eoy - dua belas

159 22 6
                                    

Sesampainya di kelas, aku langsung membanting tasku di atas meja hingga Yeji yang sedang tiduran di atas kursi yang sudah berjejer rapi itu pun tersentak kaget.

"Udah gila lo ya!" omelnya, namun gak aku ambil pusing.

Aku langsung memejamkan mataku setelah pipi kananku sudah menyentuh meja kelas. Aku masih bisa mendengar gerutuan Yeji di sebelahku dan decitan kursi yang sangat berisik.

"Gue balikin kursi lo, ga butuh." Suara ketus Yeji mampu membuat aku tersenyum.

Bisa-bisanya aku melampiaskan amarahku ke Yeji dan Yeji melampiaskan amarahnya ke orang lain padahal aku yang membuat Yeji kesal.

Namun setelah aku sudah gak dengar omelan Yeji, ketukkan di meja membuat aku langsung membuka mata.

Bian berdiri di samping mejaku dengan tangan kanannya yang mengulurkan plastik kecil berwarna hitam.

"Apaan nih?" tanyaku seraya menegakkan tubuhku.

"Plastik." Lalu Bian pergi begitu saja.

Aku memutar tubuhku untuk melihatnya. Namun Bian gak langsung duduk di kursinya, ia menghampiri geng cowok-cowok yang sedang sibuk dengan game online di ponselnya.

Aku langsung memutar tubuhku lagi untuk mengecek isi plastik yang dibawa Bian.

"Apaan tuh? tanya Yeji, berusaha ngintip isi plastik yang ku pegang.

"Pembalut?" tanyaku.

"Lah, lo baru tau ini namanya pembalut?"

Aku memukul bahu Yeji hingga ia berteriak kesakitan.

"Gue juga tau ini pembalut!"

"Lah tadi kenapa nanya?"

Kalau saja di dunia ini gak ada yang namanya hukum, mungkin saat ini aku udah mencabik-cabik muka Yeji.

Aku kembali berbalik untuk menghadap Bian yang kini sedang berjalan menuju mejanya.

"Makasih," ucapku sambil menggerakkan plastik yang masih aku pegang.

Bian hanya membalas dengan senyuman tanpa mengucapkan apapun.

Aku gak kebayang gimana cara Bian beli pembalut. Masalahnya, cowok kan paling anti soal beginian. Iya kan?
-

Seperti biasanya, Bu Airin gak pernah main-main kalau sudah berurusan dengan tugas. Seperti tugas kali ini, kelasku mendapati tugas untuk menganalisis  novel.

Untuk membaca buku pelajaran aja aku harus siapin niat dua hari sebelumnya. Apalagi ini, novel yang gak mungkin cuma sepuluh atau dua puluh lembar.

Menyandarkan punggung dengan kasar di sandaran kursi, aku melirik Yeji yang memiliki kadar malasnya sama sepertiku. Kalau begini sudah pasti kita berdua gak cocok untuk satu kelompok, karena harus ribut dulu hanya untuk membaca satu buku novel.

"Oke anak-anak, Minggu depan kumpulin tugasnya, dan pastikan kelompok kalian semuanya mengerjakan. Gak ada yang namanya numpang nama di kelompok. Paham?"

"Paham, Bu."

"Ibu pamit, permisi."

Suara riuh langsung terdengar di kelasku. Mereka pada mengeluh tentang tugas yang diberikan Bu Airin. Termasuk aku dan Yeji yang kini sama-sama merebahkan kepala di meja dan saling berhadapan.

"Gue gak mau satu kelompok sama lo."

"Eh, gue juga ogah satu kelompok sama lo. Nanti yang ada lo malah ngebahas cowok-cowok shirtless. Ogah!" balasku tak kalah sewot.

"Namanya normal, Nurjanah!"

"Konslet otak lo!"

"Berisik banget lo berdua, gue kawinin mau?" Felix yang duduk di depan meja kami itu pun menyahut, dengan pandangan yang kembali sibuk pada ponselnya.

Yeji langsung memukul lengan Felix hingga ponsel miliknya meluncur dengan mulus ke lantai. Membuat aku dan Yeji tertawa kegirangan.

"Anjir, hape gue!!!"

Aku dan Yeji langsung melakukan tos setelah mendengar jeritan dari Felix yang kini sedang mengelus-elus layar ponselnya.

"Emang cewek bar-bar ya kalian!"

Aku gak mempedulikan Felix lagi, aku menutup wajahku dengan lengan kiri bersiap untuk tidur.

Namun baru beberapa detik aku memejamkan mata, suara ketukan di meja membuatku harus kembali tersadar.

Lagi-lagi Bian yang kini mengganggu rencana tidurku. Sumpah, dia tuh kenapa suka banget ngetuk meja sih? Aku lihat ia sudah berdiri menjulang di samping meja dengan wajah datarnya.

"Makasih udah ganggu tidur gue."

Bian hanya tersenyum tanpa dosa. "Sama-sama, lo sekelompok sama gue."

Aku menyatukan ujung jari jempol dan jari telunjuk ke hadapannya. Lalu kembali menutup wajahku dengan tangan gak peduli dengan Bian yang masih betah berdiri di sampingku.

Tbc....

Eyes On You | Ryujin x Hyunjin ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang