Prolog

30 12 10
                                    

Seorang laki-laki berdiri di balkon kamarnya sambil tersenyum sendiri. Minggu depan adalah hari pertama sekolahnya ke SMA yang baru. Dan sekarang ia menduduki kelas 11.

Laki-laki itu memasuki kamarnya dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya, dan duduk di meja belajarnya. Lebih tepatnya di kursinya bukan di mejanya. Sebenarnya ia juga tidak tahu kenapa ia tersenyum, tapi kan senyum adalah ibadah.

Azra Sean Ramirez. Laki-laki yang bersifat sedikit gila dengan akhlak yang sangat minim. Namun mulai hari ini, ia akan mengubah sifatnya. Ia akan menjadi cowok es yang cool dan datar.

Alasannya bukan apa-apa. Ia hanya ingin menarik perhatian para gadis di sekolah barunya nanti. Karena ia sering melihat novel yang mengisahkan tentang es boy.

Sebenarnya, jika ia bisa menjaga sikap, mungkin semua gadis selalu mengejarnya semenjak SMP dulu. Azra adalah cowok dengan tubuh ideal, ganteng, dan jago bermain basket. Cuma... otak nya itu yang membuat para gadis-gadis di sekolahnya dulu ilfeal.

"Buku siapa sih ini?" Gumamnya memudarkan senyum di wajahnya sambil membolak-balikan sebuah buku yang sudah jelas bertuliskan namanya di depan sampul.

Azra mengerutkan alisnya sambil terus membolak-balikan buku itu. "Serius? Masa sih ini punya gue? Gue ngak inget kalo beli buku kayak gini."

Tak mau ambil pusing, Azra pun melempar buku bergambar donat berlapis Strawberry ke sembarang arah dan mengangkat bahunya tak merasa bersalah.

"Ngak sabar deh minggu depan."

Ia menghela nafasnya, membayangkan ketika nanti ia masuk ke sekolah barunya dengan berpenampilan cool dan menjadi cowok es seperti di kebanyakan cerita novel.

Bahkan ia sudah membayangkannya ketika bertemu seorang gadis cerewet, dan ia hanya menanggapi gadis itu dengan tatapan dingin sesuai dengan apa yang ada di dalam cerita novel. Lalu banyak yang mengidolakannya.

Itu semua adalah impiannya. Berharap semuanya lancar dan ia memiliki kisah sempurna saat masa SMA nya. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi.

Bruukkk!

"Aww!" Ringis Azra ketika terjatuh dari kursinya. Sekarang ia lupa kalau kursinya itu baru dan tidak ada sandaran seperti kursinya yang lama.

Ia kemudian bangkit dari acara duduk di lantai itu. Dan beruntungnya bokongnya itu tidak kenapa-kenapa. Setiap terjatuh Azra selalu memikirkan bokongnya. Ia penasaran apa bokong bisa benjol.

Azra kini berjalan ke arah meja riasnya. Tunggu, meja rias? Yap, apa salahnya laki-laki mempunyai meja rias? Tidak akan merugikan bukan.

Jangan salah, meja riasnya di hiasi dengan puluhan cologne yang mempunyai aroma khas. Bahkan beberapa diantaranya Azra beli dengan harga yang lumayan.

Ia baru pindah rumah beberapa hari yang lalu. Rumah barunya ini hanya berjarak beberapa gang dari rumah sebelumnya. Entahlah Azra bingung dengan motif kedua orang tuanya. Kenapa ngak sekalian aja pindah nya ke rumah tetangga.

Kalau alasan ia pindah sekolah itu karena sekolahnya yang lama akan berhenti dan dibangun sebuah apartemen disana.

Ia akan pindah ke sebuah SMA yang terletak lumayan dekat dari rumahnya. SMA Dirga Swasta. Disana terkenal akan cowok-cowok keren dan kece nya. Tentu Azra ingin termasuk kedalam golongan itu.

Azra menatap dirinya di cermin dan mengangkat satu alisnya. "Muka gue kok keliatan bego banget yak? Hahaha anjir!" Itu yang sering di lakukan Azra setiap mengaca. Tertawa sendiri akan wajahnya.

"Azra! Tolongin mamah! Cepet! Ngak boleh ngebantah! Nanti jadi anak durhaka!"

Azra yang mendengar suara panggilan itu menghela nafasnya. Risa-mamahnya selalu mengancam ketika meminta tolong pada Azra. Daripada masuk neraka mending Azra turuti aja semua perkataan Risa.

