Bab 8

2 1 0
                                    

"lebih baik diam kan menghapus luka"


"Kenapa sihh ra. Apa yang harus ku perbuat. Apa aku harus jujur sekarang." Ucap lirih Daris

Rara berjalan tanpa arah menahan degup jantungnya yang tidak bisa diatur sejak Daris mengajaknya ke aula tadi sampai mengatakan sesuatu yang membuatnya bingung sendiri mau cuek tapi gimana, mau seneng tapi ngga cocok.

"Gila tuh kak Daris kalau ngomong gampang amat ya. Mana ada sih mantan jadi temen nanti takutnya clbk ihh." Guman Rara

" Ah lupakan-lupakan. Cuma teman ya kan ngga papa tapi harus jaga hati. Semangat pasti bisa lo Ra.." teriaknya sambil tangan Rara sambil mengepal keatas seperti memberi semangat.

Rara tersadar ketika merasa banyak orang yang melihat kearahnya karena ia berteriak. Rara hanya tersenyum ke arah mereka dan langsung mempercepat langkahnya ke kantin.

"Rara kemana sih lama bener. Apa dia ketiduran di ruang osis?" Ucap Desty

"Lu kira ruang osis hotel segampangnya tidur disana . Bisa-bisa ye dimarahin tu sama Rewa." Tegur Zora.

Rara melangkah memasuki kantin sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin mencari Desty dan Zora.

" Nah tu anak lo, lagi celingukan." Ucap zora sambil melambaikan tangan ke atas memberi tahu keberadaannya. Rara langsung berlari ke teman-temannya.

" Lu lama bener ya keruang osis mau masuk nih. Gue sebagai teman yang baik beliin lo roti coklat nih." Ucap Desty sambil menggeser roti coklat ke Rara.

" OMG.. teman gue satu ini baik bener dahh.. makin sayang." Rara langsung memeluk Desty.

" Ngga ikhlas tuh ra, paling besok-besok lo suruh beliin siomay ganti tuh roti." Ucap Zora sambil tertawa sinis ke Desty

"Eh comberan lesehan mulut lu, fitnah itu lebih kejam dari pada ditinggal nikah pacar. Ikhlas gue Ra tenang aja jangan dengerin kata Mak lampir satu ini." Desty mencubit lengan Zora

"Sudah-sudah masuk yuk udah bel. Zora balik sana kekandanh lo kan lo sama kita beda kasta. Hahaha." Ucap Rara sambil menarik lengan Desty yang sedang tertawa melihat ekspresi Zora

" Emang ya kalian ini teman gak tau diuntung. Nyesel otak gue rada dibawah stadar mangkannya masuk ips. Tungguin woi barengan kali napa." Zora mengikuti Desty dan Rara.

Belum sampai melewati pintu kantin Rara tersandung kaki seseorang. Sampai terjatuh

"Aduh kaki sampa sih."

" Eh jatuh ya. Sakit ya. Mangakanya punya mata dipakai ya." Ucap salah satu kakak kelas yang duduk bersama gengnya.

"Jangan sok cantik lo jadi adek kelas tebar pesona kesana kemari. Sadar diri woy."

"Kemarin Daris sekarang Rewa besok siapa lagi"

"Bentar-bentar kakak-kakak punya mulut kok ngga bisa difilternya. Situ yang buat Rara jatuh." Ucap desty geram dengan omongan dari mereka.

"Eh permisi ya kakak-kakak yang ngga ada akhlak. Main fitnah- fitnah orang aja. Siapa yang tebar pesona. Siapa yang sok cantik emang gue cantik dari gen napa lo iri ya, daripada situ cantik make up." Rara yang mulai bangkit dan mulai habis kesabarannya karena dikata- katai langsung menumpahkan segala uneg-unegnya.

" Eh beraninya anak ini sama kita." Ucap Merisa. Ya Merisa ini kakak kelas dari Rara yang terkenal karena mengejar-ngejar Rewa dari kelas 10 tapi sayangnya Rewa ngga mau, siapa yang mau juga sama orang yang bentukkannya kayak boneka annabell. Hahaha .

Merisa berdiri dari duduknya dan menjambak rambut Rara. Desty dan Zora mencoba menghentikan namun dihalangi teman-teman Merisa.

"Ahh..ahh.. aduhhh sakit woy." Teriak Rara. Semua yang berada dikatin langsung melihat kearah mereka sejak tadi.

"Eh lepasin ngga najis tangan gue lo pegang-pegang. Kesenengen lo pegang-pegang gue " ucap Zora mencoba melepas tangannya.

"Hidih sok cakep lo, cowok kok main sama cewek " ujar cewek itu.

"Suka-suka gue. Ngapain susah-susah ngurusi hidup orang lo." Zora geram dan mendorong cewek yang memegangnya tadi

Sebelum Zora membatu Rara tiba-tiba ada botol bekas air mineral yang terbang mengenaik kepala Merisa dan spontan melepas tangannya dari rambut Rara

"Aduh siapa yang ngeleparin gue botol bekas." Teriak Merisa.

"Gue..napa lo ngga terima." Laki-laki itu datang sambil menyeruput es teh yang digenggamnya. Rewa

"Alhamdulillah abang dateng kalau ngga rambut gue rontok semua." Ucap dalam hati rara sambil tersenyum.

"Lo itu yaa ngga ada kapoknya ya gangguin cewek yang deket sama gue. Emang lo siapa?hah?" Ucap Rewa sambil merangkul leher Rara.

Merisa langsung melotot melihat kemesraan antara Rara dan Rewa.

"Lo ngga papa kan sayang. Ada yang sakit?." Ucap Rewa sambil senyum menggodanya.

Dalam hati Rara berucap. "Emang orang ini ngajak perang dunia. nambah-nambahin beban hidup gua ya." Rara yang tersenyum ngga ikhlas dan pelan-pelan tangannya mencubit Rewa.

"Aw.."

"Pergi aja lo mau gue laporin BK lo. Dan camkan ya NGGA USAH DEKETIN GUE LAGI DAN ORANG-ORANG DEKET GUE. DENGERKAN!" Tegas Rewa dengan muka judesnya. Merisa langsung pergi dari kantin bersama gengnya.

" Lo ngga papa kan Ra?" Ucap Desty panik

"Ngga papa santuy tapi kepalaku agak nyut-nyutan." Ucap Rara sambil memegang rambutnya.

"Yaudah kalian pada masuk kekelas ya. Gue titip Rara yang Desty, iya Desty kan nama lo." Ucap Rewa sambil melihat Desty yang malu-malu.

"Ehh.i..ya kak. Gue jagain." Ucap Desty salting

"Makasih. Gue balik dulu kalau mereka gangguin kalian lagi ngomong ke gue." Ucap Rewa

" Yaudeh ya. Balik kelas lagi." Ucap Zora.

Sebelum Rewa datang Daris yang melihat Rara diperlakukan seperti itu ingin menghapiri dan menolongnya tapi langkahnya didahulin oleh Rewa. Akhirnya ia melihat perhatiannya Rewa dan Rara membuat ia semakin panas dan lebih baik diam dan pergi. Ingin rasanya Daris menanyakan siapa Rewa dikehidupan Rara?. Tapi lebih baik diam kan menghapus luka.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

senja untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang