63.

19.9K 1.3K 51
                                    

          Arlington mengecup puncak kepala istrinya yang masih terlelap, untuk berpamitan karena ia harus pergi bekerja. Ia tak tega membangunkan istrinya itu karena semalam entah berapa kali Abbey berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

Abbey baru benar-benar tertidur pukul empat pagi setelah Arlington mengelus perutnya tanpa henti. Mungkin setelah ini, ia akan memanggil Delsin untuk menanyakan tentang obat penghilang mual karena sepertinya hipotiroid Abbey sudah sangat mengganggu istrinya.

Arlington akan beranjak setelah ia membenarkan selimut Abbey tetapi perempuan itu justru terbangun.

"Hey? Kamu sudah bangun?" Arlington berjongkok di sisi ranjang agar Abbey tidak perlu bangun dari tidurnya.

"Kenapa kamu tidak membangunkan aku?" Abbey melihat dasi Arlington yang sudah terikat rapi, "Siapa yang mengikat dasimu hari ini?"

"Aku sendiri yang mengikatnya." Arlington menarik tangan Abbey pelan dan menciumnya. "Aku tidak ingin membangunkan kamu, tidurlah lagi..."

Sebelum pergi, Arlington menyempatkan untuk mencium Abbey lagi. Perempuan itu menurut dan kembali tidur karena tubuhnya terasa sangat lemas.

Di saat perutnya terasa lapar, Abbey baru beranjak dari kasurnya untuk makan. Dengan telaten Abbey menggulung rambutnya asal dan keluar dari kamar.

"Kamu sudah bangun?" tampak Shaleeya yang sudah tampak rapi di dapur, dengan perut buncitnya seolah mengejek Abbey. "Makanlah dulu, aku sudah buatkan sandwich untukmu."

"Terima kasih..."

"Ah ya, aku hampir lupa, seseorang menunggumu di depan, dia sudah menunggumu cukup lama tetapi tadi kau masih tidur. Arlington bilang kau sakit jadi aku tidak berani membangunkanmu."

"Siapa?"

"Eumh... Kei? Kene?"

"Keine?" tanya Abbey memastikan. "Apa dia masih ada di depan? Aku akan menghampirinya."

"Shaleeya? Terima kasih untuk sandwich nya," kata Abbey sebelum pergi menemui Keine dan mendapati pria itu sedang duduk di ruang tamu depan dengan mata terpejam.

"Geez, sorry Keine. Aku benar-benar lupa untuk menghubungimu," sambut Abbey tersenyum tak enak dan langsung memukul paha Keine.

Mendapati pukulan dari Abbey membuat Keine terbangun karena terkejut. "Aku sudah menunggu di sini selama 30 menit," protesnya.

"Well, aku tidak menyuruhmu untuk menunggu but thanks," berusaha sesopan mungkin sambil mengigit sandwichnya. "Kau tau Keine? I feel sexy when I'm eating."

"Whatever! Aku ke sini untuk menanyakan beberapa pertanyaan kepadamu dan memberikanmu sesuatu, aku tidak tau apa ini kabar baik atau kabar buruk tapi aku harap ini kabar baik."

"Ya... ya... ya..."

"Jawab pertanyaanku dengan benar dan jujur."

"Ya..."

Abbey tak terlalu memperhatikan karena ia lebih fokus kepada sandwich yang sedang ia pegang. Entah kenapa hari ini terasa lebih lezat, apa karena ia sedang sangat lapar?

"Kapan terakhir kau berhubungan dengan Arlington? Dan seberapa sering?" Pertanyaan Keine jelas membuat Abbey membulatkan matanya.

Ia bahkan hampir tersedak sandwichnya sendiri.

"Untuk apa kau menanyakan itu? Bukankah itu privacy?"

"Aku doktermu." Abbey paham jika Keine adalah dokter, dokter pribadinya. Tetapi menanyakan frekuensi Abbey bercinta, apa itu tidak menyinggung harga diri Abbey?

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang