Pt.4

16 6 5
                                    

Im back!
Ugh lama bgt
Ampe jamuran :")
Sorry...

Awas typo!
Without edit~

Enjoy!
.
.
.
.
.
.

Lagi dan lagi, Zaluna dibuat...

...bingung.

Raka itu seperti labirin, temboknya tinggi dan berliku. Bedanya, jalannya lebih rumit, seperti tidak ada ujungnya, tidak ada jalan keluar yang pasti. Benar-benar tidak terbaca dan misterius, berbeda dengan apa yang terlihat. Mungkin yang baru mengenalnya akan merasa dia orang yang terbuka dan mudah bergaul. Receh, dan kerjaannya ketawa-ketiwi terus. Cengengesan pokoknya.

Tapi semakin lama, rasanya aneh.

Seperti tadi saat makan bersama di kedai yang biasa mereka kunjungi.

Raka bertanya,

"Kamu mau makan apa?"

Yha.. memang kedai makan itu tidak terlihat secara gamblang tentang makanan yang mereka jual, padahal mereka hanya menjual makanan kesukaan Zaluna. Bebek goreng. Pertama kali mengajak Raka makan disitu mungkin masih wajar kalau Raka bertanya begitu. Tapi tadi, Raka bertanya, padahal Zaluna yakin laki-laki itu pasti sudah tahu kalau kedai itu hanya menjual bebek goreng.

Karena mereka berdua sering sekali ke kedai itu. Rekomendasi Zaluna.

Dan ketika Zaluna balas, "Bebek goreng dong. Minumnya kayak bisa, deh."

Raka hanya diam, tidak memesan.

Lalu bergumam, "hmm.. kayak biasa ya.." tiba-tiba dia mengeluarkan ponselnya dan berkata, "ya ampun! Aku lupa handphone ku silent, ada telepon dari temen kampus, kamu yang pesen ya, Zal. Punya aku samain aja sama kamu."

Setelah itu dia beranjak angkat telepon.

Duh.. Zaluna jadi overthinking.

Pertama, Raka bertanya apa yang seharusnya sudah dia hafal. Kedua, Raka jadi lebih diam dan canggung. Ketiga, panggilan Zaluna tadi berubah. Tidak pernah Zaluna mendengar Raka memanggilnya dengan nama 'Zal', Raka selalu memanggilnya 'Luna'.

Yang keempat, dan yang paling penting.

Hoodie hijau itu...

Zaluna yakin, dan benar-benar masih ingat sekali.

Raka nggak jujur lagi..

.
.
.
.
.

"Jadi menurut lo, Raka nggak jujur lagi sama lo, gitu?"

Dia Latief. Teman kampus Raka yang mengenal Zaluna. Mereka satu jurusan dan UKM, jadi sesekali Zaluna pernah bertemu dengan Latief kalau ada kesempatan. Seperti sekarang, mereka kebetulan bertemu di super market tadi, jadi mereka melipir dulu ke cafe terdekat berkat ajakan Zaluna.

"Aku nggak tahu, karena aku juga nggak paham kenapa dia begitu. Dia... Jadi sering lupa, nggak kayak biasanya, makanya aku nanya kamu. Apa kamu pernah ngerasa janggal tentang dia belakangan ini? Aku capek su'udzon mulu, huweee..."

Latief berpikir sebentar. Memang menurut dia ada beberapa hal kecil yang sering Raka lupakan belakangan ini. Itulah kenapa kemarin Raka jadi tumbal untuk mengantri di fotokopian di tengah panas terik. "Ada sih.. tapi, I meant itu cuma lupa in general. Which is sebagai manusia siapapun bisa lupa, ya 'kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PWK Syndrome (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang