Fara's Point of View
Si narsis ini! Lihat bagaimana senyuman yang terbentuk di bibirnya. Sungguh mengesalkan. Membuatku ingin menimpuknya dengan buku latihan soalku yang tebal. Tapi tidak sekarang. Estabella kini memandangi kami dengan senyum mengejek. Ia tak boleh menyadari sesuatu tentang hubungan palsuku dengan Varr. Aku harus mengatakan sesuatu. Tapi apa?
"Haha. Maaf Frickst, kuculik dulu kekasihku yang menggemaskan ini."
Nice Varr. Ia menarikku dari kursi tempatku duduk bersama Estabella. Dengan begini, ia takkan mencurigai apapun dari kami. Tapi tunggu dulu. Ia memberi penekanan pada kata menggemaskan. Kuduga ini bukan suatu ketidaksengajaan. Cih. Curang sekali dia. Kurasakan mukaku memanas. Tidak, harus kutahan. Jangan sampai mukaku memerah. Ia membuatku malu padahal ia yang mengatakannya. Kekasihku yang menggemaskan katanya.
"Hei, jangan lupa bayar cappuccinomu nanti di kamar, gadis kasmaran!"
Oh. Estabella berteriak padaku dari kejauhan. Aku tak ingin berteriak, jadi aku hanya melambai kecil pada Estabella dan sepertinya ia paham kodeku. Oke, kembali lagi pada masalah utama. Varr. Semalam ia menyatakan perasaannya padaku dan yah, singkatnya ia mau aku menjadi kekasih sesungguhnya. Bukan hanya pura-pura. Aku tak ingin mengakuinya, tapi hal ini membebani pikiranku. Bagaimana mungkin aku bisa menjalin hubungan dengan Varr saat aku menyukai Alta? Aku sudah cukup jahat karena meninggalkan Alta dan menggantungkan perasaan Varr.
Tiba-tiba Varr menghentikan langkahnya di taman depan hotel, membuatku berhenti mengikuti langkahnya. Lalu ia berbalik menatapku, membuatku merasa sedikit takut untuk membalas tatapannya. O-ow, Varr mendekat. Refleks aku menunduk, mengarahkan pandanganku ke bawah, dan kulihat kaki Varr tepat berada di depan kakiku.
"So, kekasihku yang plin plan, aku bukan laki-laki yang sesabar itu menanti jawaban dari gadisnya. Tapi sebelum itu," ia berhenti sejenak, mengondisikan napasnya sebelum mengalihkan pandangannya pada kakiku, "kau tak apa? Kurasa aku menarikmu terlalu keras tadi. Kau tak tergelincir, 'kan?"
Mm, ternyata dia bisa berlaku begini juga.
"Fleura?"
Oh. Ia memanggilku.
"Kakimu tak apa?"
"Ini bukan apa-apa. Aku sudah terbiasa lari. Meskipun larinya dari kenyataan, sih," kusisipkan tawa getir pada ucapanku, "ah sudahlah, jadi kenapa kau menarikku kemari?"
Varr menyeringai kecil, memamerkan deretan gigi putihnya yang sukses membuatku iri. Ia menunjuk bangku taman yang berhadapan dengan air mancur kecil, "bagaimana kalau kita duduk dulu disana? Ada beberapa hal yang harus kusampaikan padamu."
"Jadi," aku menghempaskan badanku ke bangku kayu yang dicat cokelat dengan furnish yang sepertinya belum lama ini diaplikasikan, "beberapa hal yang ingin kau sampaikan itu tentang apa?"
Varr menunjukkan notes kecilnya, "pembagian pasangan belajar, kau dengan gadis tadi."
Seketika mataku membelalak, "Aku tak salah dengar? Dengan Estabella Frickst?"
"Yes, sweetypie. Nilai tesmu yang tertinggi, jadi kau berpasangan dengan pemilik nilai tes terendah," Varr menghela napas, "apa ada masalah tertentu dengannya?"
"Bukan dia, tapi aku. Aku hanya bisa fokus di tempat yang sepi. Aku tak bisa membayangkan belajar berkelompok dengannya," kualihkan pandanganku pada air mancur yang tak hentinya menyemburkan air, melawan gravitasi, "rasanya akan sia-sia aku disini."
"Fleura, dear. Aku minta maaf soal itu."
Aku terhenyak, refleks menatap Varr, "tunggu dulu. Kenapa kau yang minta maaf padaku? Kau tak salah apapun."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Evening Primrose
Teen FictionKarena cinta datang tanpa kau tahu, tumbuh perlahan tanpa kau sadari, dan bahkan pergi sebelum kau mengerti...