HOLAAA
Aku kembali setelah sekian lama.
Maaf, tahun ini bener bener amazing dari awal sampai sekarang.
.
.
.
Bab ini masih sama.
.
.
Peringatan!
Ada unsur dewasa dichapter ini.
Bagi yang merasa tidak menyukainya, dimohon untuk tidak membaca bab ini.
.
.
.
Hope you like it! And Happy Reading^^______________________________________________
Di akhir pekan ini, keluarga Lidya berkumpul dengan utuh. Sebuah waktu kumpul keluarga yang jarang Zandy dapat disetiap minggu nya. Tidak seperti Lidya yang orang tuanya bekerja disatu tempat, orang tua Zandy bekerja disesuaikan dengan tempat.
Zandy mengerti itu dan tidak mempermasalahkan, komunikasi mereka cukup lancar, dan untuk kumpul keluarga, mereka berkumpul kapanpun saat tidak ada jadwal kerja dan waktu Zandy sedang kosong—tidak mesti tiap akhir pekan.
Tapi tidak untuk kali ini, dia belum bertemu orang tuanya secara langsung sejak awal minggu lalu, karena orang tuanya sedang berada di pulau sebelah.
Dari tempatnya didepan pintu ruangan yang tidak jauh dari taman belakang, dia melihat Lidya sedang menata piring piring dan alas lainnya diatas meja halaman belakang saat Putra menyembulkan kepalanya. Ada Mama bersama seorang gadis sedang menyiapkan alat panggang tak jauh dari meja yang sedang Lidya tata, mereka berniat mengadakan bakar bakar malam ini.
"Mah, Kak, Put, ayo sholat dulu." Panggil Putra dari pintu kaca penghubung dapur dan taman belakang.
Lidya dan Mama langsung melepas apa yang dipegangnya dan bergegas untuk masuk. "Ayo Putri." ajak Mama pada gadis yang bersamanya sejak tadi.
Jam memang sudah menunjukkan waktu ibadah sholat magrib, dan jika mereka bisa, keluarga ini selalu menyempatkan diri untuk melakukannya bersama, diruangan kosong yang memang khusus mereka gunakan untuk beribadah.
Namun hari ini mereka ketabahan orang, Zandy dan Putri juga ikut dalam barisan itu. Mereka sudah sejak siang tadi berada dirumah Lidya, membantu mereka menyiapkan hal yang dibutuhkan untuk acara bakar bakar nanti.
Putri ini adalah kekasihnya Putra. Mereka satu bimbel, berbeda sekolah. Lidya yang pertama kali tau adiknya sudah berpacaran sejak pertengahan semester pertama kelas 12, karena Putra sendiri yang bercerita.
Ikut menjadi tempat untuk bercerita, Zandy seperti mengikuti sebuah serial kisah remaja, masa pendekatan dua anak SMA itu mungkin sekitar 3-4 bulan, karena mereka hanya bertemu saat bimbel.
Lidya sampai gemas dengan cara Putra yang terbilang cukup lambat untuk pendekatan, padahal saat dia dan Zandy pun tidak sangat cepat, karena Lidya tak percaya orang bisa memiliki rasa dalam sekali lihat.
Bahkan dia yang tidak sabar adiknya menyatakan perasaannya, apalagi saat dia tau Putra belum memberanikan diri untuk meminta nomer telpon Putri setelah hubungan mereka bisa dibilang berteman, yang akhirnya gadis itu lebih dulu menanyakan nomer Putra karena mereka ada tugas bimbel berkelompok.
Selesai beribadah, mereka kembali pada tugas masing masing.
Panggangan diambil alih oleh Papa dan Zandy, yang kini mulai memasukkan arang dan dibuat menyala. Lidya dan Putri mengiris iris bahan bahan dibantu Putra yang menusukkan sosis pada tusuk sate. Mama menyiapkan minum didapur.
"Put, tau gak, kenapa pertanyaan 'satu tambah satu' jawabannya selalu 'samadengan dua'?" tanya Putra disela sela kegiatannya.
Pertanyaan Putra bukan hanya menarik perhatian Putri, namun juga orang orang yang ada disana meliriknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Moment (Oneshoot)
Short Storysekumpulan cerita dimomen momen manis sepasang kekasih. part dalam cerita bukan berkelanjutan, hanya saat momen momen tertentu di waktu dan latar yang acak. #1 - memorable (15062019)