"Iya mamih ku cantik!"

Azra berjalan dengan malas menghampiri mamahnya itu ke dapur. Ia hanya berdiri disamping mamahnya menunggu perintah tanpa bersuara sama sekali.

"Astagfirullah! Anak setan!" Latah Risa terkejut mendapati Azra yang berdiri disampingnya. Ia mengelus dadanya mengatur nafas.

"Mamah apaan sih? Masa anaknya yang ganteng kayak Shawn Mendes di katain anak setan." Azra mengerucutkan bibirnya.

Sementara Risa terkekeh ketika melihat ekspresi lucu Azra. "Iya, kamu anak mamah. Sekarang tolong ya beli sereal sama buah-buahan. Nih uangnya." Risa menyodorkan 4 lembar uang merah.

"Oke, mah."

Setelah sampai, Azra memilih buah-buahan yang segar dan membeli sereal favoritnya. Juga membeli beberapa snack.

"Tunggu, buah ada, sereal ada, snack ada, tapi kok kayak ada yang kurang yak? Tadi perasaan mamah cuma nyuruh beli ini doang."  Pikir Azra.

Azra hanya mengedikan bahunya. Selalu saja seperti itu. Ia tidak pernah mau memikirkan sesuatu yang membuat otaknya pusing. Kalau masalah pelajaran, beda lagi ya... walaupun Azra sudah berpikir keras tetap saja nilainya 7.

Sekarang semua sudah selesai. Ia memasukan sebagian belanjaannya di bagasi motornya, dan sebagian ia tenteng di stang motor.

Namun saat ia menyalakan motor, ia melihat seorang perempuan yang memainkan ponselnya. Wajahnya tidak asing baginya.

Ia mencoba menghampiri cewek itu dan memarkirkan motornya tepat dihadapan cewek itu. Lumayan cakep ceweknya, tapi Azra harus menahan sikap konyolnya.

Biasanya saat di hadapan seorang wanita, Azra menggodanya dengan hal-hal konyol dan garing. Kali ini ia harus bersikap dingin.

Cewek itu yang bingung dengan sikap Azra mengerutkan dahinya. Sebelumnya ia tidak pernah melihat cowok yang ada di hadapannya sekarang. Belum lagi wajahnya di tutupi helm.

Azra menggerakan kepalanya mengisyaratkan cewek itu untuk naik. Yap! Akhirnya ia ingat kalau cewek itu tetangganya. Sekali-kali lah berbuat baik.

Namun cewek itu hanya terdiam menatap Azra bingung. "Mas nya ngapain sih? Saya ngak butuh ojek. Rumah saya dekat."

Anjir nih cewek kagak paham. Gue ngomong aja kali yak.

"Kalo mau ngomong, ngomong aja. Ngak usah kayak master limbat gitu deh." Ujar cewek itu membuat Azra bingung.

Lah? Kok ajib dia bisa tau kalo gue mau ngomong?

"Tinggal ngomong apa susahnya sih lo?"

Azra menghela nafasnya dan membuka helm nya. Seketika harum buah peach yang menyeruak membuat siapa saja yang menciumnya di buat tenang hatinya.

"Gue tetangga baru lo. Pulang bareng?" Ajak Azra dengan nada dingin. Ia memakai helm nya lagi. Akhirnya, semoga suara yang ia buat dengan nada dingin tidak terdengar konyol.

"Penawaran, ngak boleh di tolak!" Cewek itu naik ke motor Azra tanpa aba-aba membuat Azra tersentak kaget. Hampir saja ia mengeluarkan latahnya.

Pertama kalinya gue ngeliat cewek yang sksd kayak gini

"Heh? Apaan lo ngatain gue sksd?! Ikhlas ngak nih?"

"Ya."

Ini orang bukan sih? Kok semua apa yang gue pikirin dia bisa tau? Jangan-jangan psikologi.

"Psikologi ngak bisa dengar suara hati seseorang."

Azra di buat diam oleh cewek tersebut. Lebih baik ia tidak memikirkan aneh-aneh di depan cewek ini. Jangan-jangan yang sedang ia bonceng ini adalah alien dari planet lain.

"Anjir! Masa secantik gue dibilang alien?!"

Bersambung...

Gimana prolog nya?

Jangan lupa vote and comment!
Follow me!
Instagram: @Swiftmarin0605
Twitter: @Swiftmarin0605
Snapchat: marinryry

20-08-20 : Ditulis


Ice BegoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang