⭐⭐⭐
Tangannya membuka jendela kamar dengan hati-hati. Di luar hari sangat cerah. Namun suana hatinya masih begitu gelap. Sampai hari ini Renjun tidak sanggup untuk tersenyum. Tangannya memegangi dua lembar kertas. Yang satu kertas hasil tes laboratorium. Satunya lagi adalah secarik kertas tua dengan pena yang mulai memudar. Namun masih cukup jelas untuk ia baca.
Renjun menghembuskan napasnya yang amat berat.
"Ren..." panggil seseorang. Renjun segera medekati kasur. Ia duduk di tepi, seraya mengamati wajah perempuan itu yang pucat.
"Iya, Ran?"
Terlihat Rania masih begitu lemas pasca sadarnya dari koma. Renjun meneteskan air matanya saat melihat Rania nampak lebih baik dari sebelumnya.
Ketika itu, Rania benar-benar dalam masa kritis. Bahkan dokter hampir lepas tangan. Tapi tuhan, tuhan begitu baik. Tuhan membuat Rania dapat bertahan dan siuman.
Jemarinya perlahan mengusap kening perempuan itu. Perempuan yang sangat ia cintai.
Rania perlahan meraih tangan Renjun, sadar dengan itu Renjun balik menggenggam tangannya dengan erat. Senyuman tipis terlukis di wajah keduanya. Hatinya merasa sedikit lega, setidaknya ia masih punya satu alasan untuk hidup. Yaitu Rania.
Seandainya Rania tidak selamat, Renjun sudah pasti akan mengakhiri hidupnya sendiri.
Renjun tergerak untuk mengecup kening Rania. Dia kini melakukannya dengan tulus.
Ketika Rania sudah pulih, Renjun berjanji akan membacakan pesan itu padanya.
🥀🥀🥀
Hari ini telah lahir, seorang putra yang tampan. Dari orang tua yang penuh dosa ini.
Selang dua hari yang lalu, seorang putri cantik telah lahir lebih dulu.
Kedua anak ini terlalu suci untuk hidup bersama orang tua yang kotor seperti kami.
Aku harap anak-anak ini akan tumbuh menjadi anak yang hebat dan baik.
Tuhan, aku titipkan kedua anak ini pada orang baik. Yang dapat membimbing keduanya ke jalan yang benar.
Semoga keduanya tak saling membenci apabila sudah tahu alasan keduanya lahir tanpa orang tua.
Ran & Ren
🥀🥀🥀
Renjun menyeka air matanya setelah melepas kacamata hitamnya. Sungguh ia tak sanggup ketika melihat makam Ibunya.
"Ibu..." desis Renjun yang meraba batu nisan itu dengan gemetar. "Maafin Ren... Ren tahu, Ren nggak berhasil memenuhi harapan ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Fear | Renjun✔
Fanfiction❝Kenapa harus kamu, perempuan yang pernah berbagi rahim denganku❞ -Renjun. Ini tentang si pelukis berdarah. Yang punya sejuta misteri mengerikan dan masa lalu kelam. Usia ke-21 tahun, di mana seharusnya ia mati, justru dia bertemu dengan perempuan y...