Kesempatan.
Suasana di toilet pria itu sedang sepi, hanya ada mereka berdua. Sunoo harus bisa mengobrol dengan Sunghoon sekarang juga.
"Ehm, Sunghoon hyung," panggilnya malu-malu.
Sunghoon yang sedang cuci tangan, hanya menoleh sekilas padanya. "Ya? Ada apa?"
Dijawab begitu saja rasanya Sunoo sudah melayang hingga langit kesembilan. Sampai senyumnya saja tidak bisa ditahan lagi.
"Hyung, kau tinggal di distrik lima ya?"
"Iya. Kenapa?"
"A-aku juga tinggal di sana. Searah ya kita haha."
Sunghoon hanya merespon dengan tawa yang terdengar... fake? Tapi Sunoo mana peka, sudah terlanjur baper duluan dia.
"Ehm ... Hyung, misalnya nanti aku nebeng pulangnya boleh tidak? Biar sekalian, kan searah."
"Ah ... bagaimana ya? Hari ini aku sudah ada janji dengan Jake."
Sunoo menggaruk tengkuknya kikuk. "Eh iya kah? Hyung dan Jake hyung ada belajar bersama ya?"
Sunghoon menggeleng. "Mau kencan. Mumpung ada waktu, susah kalau nanti, sebentar lagi mau ujian juga."
Senyum Sunoo mendadak luruh. Tapi itu hanya bertahan sebentar saja, karena setelah itu senyumnya terbit lagi, tentunya dengan sorot mata yang berbeda.
"Wah, kalian apa pacaran?"
Sunghoon menoleh padanya, sambil tersenyum penuh arti. Itu senyum paling tulus yang pernah Sunoo lihat dari Sunghoon, sampai membuat kupu-kupu beterbangan di perutnya. Namun sayang sekali...
"Iya, aku dan Jake berpacaran. Hampir setahun sudah, mungkin kau tidak diberitahu Jake ya?"
Ternyata sepupunya, Jake, sudah duluan memikat hati crushnya ini. Yah, Sunoo kalah cepat.
"Ah begitu? Aish, Jake hyung tidak ada bilang-bilang padaku, padahal aku sepupunya."
Untungnya bel sudah berbunyi duluan, sehingga Sunoo bisa kabur dari momen memalukan itu. Dia malu sekali sudah mendekati Sunghoon dengan sok dekat begitu, demi mendengarkan kabar mengejutkan tadi.
Dan di sinilah Sunoo sekarang. Ngenes. Melamun di halte sendirian padahal tidak sedang menunggu bus. Dia mana berani naik bus sendirian, biasanya dia diantar jemput tapi untuk hari ini tidak dijemput karena dia yang minta sendiri.
Sekarang dia hopeless. Duduk di halte sambil memeluk ranselnya. Mengutuk kebodohannya yang sudah pede selangit Sunghoon akan mau pulang bersamanya. Halah, Sunoo goblok.
Ada mungkin 3 jam Sunoo di sana merungkut seperti bocah yang tidak punya harapan hidup. Sampai akhirnya terdengar suara motor berhenti di depannya. Sunoo awalnya acuh, dia masih mengutuk dirinya sendiri perkara tadi. Hingga orang itu kesal sendiri dan menimpuk kepala Sunoo dengan ponsel di tangannya.
"Akh! Apaan sih? Sakit tau--loh? Niki?"
"Kutelpon berkali-kali kenapa tidak diangkat, hah? Bikin khawatir saja kau ini kerjaannya."
"Hah? Kau menelponku?"
"Iya! Cek hapemu sendiri sana."
Sunoo yang masih tidak percaya, lantas mengambil ponselnya dari dalam tas. Eh iya benar Niki terus meneleponnya sejak tiga jam lalu. Ada mungkin 50 missed call, dengan ratusan chat yang belum terbaca dari Niki.
Aduh, Sunoo jadi merasa bersalah. Dia tersenyum canggung sambil melirik pemuda yang masih berdiri di hadapannya dengan raut kesal.
"Maaf, aku tidak mengecek hape. Lihat, hapeku juga disilent, lupa kunyalakan lagi tadi. Maaf ya Niki~"
Niki merotasikan matanya sambil menghela napas. Dia pun duduk di sebelah Sunoo, dengan lengannya yang langsung dirangkul yang lebih tua.
"Niki maaf ya~ Niki jangan marah ya, Sunoo kan tidak sengaja."
Marah sih tidak, Niki hanya sebal saja sebenarnya. Bagaimana dia mau marah kalau orangnya seimut Kim Sunoo?
"Terus kenapa masih di sini?"
Sunoo mendadak diam. Masih bermanja-manja di lengan Niki, sayangnya ekspresinya bikin kasihan.
"Ucapanmu waktu itu benar, Niki-ya," katanya tiba-tiba, membuat Niki menoleh bingung.
"Ucapan yang mana?"
"Yang ituloh, yang katamu Sunghoon hyung sudah pasti tidak menyukaiku karena dia sudah menyukai orang lain. Kau pernah bilang begitu padaku. Haha, tapi aku malah bebal dan marah-marah padamu."
Sekarang Niki tau alasan Sunoo mendadak gloomy begini. Makanya sejak tadi langitnya mendung. Lah wong mataharinya sedang sedih begini.
"Kau sudah menyatakan perasaan ke dia?"
Sunoo menggeleng. "Akutuh baru mengajak Sunghoon hyung pulang bersama, eh ternyata dia bilang mau kencan dengan pacarnya. Kau tau siapa pacarnya? Dia adalah jreng jreng jreng! Jake hyung!! Jadi crush ku berpacaran dengan sepupuku, haha. Plot twist."
Niki benar-benar tidak suka mendengar Sunoo tertawa seperti itu. Fake.
"Kalau begitu kenapa tidak segera pulang?"
"Bagaimana mau pulang? Aku sudah bilang Soobin hyung jangan jemput. Aku tidak bisa naik bus. Aku tidak berani naik taksi. Jalan kaki jauh, males."
"Kenapa tidak menghubungiku sejak tadi?"
Sunoo menggeleng sambil tersenyum. "Nanti kau kecapekan. Jarak sekolah kita kan jauh, Niki."
"Terus kau akan disini sampai malam begitu?"
"Ya tidak begitu maksudnya...."
"Sunoo-kun."
"Ne~?"
Niki pun menengadahkan tangannya. Membuat Sunoo heran sampai dia menoleh pada yang lebih muda dengan tatapan penuh tanya.
"Mau main ke game center? Kita main sepuasnya."
Sunoo pun tersenyum, manis sekali sampai matanya menyipit, dan pipinya mbemnya memunculkan semburat merah muda.
"Mau~ Niki yang traktir ya?"
Niki mengangguk sambil tersenyum.
Sunoo akhirnya menaruh tangannya di atas tangan Niki, dia tersenyum malu saat tangannya digenggam erat.
"Ayo berangkat."
End