5. Sial!

27 4 0
                                    

Hari ini Gadis bangun pagi-pagi sekali. Setelah memasak dan sarapan pagi, tepat pukul enam pagi dia sudah siap-siap berangkat ke tempat kerjanya. Yap, Orang tua Gwennis rupanya setuju untuk mempekerjakan Gadis.

Memakai jeans biru, kemeja biru laut dan rambut diikat satu, Gadis memastikan penampilannya benar-benar baik.

Gadis berdiri didepan pintu rumah Gwennis. Berkali-kali memencet bel tapi tak ada tanggapan. Gadis melihat jam tangan putih yang melingkar di tangan kirinya. Pukul enam lewat dua puluh. Apa Gadis datang terlalu pagi?

Clek

Pintu terbuka. Menampilkan bocah kecil berumur empat tahun itu. Gwennis mengenakan piyama polkadot merah muda. Menatap Gadis dengan mata sembab habis bangun tidur.

"Pagi, Gwennis," sapa Gadis.

Gwennis tak memberikan reaksi apapun. Hanya menatap Gadis sebelum bocah itu berbalik. Gadis melangkah masuk ragu. Matanya celingak-celinguk mencari keberadaan nenek Gwennis yang ia temui kemarin.

Gwennis tiba-tiba keluar dari suatu ruangan berpintu putih. Menatap Gadis dengan mata bulatnya. Lalu tangannya terayun, seolah mengajak Gadis mendekat.

Gadis melangkah mendekati Gwennis. Ternyata ruangan tempat Gwennis berada adalah kamarnya. Warnanya pink pucat. Dengan banyak ornamen atau hiasan kartun hello Kitty diberbagai sisi.

"Gwen mau mandi tante," ucap Gwennis.

Gadis langsung tersadar dari aktivitasnya menerawang kamar ini. "Ah iya, ayo mandi," ucap Gadis, matanya mengedar mencari keberadaan handuk. Lalu matanya berhenti pada lemari putih. Membukanya, lalu Gadis dikagetkan oleh tumpukan-tumpukan baju yang jatuh dari lemari itu kemudian mengenai kakinya.

Astaga! Lemari ini sangat berantakan.

Gadis mengembalikan tumpukan itu kedalam lemari. Sambil menimang mungkin nanti ia akan merapikan lemari ini. Mengambil handuk warna putih, lalu berbalik.

"Ayo Gwen, dimana kamar mandinya?" Tanya Gadis.

Gwennis menunjuk sisi kiri sebelum akhirnya berlari, diikuti Gadis, menuju kamar mandi yang terletak didekat dapur.

Pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka tepat saat Gadis sudah berada didepannya. Gadis harus menahan diri untuk memekik ketika melihat seseorang yang bertelanjang dada, dengan hanya handuk melilit pinggangnya sedang berdiri tepat didepan Gadis. Yang baru keluar dari kamar mandi juga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dia langsung kembali kedalam kamar mandi, memakai kaosnya yang tadi sudah ia lemparkan pada bak cucian

Gadis secepat kilat membalikkan badan. Pipinya memerah seketika. Gadis memang pernah melihat seorang lelaki shirtless, tapi ia hanya melihatnya melalui layar ponsel, itupun karena lelaki itu adalah idolanya. Dan ini pertama kalinya dalam hidup seorang Gadis Fredella, ia melihat seorang lelaki shirtless secara langsung.

"Papa, cepetan Gwennis mau mandi," Gwennis berteriak di samping Gadis.

Gadis tersadar. Jadi lelaki dengan tubuh bagus itu adalah ayah Gwennis.  Wajah ayah Gwennis cukup muda, dan juga... Tampan. Lelaki itu berwajah tegas, dengan alis melengkung tebal, hidungnya mancung, bibirnya tipis, tak ada kumis maupun janggut.

Gadis mengakui kalau ayah Gwennis ganteng, meski hanya sepersekian detik melihat wajah tadi. Tapi tunggu... Gadis rasanya tak asing dengan wajah tadi.

Gak mungkin dia kan?

Gadis membatin dalam hati. Meyakinkan diri bahwa ayah Gwennis bukan seseorang yang Gadis kenal di masa lalunya. Tanpa sadar Gadis berbalik. Kini lelaki itu sudah keluar dari kamar mandi. Memandang Gadis dengan tatapan eum— canggung mungkin.

Namanya Juga UsahaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang