Yoo Jiae
Aku berusaha untuk mengatur pernafasanku setelah berlari kemari. Tadi saat di sekolah aku mendapatkan pesan dari mama bahwa kesehatan adikku semakin memburuk. Bahkan dokter meminta kami untuk menyiapkan diri jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa, aku sedih tapi aku juga tidak bisa melakukan apapun agar nyawa adikku terselamatkan. Selain terus berdoa yang terbaik untuk adikku.
Aku menatap gadis kecil yang terbaring diatas kasur dengan alat-alat Rumah Sakit yang terpasang diseluruh tubuhnya. Hanya mengandalkan selang oksigen sebagai bantuan agar tetap bisa bertahan hidup. Ingin rasanya aku menangis. Mengeluarkan semua rasa sakit yang menumpuk dihatiku. Hanya saja mataku tidak bisa mengeluarkan setetes airpun. Kenapa hidupku dipenuhi kejadian menyedihkan? Kehilangan salah satu sahabat yang aku sayangi dan sekarang aku harus melihat adikku menderita. Ini salahku. Semua yang terjadi adalah salahku. Aku yang terlalu acuh dengan keadaan sekitar sampai tidak menyadari bahwa orang-orang terdekatku sedang tidak baik-baik saja.
Adikku yang masih kecil yang selalu berusaha untuk mencari perhatianku agar aku mau bermain dengannya. Tapi apa yang aku lakukan, aku malah meninggalkannya. Sungguh, aku tidak tahu bahwa ada mobil yang melaju ke arah adikku itu dan aku menyesali perbuatanku yang menghempaskan tangannya sambil berkata sesuatu yang menyakitkan. Begitupula dengan 'dia'. Aku hanya terdiam saja sambil memandang kearahnya. Tidak ada yang aku lakukan kecuali melihat wajahnya yang meminta pertolongan. Terkadang, aku merutuki diriku sendiri. Kenapa aku seperti ini? Kenapa aku terlalu tak acuh dengan mereka? Kenapa aku sangat sulit mengungkapkan apa yang ada diisi hatiku?
"Kau sudah makan? " tanya mama sambil membawakan sekantong plastik makanan.
"Belum" jawabku.
"Kalau begitu makanlah bersamaku. Aku membelikan makanan kesukaanmu"
Aku hanya menurutinya tanpa banyak bicara. Walaupun aku lapar tapi aku tidak nafsu sama sekali untuk mengisi perutku. Kenangan itu kembali mengusikku. Membuat dadaku terasa sesak. Dan sialnya aku tidak bisa menangis. Saat kita merasakan sesuatu yang menyakitkan tapi tidak bisa menangis, itu malah membuat semuanya terasa lebih buruk. Itulah yang setiap detik aku rasakan.
"Bagaimana sekolahmu? "
"Seperti biasa. Dimana Appa? "
"Dia sedang di kantor. Sebentar lagi dia kesini"
Aku menganggukkan kepalaku. Kemudian memasukkan sesendok jajjangmyeon itu kedalam mulutku. Baru kali ini aku tidak menyukai makanan kesukaanku. Biasanya makanan itulah yang selalu membuatku kembali semangat.
"Menurutmu, haruskah kita tetap bertahan? " Dapat ku lihat genangan air dipelupuk mata indahnya. Siapa yang tidak sedih saat tahu bahwa umur anaknya tidak lama lagi, setiap orang pasti akan merasakan hal itu khususnya orang tua.
"Entahlah. Tapi kemungkinan untuk dia kembali sehat sangat kecil. " jelasku.
"Dia masih terlalu muda" Mama mulai menangis tersedu-sedu. Memegang dadanya yang terasa sesak. "Bahkan dia belum menikmati masa kanak-kanak nya"
"Maafkan aku"
"Tidak. Ini bukan salahmu. Kejadian itu sudah lama terjadi. Jangan menyalahkan dirimu sendiri"
Aku memeluk mama berusaha memberikan dia ketegaran. Dia semakin menangis didalam pelukanku. Aku mengelus tubuhnya yang mulai rapuh, membiarkan air mata itu membasahi bajuku. Benar, aku harus siap kembali menanggung kejahatan yang sudah aku perbuat. Walaupun mama mengatakan itu bukan salahku, tapi tetap saja kerusakan pada otak yang dialami adikku merupakan akibat dari kecelakaan yang pernah terjadi 5 tahun yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Alive (Slow Update)
Mistério / SuspenseCast : Kim Myungsoo, Jung Soojung, Min Yoongi, Yoo Jiae, Kim Seokwoo, Kim Hyeyoon. •••• Hanya imajinasi author..... Published : 23 September 2020 End : -