1 (++)

59.2K 789 4
                                    

Suara desahan kenikmatan memenuhi seisi ruangan. Siapa lagi jika bukan suara dari para wanita-wanita panggilan akibat ulah Arfian Yudhistira.

"Ahh.. Ahh.. Faster.. Ahh.."

Jari-jari lihai dari tangan Arfian bermain disana hingga membuat suara gaduh.

"Ohh.. No.. Ak-aku.. Kel.. Uu.. Aa.. Arrrr.. Ahhhh.." wanita itu merasakan tubuhnya lemas hanya karena permainan jari Arfian.

Wanita itu mencoba untuk menyentuh sesuatu yang mengeras dibalik celana panjang Arfian. Namun ia menepis dan dengan acuh pria itu justru pergi dari ruangan meninggalkan beberapa lembar uang diatas meja.

"Milikku bukan milik kalian semua. Sekarang pergilah." ucap Arfian sembari keluar ruangan.

•••••

Bruukkk.. 

"Astaga Oliv, lo gapapa?" tanya Serly menghampiri tubuh seorang wanita yang terjatuh akibat ia menabrak seseorang karena tidak fokus saat berjalan.

Mereka sedang ada di depan toilet pria dan seseorang dari dalam keluar hingga wanita yang di panggil Oliv itu tak sempat mengelak.

"Maaf.. Maaf pak. Saya tidak sengaja." ucap Olivia menundukkan tatapan nya. Kemudian ia mengangkat wajahnya untuk melihat lelaki yang ia tabrak.

Deg.. 

Oliv merasa nafasnya tercekat dan tatapan nya seolah hendak menerkam lelaki di hadapan nya ini.

"Eh elo!! Ngapai lo disini? Ngikutin gue?" suara Oliv yang tadinya bersalah kini justru terdengar kesal.

"Mengapa anda sangat percaya diri, nona? Ini tempat umum. Jadi siapapun berhak untuk ada disini." ucap lelaki tersebut.

"Lo darimana? Jangan kebiasaan pake toilet umum. Gue ada rapat nanti jam 3 sore Dit. Tolong gantiin gue ya." ucap sebuah suara lelaki menghampiri mereka.

Lelaki yang ditabrak oleh Oliv adalah Aditya yang dimaksud oleh si suara bariton itu. Kali ini nafas Oliv benar-benar tertahan melihat pesona seorang pria yang berdiri di belakang Aditya.

Postur tubuh tinggi bahkan sedikit lebih tinggi dari Aditya, terlihat sempurna dibalut dengan setelan jas berwarna abu-abu, menambah kesan kharisma di wajah yang di tumbuhi oleh rambut halus memenuhi rahangnya.

Serly yang sedari tadi memperhatikan bagaimana interaksi Oliv saat bersama lelaki bernama Adit, dan juga seolah berubah kalem saat pria tampan itu muncul. Well, Adit juga termasuk pria tampan.

"Mending lo balik gih sono. Bocil ga harusnya keliaran di mall." ucap Adit pada Oliv.

"Enak aja lo ngatain bocil. Dasar om-om tua." ucap Oliv kesal. Sekilas ia melirik wajah lelaki di belakang Adit memperhatikan tanpa ekspresi.

"Ayo Ser, kita pergi aja. Udah ga mood gue." ucap Oliv beranjak pergi.

"Liv, tunggu. Kan kita mau lanjut nugas. Woe elah. Ini tugas nya bapak dosen killer woi." ucap Serly ikut kesal akibat perbuatan Oliv.

"Ntar aja." ucap Oliv berlalu.

Dengan terpaksa Serly mengikuti langkah kaki Oliv dan meninggalkan kedua pria yang sedari tadi memperhatikan mereka.

Setelah Oliv dan Serly pergi, lelaki tersebut berdehem pada Adit. Membuat Adit membalikkan badan menatap kesal. Pria itu adalah Arfian, yang sedang tersenyum smirk dengan mengangkat sebelah bibir tipis nya. Terkesan seperti mengejek Adit.

"Jadi, dia yang buat lo jadi sering melamun di kantor." ucap Arfian terkekeh sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Bukan. Enak aja lo ngomong sembarangan." balas Adit.

Arfian tertawa pelan namun masih bisa didengar oleh orang yang lewat. Mereka melirik dan berbisik-bisik saat melewati Arfian dan Adit.

Hal yang sudah lumrah terjadi saat mereka bersama yaitu menjadi pusat perhatian. Mereka berjalan meninggalkan keramaian mall menuju tempat parkir.

•••••

"Lo tadi abis ngerjain cewek lagi ya?" tanya Adit sambil memutar setir keluar dari parkiran.

Arfian hanya mengedikkan bahunya. Ia membuka sedikit kaca jendela mobil dan memantik sebuah rokok menyesap asap yang memenuhi rongga dada nya.

"Lo mau sampai kapan gitu terus, Fi?"

"Sampe gue ngerasa bosen."

Adit menghela nafas mengkhawatirkan sahabat nya yang suka bermain-main dan 'jajan' sembarangan diluar.

Adit mengira bahwa Arfian selalu berhubungan seks dengan para wanita diluaran sana. Padahal yang sebenarnya adalah Arfian sama sekali tidak pernah 'jajan' sembarangan.

Mereka menuju apartemen Adit. Arfian juga tinggal bersama nya walaupun Adit sudah berkali-kali menawarkan sebuah apartemen yang lain, namun ia menolak. Ia tidak mau repot mengurus sebuah tempat tinggal.

Rasanya lebih baik bersama Adit yang terkadang menjadi super cerewet seperti perempuan daripada hidup sendirian di apartemen lain.

*****

Sekilas Mata (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang