#26

1.7K 72 0
                                    

"Zee,aku boleh tanya sesuatu?"

"Tanya aja."

"Kamu- sebenernya juga ada rasa ngga sih sama aku?" Tanya Gibran serius menatap mata Zee.

"Uhukk uhukk uhukk." Zee tersedak dengan minuman yang baru saja ia minum setelah diberikan oleh pelayan restoran di mall tersebut.

Gibran hanya bisa diam menunggu jawaban Zee.

"Kenapa tiba-tiba nanya itu,mas?" Balas Zee sedikit ragu

Gibran terdiam sejenak mendengar jawaban Zee tadi.
"Sorry kalo kamu engga nyaman soal pertanyaan aku barusan,tapi sejak aku nyatain perasaan ke kamu waktu itu, kamu gapernah buat coba kasih aku kepastian- soal sebenernya kita ini apa?"

Zee berusaha untuk membuka mulutnya tentang sebenarnya alasan apa yang membuat dia tidak bisa menjawab pertanyaan Gibran tadi. Tapi sepertinya ia tak bisa untuk itu. Ya, seperti kalian tau- Zee kan sudah janji akan perjodohan waktu itu. Jauh sebelum ia berangkat ke Jakarta, keluarga Zee telah sepakat dengan perjodohan yang akan dilaksanakan setelah Zee dan laki-laki itu setelah lulus kuliah.

"Yaudah, lupain aja. Gausah dipikirin. Lagian,kita bisa deket kek sekarang juga udah lebih dari cukup buat aku. Walaupun mungkin suatu saat aku harus menerima kenyataan apapun atas ketidak jelasan hubungan kita,Zee. Tapi aku harap- kenyataan itu nantinya adalah kenyataan yang baik buat kita berdua."

Tak menjawab,Zee benar-benar dibuat mati kutu dengan pertanyaan Gibran barusan, sampai-sampai menatap mata Gibran saja- ia tak kuasa. Walaupun mungkin ia punya rasa untuk Gibran,ia pasti tidak akan bisa mengatakan karena masalah perjodohan yang terus terbayang di benaknya itu. Lantas bagaimana Zee akan menjelaskan pada Gibran jika sudah seperti ini?

"Uhukk uhukk uhukk!!" Gibran lagi-lagi batuk dengan hidung yang sedikit memerah.

Zee yang dari tadi merundukkan pandangan,sontak langsung melihat kearah Gibran.
"Mas? Kamu gapapa?"

"Engga kok..,cuma batuk biasa. Uhukk uhukk!" Jawab Gibran diikuti suara batuknya yang semakin menjadi-jadi saja.

"Aduh- harusnya tadi minumnya gausah dikasih es mas,aku pesenin teh panas aja ya? Kamu makan dulu gih." Ucap Zee mendekatkan makanan yang juga sudah diantar pegawai restoran di mall itu,ia segera beranjak dari tempat duduknya dan memesankan minuman panas untuk Gibran.

"Makasih."

Setelah beberapa menit,Zee datang dengan membawa segelas teh panas untuk Gibran.
"Nih,minum dulu." Ucap Zee memberikan segelas teh itu untuk Gibran.

"Makasih ya."

"Udah minum obat?" Tanya Zee sambil membenarkan posisi duduknya.

"Gasuka aku tuh. Pahit." Jawab Gibran.

"Lah? Namanya juga obat. Yaudah nanti kita ke apotek dulu beli obatnya. Ehh atau sekalian ke klinik aja biar diperiksa?"

"Engga ah,kan habis ini langsung mau anterin kamu pulang. Kasian kamu capek,ntar kalo sakit lagi kan repot."

"Aku udah baikan,mas. Tapi malah sekarang giliran kamu yang sakit. Pasti gara-gara hujan-hujanan kemarin." Ucap Zee menyesalkan kejadian itu.

"Udah atuh,makan dulu."

Setelah mereka menyelesaikan aktivitas makannya, Gibran langsung menuju parkiran untuk mengambil mobilnya sementara Zee memilih untuk menunggu di lantai depan mall tersebut. Tidak menunggu lama, Gibran akhirnya keluar dari parkiran dan Zee pun buru-buru masuk dalam mobil,karena siang itu sangat panas. Baru saja Zee memasuki mobil itu tiba-tiba,

"Toloong! Toloong...! Copet...!" Teriak ibu-ibu paruh baya yang melintas mengejar pencopet tepat didepan mobil Gibran berhenti.

Gibran yang mengetahui hal itu, sontak langsung membuka sabuk pengaman dan cepat-cepat menuruni mobilnya untuk mengejar pencopet itu.

Assalamualaikum CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang