BAB 20: PENGAKUAN

134 82 101
                                    

"Chandra? Kamu Chandra?" Charlotte membelalakkan matanya tanda tak percaya.

Raymond mengangguk mantap. Ia lalu menghilangkan sihir penyamaran yang ia gunakan sehingga warna mata dan rambutnya berubah menjadi semula.

"Lun--eh, Charlotte, ayo kita mengobrol ke tempat yang lebih sepi," ajak Raymond.

"Aku boleh ikut?" tanya Peter malu-malu.

Raymond dan Charlotte mengangguk serempak. "Tentu saja, ayo."

"Kusarankan lebih baik kita mengobrol di taman kerajaan. Itu adalah satu-satunya tempat yang sepi saat ini," saran Charlotte sambil berjalan mendahului Peter dan Raymond.

"Boleh, tidak masalah." Raymond menyejajarkan langkahnya dengan langkah Charlotte.

Ketika mereka tiba di taman kerajaan, Charlotte langsung mendudukkan dirinya di bangku taman. Sementara itu, Peter dan Raymond masih berdiri dan bertumpu pada pilar putih yang mewah.

"Tolong jelaskan padaku semua yang ingin kamu jelaskan," pinta Charlotte yang lalu melipat kedua lengannya.

"Mulai dari mana ya?" Raymond menggaruk tengkuknya. Ia lalu duduk di kursi di samping Charlotte.

Charlotte mengangkat bahunya. "Aku dulu deh yang bertanya. Sesungguhnya aku sangat ingin menanyakan pertanyaan ini dari satu minggu yang lalu."

"Silakan, silakan," jawab Raymond sambil tersenyum.

"Apakah kamu Manusia dari Sapphire?" tanya Charlotte lugas.

Tanda pikir panjang, Raymond pun mengangguk. "Jika maksudmu adalah penulis surat itu, maka iya, aku yang menulisnya. Aku juga tahu bahwa kamu yang berbalas-balasan surat denganku."

Charlotte menyimak dengan seksama. "Bagaimana caranya?"

"Aku menemukan surat yang kamu tulis. Isinya adalah Arthur atau Chandra? -Luna, begitu," jawab Raymond lugas. Ia berpikir bahwa ini adalah saat yang tepat untuk mengatakan kebenarannya.

Charlotte dan Peter saling berpandangan, seolah mengatakan bahwa benar kan, memang bukan Arthur yang menulis surat itu, tapi Chandra! 

Charlotte menghela napas panjang, lalu tersenyum. "Lalu, bagaimana kamu bisa tahu bahwa aku, yang Putri Mahkota Kerajaan Amethyst ini, adalah Luna?"

Raymond juga tersenyum. "Mudah saja. Siapapun yang bisa membaca suratku pastilah anggota kerajaan karena surat itu kutulis dengan tinta rahasia."

Charlotte tertawa lepas. "Benarkah?! Astaga, aku tidak menyangka bahwa itu ditulis dengan tinta rahasia."

"Berarti kamu tahu aku Putri Mahkota Amethyst karena aku menulis bahwa aku adalah Manusia dari Amethyst?" tanya Charlotte memastikan.

Raymond mengangguk. "Sangat simpel kan?"

"Oh ya, kalau kamu, bagaimana kamu bisa tahu bahwa yang menulis itu adalah aku, Chandra? Padahal kan ada banyak 'manusia dari Sapphire'?" tanya Raymond penasaran.

"Sebenarnya itu hanya asal tebak saja. Ketika aku menjadi Luna, kita sering sekali berpapasan. Bahkan kita pernah berpapasan di dalam perpustakaan," jawab Charlotte.

"Kalau... Arthur?" Akhirnya Raymond menanyakan pertanyaan yang sudah ia pendam sekian lama.

"Arthur..., aku melihat dia mengambil surat dari buku bersampul biru keemasan itu. Jadi, aku sempat menduga bahwa ia yang menulisnya." Kalimat Charlotte menggantung.

"Bahkan aku mengonfrontasinya dan ia mengakui bahwa memang ia yang menulis surat itu. Untung saja aku dan Peter tidak percaya," lanjut Charlotte sambil menggelengkan kepalanya.

Crystallium ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang