Suara adzan yang merdu terdengar jelas di telinga gadis berparas cantik yang sedang tertidur di atas kasurnya. Dengan perlahan gadis tersebut membuka mata yang terasa masih berat untuk melihat indahnya pagi hari. Setelah merasa tenaganya sudah terkumpul Rania segera mengambil wudhu untuk menunaikan sholat subuh. Selesai sholat Rania selalu berdoa kepada Allah agar urusannya selalu dimudahkan, karena jika seseorang berusaha tanpa berdoa itu menandakan bahwa orang itu sombong lalu doa tanpa usaha itu sia-sia.
Rania tidak mau menjadi orang yang sombong, dan juga tidak mau usaha yang dia lakukan hanya akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, setelah dia berusaha semaksimal mungkin maka dia akan berdoa dan berserah diri kepada Allah. Karena hanya Allah lah yang menentukan segalanya untuk makhluk yang dia ciptakan.
Jam masih menunjukan pukul lima pagi. Seperti biasanya Rania selalu menyempatkan diri untuk belajar bahasa asing sebelum memulai aktivitasnya yang lain. Walaupun memang belajar bahasa asing membuat kepala pusing, dan butuh waktu lama agar benar benar bisa menguasai. Tapi tidak bagi Rania yang memiliki ambisi besar untuk memperjuangkan cita-citanya sejak kecil, dan dia juga tidak mau membebani orang tuanya dengan kuliahnya nanti. Oleh karena itu, Rania sedang mengejar beasiswa yang sedang diadakan dibeberapa universitas ternama di Korea. Tentu tidak mudah untuk mendapat beasiswa, terlebih lagi jika universitas tersebut yang terbaik di asia atau bahkan terbaik di dunia.
"Raniii... Kamu sudah bangun?" tanya seorang wanita dari ruang makan.
Aish! Rania benar-benar lupa kalau dia sudah terlalu lama belajar, tanpa sadar dua jam ia habiskan didepan meja belajar yang berisikan banyak buku-buku berserakan.Tanpa menunggu lama Rania keluar dari kamarnya lengkap dengan hijab yang sudah rapi menghiasi kepalanya, lalu segera menuju ruang makan yang ada di lantai bawah.
Ayah, Kakak, Adik, Bunda sudah ada di tempat duduknya masing masing. Selalu Rania yang hadir paling akhir ketika akan sarapan bersama.
"Ngapain si lu di kamar mulu? Ga ada kerjaan aja," ucap Gavin, kakaknya.
Terlihat jelas bahwa Gavin tidak suka dengan Rania yang selalu berada di kamar dan hanya keluar jika ada keperluan. "Tumben keluar... Biasanya juga di kamar lu."
Lagi-lagi Gavin selalu protes dengan apa yang adiknya lakukan, padahal dia sendiri tidak dirugikan oleh Rania tapi tetap saja kakak laki laki memang menyebalkan. Rania berniat tidak mau menanggapi ucapaan Gavin. Gadis itu tidak memperdulikan Gavin dengan menarik salah satu kursi yang masih kosong dan segera duduk. Sang Ayah juga terlihat masih biasa-biasa saja, belum menunjukan sidikit ekspresi marah yang biasa beliau berikan pada putranya itu. Sembari menunggu semua makanan siap, mereka bertiga berbincang asik. Sedangkan Karina sibuk menyiapkan sarapan.
"Oh ya Sya... Kamu jadi daftar kuliah di mana?" tanya Mr. Andra, Ayah Rania.
Refleks Rania menatap Ayahnya dingin, dia takut mengecewakan Ayahnya. Karena waktu pengumuman dari universitas lain Rania tidak lolos. Walaupun universitas yang satu ini belum di beritahukan siapa saja yang lolos, tapi menurut Rania jika dia saja tidak bisa lolos di universitas lain, lalu bagaiman dia bisa lolos di universitas terbaik di korea?
"Paling Rania ga keterima di sana Pa," lontar Gavin tanpa beban.
"Gavin! Kamu ga boleh ngomong kayak gitu sama Rani, kamu sendiri juga gak keterima di universitas di Australia," ucap Karina mencoba mencairkan suasana.
Rania menundukan kepalanya dalam, dia benar-benar merasa malu jika dia tidak di terima di universitas tersebut. Bukan hanya malu tapi pasti ayah serta bundanya akan kecewa, gadis itu memang berniat untuk membahagikan orang tuanya sekaligus menunjukan bahwa dirinya bisa melampaui pencapaian Mr. Andra dan juga Karina. Lalu apa kata mereka jika Rania tidak bisa melakukan langkah yang justru akan membawanya sukses? Rania benar-benar tidak bisa membayangkan ekspresi mereka jika dirinya tidak di terima di SNU. "Kalau teman kamu Naya daftar di universitas mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Seoul [Hiatus]
Fanfiction[BELUM TAHAP REVISI] ~•Cerita ini belum di revisi jadi di maklumi kalau banyak typo di mana mana•~ "Perbedaan adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Lalu apakah kita bisa bersatu karena perbedaan tersebut?" (Rania Anastasya) Rania Anastasya, se...