Bab 5

48 5 9
                                    

“Berhentilah menyesali waktu.
Tentu saja, kita masih memiliki kaki untuk berlari.”

“Aku yakin engkau lelah. Berisitirahatlah, Eila. Setelah hilang lelahmu, temui aku di ruang kerja, ada hal yang ingin kubahas mengenai rencana pernikahan kita,” bujuk Elleinder sepulang dari Katedral.

Evellyn yang patuh, hanya mengangguk dan berjalan menuju istana ratu. Dengan tenang, ia  melintasi hall istana raja yang disesaki banyak orang. Ia tetap mendengar orang-orang itu berbisik-bisik tentangnya, tetapi ia tak menghiraukan dan terus melangkah elegan.

Skyvarna telanjur dipenuhi para pembual. Kota-kota besar seperti Cornwevic dan Clementine ditawari kehidupan. Kota-kota kecil seperti Machiavell dianak-tirikan. Tak terkecuali, petinggi negeri yang saling menjatuhkan.

Evellyn berjanji akan menunjukkan kuasanya. Orang berdosa akan dikenai hukuman. Ratu adalah raja kedua. Maka dari itu, tangan raja pertanda tangan kirinya.

“Tolong panggilkan Madam Beliora untukku,” suruh Evellyn begitu melintasi seorang prajurit yang berjaga di depan kamar.

“Baik, Paduka.”

Sesuatu mengganggu rencana Evellyn, ia ingin memeriksanya tanpa kentara. Hanya ada dua cara, dirinya atau sang pelayan yang bertugas menjalankan lilin dalam kegelapan. Evellyn tak berani mengambil resiko kembali. Madam Beliora atau Grissham adalah pilihan yang tepat. Taktik jitu keduanya tak diragukan lagi.

Tok tok tok

“Saya menghadap, Yang Mulia.” Madam Beliora masuk dengan wajah keibuannya. Siapa pun pasti tertipu. Wajah lembut itu merupakan senjata dari sesepuh Helmentra.

“Aku ingin kau melakukan sesuatu, Bibi,” pinta putri berdarah biru itu.

“Sesuai kehendak, Tuan Putri.”

Mata Evellyn menerawang, seolah menembus peristiwa beberapa jam lalu. “Pastor Maynard, Katedral Agung Westminster. Cari asal-usulnya!”

“Mengapa, Putri? Bolehkah saya tau alasannya?” Nada bicara itu terdengar penasaran.

“Tato ditengkuknya tak sengaja tertangkap mataku. Kau ingat ceritamu tentang insiden pengejaran Paman Devian? Kurasa ia ada hubungannya dengan hal itu.”

“Saya mengerti. Saya harap Anda tetap berhati-hati, Putri. Skyvarna belum sepenuhnya aman dari musuh,” nasihat wanita yang telah Evellyn anggap sebagai ibunya.

Mayoritas rakyat menginginkan raja turun tahta. Mereka seolah kenyang merasakan pukulan bertubi-tubi dari penguasa. Tempo hari, Evellyn tak sengaja berkunjung ke Lordline. Sebuah kawasan perdagangan yang menyatukan antara rakyat biasa dan bangsawan.

Selama ini, ia hanya mendengar dari cerita. Lordline memang sumbernya gosip. Tatapan mereka tidak berjarak, bahkan penduduk setempat berani membicarakan bangsawan tanpa mengenal muka.

“Suatu saat Ratu Skyvarna pun akan dimusuhi rakyat. Aku yakin itu,” komentar seorang pemanggul barang di samping Evellyn yang tengah memilih sayuran.

“Apa kau lupa, ratu berasal dari kalangan atas. Duke of Cornwevic amat sibuk dengan pemerintahan, belum tentu tata krama putrinya patut diacungi jempol.” Evellyn tengah bersusah payah menelan kekecewaannya.

Berapa banyak rakyat yang hidup seperti mereka? Termakan gosip tak jelas.

Demi kepucatan Evellyn, Mrs. Odelia—pelayan yang disuruh menemaninya berlagak tertawa geli. “Rupanya kalian terlalu asyik bergosip. Adakah yang bisa membantu kami mengangkat barang belajaan ini?”

“Ah, maafkan kami. Kondisi Skyvarna benar-benar sesuatu yang indah untuk dibicarakan,” ucap si pemanggul mendekati tumpukan barang belanja milik Evellyn.

The King's Surrogate WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang