Art of Mend a Broken Heart

6.6K 714 192
                                    

Mingyu terdiam seraya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Wonwoo dan hanya menikmati aroma tubuhnya yang begitu menyenangkan serta memabukkan di saat yang bersamaan sebelum akhirnya ia melingkarkan kedua lengannya di pinggang Wonwoo untuk meniadakan jarak diantara mereka.

Yes, he hugged him back tightly that they can feel their heartbeat which only beats faster towards each other.

"I miss you so damn much, Mingyu."



{}


Recommended bgm: Stay by Rihanna & Mikky Ekko or You Don't Know by Katelyn Tarver

Pelukan itu terasa begitu candu sehingga tidak ada satu pun diantara mereka yang mau melepaskan satu sama lain. Tidak berapa lama setelah ucapan terakhir Wonwoo, lelaki berkacamata itu dapat merasakan gelengan pelan di ceruk lehernya yang berasal dari Mingyu.

"Please... jangan ngucapin kata-kata yang seharusnya nggak lo ucapin, Won." Ucap Mingyu lirih seraya meremas bagian belakang sweater putih yang digunakan Wonwoo.

"Gyu... gue serius. Gue kangen sama lo." Lirih Wonwoo yang membuat Mingyu semakin mengeratkan pelukan mereka seraya berharap bahwa saat ini bukanlah mimpi.

"Shhh... Stop talking, Wonwoo. Biarin gue peluk lo dengan erat kayak gini lebih lama, ya? Mungkin pelukan ini bakal jadi pelukan yang terakhir." Lirihan Mingyu tersebut membuat Wonwoo merasakan hatinya sedikit tergores.

"Nggak akan ada pelukan yang terakhir, Mingyu. Lo boleh peluk gue kapan dan dimana aja lo mau, gue nggak peduli."

"Tapi gue peduli, Won. Jika orang ngeliat mereka bisa salah paham, nanti nggak akan ada cewe yang mau deketin lo. Gue nggak mau jadi penghalang—"

"Mingyu... gue nggak peduli. Selama itu bisa bikin lo terus ada di samping gue, gue nggak peduli." Mendengar hal tersebut, Mingyu sontak melepas pelukan mereka kemudian menatap Wonwoo bingung.

Pikiran dan hatinya saat ini tengah bercampur aduk sehingga ia tidak bisa berpikir serta menentukan apa yang selanjutnya ia harus lakukan.

"Kenapa... kenapa lo lakuin ini di saat gue mau move on dari lo, Won?"

"Gyu... gue—"  Tenggorokan Wonwoo seketika tercekat ketika ia melihat ekspresi wajah Mingyu yang terlihat begitu frustasi.

Keterdiaman Wonwoo membuat Mingyu sontak membawa satu tangannya untuk menangkup rahang Wonwoo serta meletakkan sebelah tangannya bebas pada bahu lelaki berkacamata itu seraya menatap kedua obsidian mahogany itu dalam.

"Lo gak perlu maksain diri lo kayak gini. Gue udah maafin lo kok. Yah, emang pada dasarnya gue nggak bisa benci sama lo. Lagi juga bukan semua sepenuhnya salah lo kok, gue juga salah." Ucapnya lembut seraya tersenyum tipis. Melihat senyuman tersebut tatapan Wonwoo pada Mingyu menyendu dan ia pun menggigit bibir bawahnya ketika ia balik menatap dua obsidian cokelat gelap itu.

Dari tatapan itu, Wonwoo dapat melihat perasaan yang terluka.

"Won, tolong... gue mohon banget sama lo gue nggak bisa selamanya terjebak dalam perasaan ini Wonwoo... gue mohon dengan sangat biarin gue dengan perlahan ngelepas lo ya, Won? Gue tarik kata-kata gue saat itu, gue mau kok jadi temen lo. Tapi bener-bener hanya temen, Won. Lo nggak perlu maksain diri lo."

Bohong.

Wonwoo tau semua yang diucapkan Mingyu adalah sebuah kebohongan. Mingyu tidak benar-benar mau menarik semua kata-katanya. Ia tidak mau hanya menjadi teman Wonwoo apalagi melepasnya karena itu menyakitkan tetapi ia lebih memilih untuk berbohong dan Wonwoo tau itu. Sirat matanya menunjukkan bahwa lelaki itu tengah terluka akibat kebohongan yang diutarakannya tadi.

Denialism | Meanie [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang