"Aku capek mas, antar aku pulang yah"
***
Dari kejauhan Prilly menatap Ali yang mengenakan kemeja warna merah dipadukan dengan jeans hitam tengah bersandar pada sebuah mobil Lexus LS 2020 berwarna hitam mengkilap, berarti yang tadi dikatakan Alexa adalah benar karena Prilly tahu itu adalah mobil keluaran terbaru dan dia juga yakin papanya tidak memiliki niat untuk membeli mobil baru apalagi setelah berkurangnya satu penghuni rumah lelaki itu, yaitu dirinya.
Pelan tapi pasti Prilly berjalan menghampiri Ali yang tengah fokus pada gadget-nya, tiba di hadapan pemuda itu ia sengaja berdehem untuk mengalihkan pandangan Ali.
"Non" Ali tersenyum kemudian memasukan gadget-nya ke saku celana "Yuk"
"Ini mobil siapa Li?" Tanya Prilly sengaja.
"Am" dengan sedikit kebingungan Ali menjawab "Masuk dulu, ini ada hubungannya sama yang tadi aku bilang di pesan"
"Kenapa baru nanti bilangnya?"
"Ya karena_"
Dengan cepat Prilly memotong ucapan Ali "Kenapa aku harus tahu belakangan sih Li? Sebenarnya aku tuh penting enggak dalam hidup kamu?"
"Non, aku punya maksud kenapa baru sekarang ngasih tahu ke kamu"
"Kalau gitu kamu juga punya maksud kenapa Alexa lebih tahu soal kamu dibanding aku?" Prilly mendekatkan dirinya pada Ali agar bisa berbicara pelan "Kamu itu pacar aku Li, dan kamu bilang sayang sama aku tapi kenapa harus Alexa yang lebih tahu soal kamu. Aku enggak apa-apa kalau misal kamu nutupin ini ke semua orang, tapi nyatanya cuman aku di sini yang enggak tahu soal diri kamu bahkan Aji sama Wulan aja tahu"
Ali menghela nafas, tidak. Ia tak bermaksud menutupi.
"Aku cemburu Li sama mereka" ucap Prilly tanpa ragu.
Tangan kanan Ali terangkat berniat mengelus pucuk kepala kekasihnya agar meredam emosi gadis itu, namun terlambat. Prilly berjalan duluan meninggalkan Ali di area parkiran kampus.
.
.
.
Tepat di depan cafe dekat area kampus Prilly menghentikan langkah, mengusap wajahnya dengan kasar kemudian menarik nafas dalam. Ia tidak bermaksud untuk tak mendengarkan Ali namun rasanya tak terima jika Alexa lebih tahu banyak hal daripadanya, yah dia cemburu, dan dia mengakui itu semua bahkan di depan Ali tadi.
"Non" suara Ali terdengar dari belakang, beberapa detik kemudian pemuda itu menyentuh punggung Prilly dari belakang membuat kekasihnya itu berbalik menatapnya dengan ekspresi yang berantakan. "Non dengar dulu_"
Tak membiarkan Ali melanjutkan ucapannya, Prilly menghentikannya dengan memeluknya duluan yang tentu saja membuat Ali terdiam sesaat tak menyangka. "Kamu harus jelasin ke aku semuanya, buktiin kalau kamu enggak akan kecewain aku" ucap Prilly dalam pelukan mereka.
Ali tersenyum, mengelus rambut coklat gadis dalam pelukannya dengan lembut. "Yuk, kita cari tempat makan sambil aku cerita"
Mengangguk, Prilly melerai pelukan mereka duluan. Tangan saling bertautan kemudian mulai berjalan menghampiri mobil yang terparkir tak terlalu jauh.
"Prilly"
Baru hendak menaiki mobil yang pintunya dibuka oleh Ali, sebuah panggilan dari teman kelasnya menghentikan pergerakannya. "Kenapa?"