... insyaallah mau bun, anak bunda cakep gini masa ga mau" feri mencoba menggoda bunda.
"dasar...jd kapan kita kerumahnya? keburu dilamar orang lo..." ibu balas menggoda
feri tampak menghela nafas Panjang...
"masalahnya... feri ga PD ketemu papanya bun"
"lha... kok gitu, anak bunda kurang apa coba? baik, tampan, kerjaan mapan... kok kamu ga PD?"
" feri ngerasa kurang ilmu bun... ilmu agama" feri menatap bundanya seraya tersenyum kecut
bunda menghela nafas... sambil menggenggam tangan putra kesayangannya itu
"fer... bunda paham, tapi seperti yang kamu bilang waktu itu Hafsah punya kelebihan yang akan melengkapi kekurangan kamu, pernikahan itu adalah pelajaran yang Panjang... baik istri atau suami akan sama-sama belajar dan menjadi lebih baik setiap harinya" ibu coba memberi semangat
feri terdiam dan mencerna setiap ucapan bunda dengan baik, semangat dari bunda seperti vitamin yang membuat hati dan pikiran feri kembali tenang.
***
keesokan harinya ketika feri solat di masjid, dia melihat Abdi, setelah selesai solat feri mendekatinya, awalnya Abdi tak mengenalinya namun feri mengingatkannya. dengan sedikit ragu feri mengajak abdi untuk mengobrol di beranda masjid, semula obrolan mereka terkesan basa basi, suasana sebenarnya sedikit canggung mengingat mereka belum pernah saling mengenal, sampai obrolan mereka membahas Hafsah, abdi sepertinya sudah curiga pada feri. abdi merasa feri bukan hanya teman SMA hafsah saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati
SpiritualSiapa yang ingin menjadi yang kedua? apalagi jika kamu bisa memilih untuk menjadi yang pertama... bahkan jadi satu satunya. tapi bagaimana jika hatimu lebih pengalah dari akalmu? hatimu lebih lemah dari egomu? hatimu lebih memilih sakit dari pada p...