64.

19.9K 1.2K 59
                                    

Shaleeya mengangguk kecil, berusaha untuk meyakinkan Abbey yang tampak sangat ragu.

Ya, Shaleeya sudah mengetahuinya karena ia tidak sengaja mendengar percakapan Abbey dan Keine. Abbey tidak mungkin mengelak dan berbohong ketika Shaleeya sudah mendengar semuanya.

Sebenarnya itu tidak masalah karena Shaleeya juga turut berbahagia untuk Abbey. Hanya saja Abbey takut dengan reaksi Arlington, Abbey takut jika Arlington tidak menginginkannya.

Tangan Abbey terulur memegangi perutnya sendiri, sejujurnya ia masih tidak menyangka jika ia sedang mengandung. Anaknya dan Arlington ada di dalam perutnya, Abbey tidak tau apa yang bisa dilakukan oleh janin tiga bulan tetapi Abbey merasa senang.

Akhirnya Abbey memutuskan untuk mendengarkan Shaleeya dan menghubungi suaminya.

Tangan Abbey yang memegang ponsel terasa sangat dingin ketika ia mendengar suara Arlington. Sekilas ia menoleh ke arah Shaleeya sebelum berdehem kecil. "Hai? Kamu sudah makan?"

Shaleeya menepuk dahinya sendiri hampir tertawa mendengar basa-basi yang Abbey lontarkan kepada suaminya sendiri.

"Aku sedang makan, kenapa? Kamu mau menyusul?"

"Tidak... aku sudah makan," Abbey menjeda, mengumpulkan keberaniannya, "Apa kamu bisa pulang lebih awal hari ini?"

"Tentu? Apa terjadi sesuatu di rumah? Kamu tidak bertengkar dengan Shaleeya bukan? Karena Shaleeya bisa mengigit."

"Tidak," Abbey tertawa kecil, sama sekali tidak lucu tetapi hati Abbey menghangat ketika ia mendengar suara Arlington. Rasanya ia ingin terus tersenyum, "Aku ingin memberimu kejutan kecil."

"Akan aku usahakan..."

"Iya, bukan usahakan."

"Baiklah istriku..."

"Great! Aku menunggmu, love you."

"Aku tidak tau jika Arlington sangat menurut kepada istrinya." Shaleeya tertawa setelah Abbey mematikan sambungannya karena ia bisa mendengar percakapan Abbey dan Arlington.

"Aku masih tidak percaya jika ada bayi di dalam perutku," gumamnya dengan senyum kecil.

"Saat pertama kali Delsin bilang aku hamil, aku juga terkejut dan tidak percaya. Seiring waktu perutmu akan membesar sepertiku, aku tidak tau bagaimana itu bisa terjadi."

Shaleeya tampak antusias menceritakan pengalamannya kepada Abbey. Membayangkan akan ada dua bayi di rumah ini, bukankah itu sangat menyenangkan?

"Menurutmu bagaimana reaksi Arlington setelah tau? Aku takut dia akan marah."

Sekali lagi Shaleeya menggenggam tangan Abbey, tak henti-hentinya meyakinkan Abbey jika semuanya akan baik-baik saja. "Arlington sangat menyukai anak kecil, jika kamu mengandung anaknya tentu dia akan senang."

Sebenarnya Abbey juga mengingat ucapan Arlington kemarin. Ia rasa sekarang sudah saatnya untuk berterus terang tentang segala hal yang Abbey sembunyikan, mulai dari hipotiroid hingga kehamilannya.

"Aku rasa Arlington tidak menginginkan anak..."

"Ya dia ingin," Shaleeya berdecak, "Jika tidak, kenapa dia membuatnya?"

ReasonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang