Kamu yang pertama

6.1K 487 18
                                    

Dugaan Soffi memang benar, setelah raziaan beberapa hari lalu. Disinilah ia berada, ditengah lapang dan sedang di marahi ustadzah safira. Tak hanya soffi, ada beberapa teman yang lainnya juga disini.

"Kan sudah menjadi peraturan pesantren jika perempuan dan laki laki tidak boleh berkomunikasi satu sama lain, kecuali jika ada alasan syar'i"

semua santri yang berada di tenagh lapang tersebut menunduk, ingin rasanya Soffi membalas perkataan ustadzah Safira. Ia kan tak surat suratan, memangnya ini salah dia jika ia mendapat sekresek surat dari santri lain, termasuk ustadz Yassa.

Semua santri mengangguk dan hanya bisa meminta maaf perihal kesalahannya.

"Ukhti Soffi, dari semua santri disini anti yang dapet surat sekresek kan?" Soffi mengangguk memang benar perihal surat tersebut tapi ia tak membalasnya.

"Tapi ana gak balas ko ustadzah"

"Apalah benar ustadz Yassa kirim anti surat? Jangan jangan ini dari santri lain tapi mengatas namakan ustadz Yassa?"

Pasti masih soal ustadz Yassa,

iri bilang bos,

ingin rasanya ia berbicara seperti itu tapi ia tahan. Karena ia tahu mana yang harus ia lakukan dan mana yang tidak.

"Ga tau ustadzah, kan ana ga bales. Jadi ana ga tau itu dari ustadz Yassa beneran atau bukan".

Mendengar penuturan Soffi, ustadzah kembali memberikan nasihat pada yang lainnya. Ingin sekali rasanya Pipit membela Soffi bukannya malah diam disini, tapi ia juga bingung harus bagaimana.

"Ya sudah ini untuk pertama dan terakhir, ana harap kalian tak melalukan kesalahan lainnya. Point kalian Ana catet masing masing 10. Dan untuk hukumannya kalian bisa membersihkan lingkungan pesantren terutama kamar mandi nya sehari 2x di mulai besok. Paham?"

Semua nya mengangguk tanda setuju, mau berbuat apalagi Soffi pun terpaksa mengangguk dan menyutujuinya.

Esokan hari nya..

"Sof, kita bersihin kamar mandinya sekarang aja yu. Lagian kalau subuh takut ga keburu. Mumpung sekarang libur juga kan"

Soffi kaget dan refleks memukul Jihan, ini sudah jam 9 malam kenapa tak menunggu besok saja pikir Soffi.

"Besok aja lah, malem malem gini bersiin jamban"

"Ga bisa Soffi, besok kan kita ada pengajian tafsir habis subuh. Lagian kalau sebelum subuh pasti kamu masih tidur tuh ga mau di ganggu"

ucapan Jihan ada benarnya juga, dari pada ia menganggur malam ini lebih baik ia mengikuti saran Jihan deh.

Mereka bersiap siap melaksanakan hukuman pertamanya dan berjalan menuju gudang untuk mengambil peralatan. .

"Sof, ambilin dong alat alatnya. Kamu kan berani ga takut gelap"

soffi hanya mendelik pada Jihan. Apaan yang ga takut gelap, elah gue juga takut kali, ucapnya dalam hati.

"Berdua aja elah, disana juga gelap"
Mereka sudah berada di pintu gudang dan bersiap membukanya.

"Aku tunggu disini sof, jaga jaga. Kamu ambil barangnya ya" soffi pun masuk mencari sapu dan kawan kawannya sambil terus melirik Jihan yang berada di depan pintu.

Tiba tiba saja angin berhembus kencang.
Brakkk pintu tersebut tertutup dengan kencang. Suara tutupan pintu tersebut tak kalah kencang dengan suara teriakan Soffi didalam gudang.

"Mamaaah" teriaknya.

Jihan panik ia tak tahu jika akan ada angin kencang yang membuat pintu tersebut menutup dengan keras, ia memanggil manggil nama Soffi berharap soffi tak papa..

"Soffi, aku panggil ustadzah dulu. Kamu diam dulu disana"

Soffi sudah tak peduli dengan suara Jihan, ia takut sekali berada disini ditumpukan barang barang kebersihan. Dari dulu ia sebenarnya takut gelap jika sendirian, karena ia waktu kecil pernah di culik.

Ia hanya bisa menangis panik sampai nafasnya sudah terasa sesak.

Depp depp depp

ia mendengar suara langkah kaki menuju ke arahnya.

"Se-se-setan. Mamah" ia berteriak dengan keras walaupun sesak nafasnya semakin sakit.

"Ini a-ana. Kebetulan juga ana tadi lagi ngecek gudang jadi ana juga kekunci disini. Tadinya mau benerin pintu tapi tiba tiba ada kalian jadi ana ngumpet dulu"

kalian bisa tebak dia siapa? Dia ustadz Yassa. Entah Soffi harus mengucapkan Alhamdulillah atau Astaghfirullah yang pasti ia sangat takut dan sesak nafas.

"A-ana takut gelap. Jangan tinggalin ana disini".

Yassa sangat tak tega dengan keadaan Soffi sekarang, aplagi ia mendengar Soffi menangis. Ia tak tahu kenapa kejadiannya bisa seperti ini, ia pun bingung tak sengaja berduaan dengan Soffi. Takutnya ini hanya akan membuat semua santri salah paham.

"Se-se-sesak" mendengar ucapan Soffi yang terbata bata membuat Yassa semakin panik, ia bingung. Pintupun tak kunjung di buka, ia bingung. Takutnya ada fitnah juga antara ia dan Soffi.

Soffipun tiba tiba merasa pusing dan nafasnya semakin tak beraturan, dalam hitungan beberapa detik ia sudah jatuh pingsan bersandar diantara sapu, lap pel, ember dan barang barang lainnya. Yassa semakin panik ia lalu menggedor gedor pintu semakin kuat, berharap bantaun segera datang.

"Ituu ustadzah tadi terkunci disana, pintunya rusak"

Ustadzah dan Jihan datang terburu buru karena takut terjadi apa apa pada Soffi, mereka pun memanggil Ali agar mendobrak pintu tersebut.

Memang pintunya sudah agak lama rusak sehingga ada angin kencang membuat nya terkunci dan tidak bisa dibuka.

Ali segera mendobrak pintunya apalagi ia tahu jika Yassa ada didalam, karena tadi ia pamitan pada Ali untuk mebenarkan pintu.

1,2,3 dan bakkk

akhirnya pintu bisa dibuka.
Astaghfirullah, ucap ustadzah dan yang lainnya serempak. Mereka tak tahu jika ustadz Yassa juga terperangkap didalam bersama Soffi.

"Li, gimana ni? Dia tiba tiba pingsan. Ana ga tau harus apa?"

"Angkat sa, gendong, pangku. kita cepet cepet bawa ke rumah sakit" Ali dan yang lainnya ikut panik melihat Soffi.

"Ta-tapi Li?"

Apakah Yassa harus memangku Soffi, dalam seumur hidupnya ini pertama kalinya ia harus memangku perempuan.

"Ini darurat sa, kita takut ada apa apa" semua disana menyetujui ucapan Ali, bagaimana pun ini hanya darurat karena ia tak tahu harus bagaimana.

Yassa mengangkat Soffi dengan hati hati dan badan yang gemetar.
Ali dengan cepat berlari dan memanaskan mobil pesantren untuk membawa Soffi ke rumah sakit terdekat.

Bertahan yaa, Soff!
Mau ga di gendong ustadz Yassa? 😂

Jodohku anak Kiyai - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang