CHAPTER 13 (Lamaran)

4.5K 220 33
                                    

Hi guys..

Saya update lagi..

Siapa yang kangen dengan dokter Ryan? Hayoo ngacung!!

tapi, sebelumnya jangan lupa follow dan vote dulu yah!!

karena cerita ini tergantung dari teman2 pembaca setia saya.

makasih :-)



****

Rumah Sakit Ananda

Pagi ini aku merasa capek sekali. Baru kemaren malam aku balik dari training di Bali, dan sekarang aku harus masuk kerja. Mata ini masih terasa ngantuk sekali. Tiga hari aku training di Bali menyebabkan aku kurang tidur. Ditambah lagi kemunculan Mas Aldy di Bali secara tidak disengaja menyebabkan energi dan pikiranku banyak sekali terkuras. Belum lagi tingkah aneh dari Dokter Ryan yang belum aku mengerti sampai sekarang. Dan ketika aku sedang menulis laporan pagi, tiba-tiba hp-ku berbunyi pertanda ada pesan masuk.

"Tiit..tiit..tiit"

Aku membuka pesan whatsapp-nya. Ternyata pesan dari Dokter Ryan.

"Kamu pulang kerja jam berapa? Nanti aku tunggu yah!" bunyi pesan Dokter Ryan kepadaku.

Aku tidak mengerti dengan sikap Dokter Ryan ini. Kenapa dia tidak mengajak calon istrinya saja? Bukankah dia mengaku kepada Alex sudah punya calon istri? Lalu, kenapa selalu berusaha mendekatiku?

"Huh. Belum selesai masalah Mas Aldy, muncul lagi masalah Dokter Ryan," gumamku dalam hati.

Tapi, aku tetap membalas pesannya walaupun aku tidak mengerti tujuannya.

"Jam 4 sore," balas pesanku kepada Dokter Ryan.

"Okay. Nanti aku tunggu di lobby," jawabnya lagi.

Entah kenapa aku terus memandangi ponselku sambil memikirkan tujuan dari Dokter Ryan tersebut. Dan tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara seseorang.

"Suster Lisa, tolong antarkan data rekam medis pasien ini ke ruangan Dokter Ryan!" perintah Suster Wita kepadaku.

"Lha, kenapa harus aku? Kan banyak perawat lain yang bisa menggantikanku?" pikirku dalam hati.

Tapi, pertanyaan itu urung aku tanyakan. Sebagai bawahan, aku harus melaksanakan perintah Suster Wita apapun juga, suka atau tidak. Sebenarnya, aku lagi malas untuk bertemu dengan Dokter Ryan. Karena ketika aku sedang berada di dekatnya, aku tidak bisa mengontrol perasaanku. Tidak bisa kupungkiri, ada getar-getar aneh dalam hatiku. Aku berjalan pelan tanpa semangat kea rah ruangan Dokter Ryan. Setelah sampai di depan pintu ruangannya, aku ketuk pintunya.

"Tok..tok..tok"

"Masuk!" perintah suara dari arah dalam ruangan.

Kemudian, aku masuk dan berjalan ke arah Dokter Ryan yang sedang duduk di mejanya sambil mengerjakan dokumen pasien yang sedang ditanganinya. Dokter Ryan tiba-tiba saja berhenti menulis dan langsung melihat ke arahku. Entah kenapa hatiku langsung berdesir kencang ketika dia menatapku.

"Permisi, Dok. Saya mau mengantarkan data medis pasien ini," ujarku berjalan masuk ke dalam ruangannya sambil menyerahkan sebuah dokumen kepadanya.

Tiba-tiba arah pandangannya langsung tertuju kepada tangan kananku yang sedang menyerahkan dokumen kepadanya. Tapi, bukan dokumen itu yang jadi objek pandangannya. Tapi, tanganku. Ketika dia melihat lama ke arah tanganku, aku langsung salah tingkah.

Di Rumah Aja, Pa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang