-Kalau perasaanku tak lagi dihargai, jangan heran kalau tak ada lagi istilah kesempatan kedua.-
"Anak-anakku sekalian, apa sampai disini kalian mengerti?"
"Mengerti, Ssaem!"
Sementara para siswi sepertinya mulai berbisik-bisik, Jennie justru menunduk. Menjadikan sepatu hitamnya menjadi objek paling menarik. Walaupun di belakangnya ada Jongin, dan di samping kanannya ada Taehyung. Meski terpisah dua barisan, sih.
Oh, ya. Omong-omong, besok ada kemah. Kemah tahunan yang rutin dilaksanakan, meski jarang dipartisipasi oleh Jennie. Gadis itu malas dan juga takut, padahal wajib.
"Jen?" panggil Jisoo di depannya.
Jennie hanya bergumam sebagai jawaban, bahkan tanpa menengadah. Kalau saja tidak ingat Jennie sahabatnya, mungkin Jisoo akan menenggelamkan gadis itu ke rawa-rawa. Tapi tidak, Jisoo sayang Jennie.
"Kau mau ikut?" tanya Jisoo meski ia sendiri sudah tahu akan dijawab apa.
"Tidak." Oke, tepat sasaran.
"Ayolah, ini tahun terakhir kita. Apa kau tidak mau merayakannya dengan lebih banyak menghabiskan waktu bersama kami?" bujuk Jisoo dengan senyumnya.
Rose yang ada di sebelah ikut-ikutan membujuk. "Iya, Jisoo benar! Kita akan adakan pesta barbeque, api unggun, dan banyak lagi! Masa, kau tidak ikut? Tidak seru, tahu!"
Jennie menggigit bibir bawahnya. Terlebih saat melihat mata Lalisa ketika ia baru saja menengadah. Binar mata itu sulit ditolak, Jennie jadi ragu. Tapi, ia juga punya alasan lain kenapa tidak pernah ikut kemah dan semacamnya.
"Hanya ada kelas tingkat akhir, para adik tingkat kita tidak akan ikut. Tidak akan terlalu ramai, apa kau tertarik?"
Ucapan Jisoo ada benarnya. Kemah tahun ini memang mengusung konsep berbeda, dikhususkan untuk para siswa tingkat akhir. Tapi, apa Jennie bisa mengendalikan serangan kecemasannya itu?
"Kami yang akan memastikanmu aman, kau tidak perlu takut." Untunglah ada Jisoo. Semua ucapan serta karisma perempuan yang satu itu benar-benar melegakan. Setidaknya, Jennie tidak perlu terlalu was-was, Jisoo bisa dipercaya.
***
Malam harinya, acara tidur Jennie terganggu oleh kebisingan yang dihasilkan dari ketukan tak sabaran.
Ayolah, ini sudah pukul sepuluh malam dan masih ada yang bertamu? Kemana etika orang itu? Tidak peduli siapapun itu, Jennie bertekad akan memaki tamunya.
Padahal sekarang sedang hujan, deras pula. Dan seingatnya, pintu pagar sudah ia kunci rapat-rapat, dari mana tamu itu masuk?
Kriet...
"Apa, sih? Sudah malam bukannya tidur malah bertamu ke rumah orang! Memangnya kau tidak tahu kalau aku sedang mengantuk?! Dasar tidak sopan, tidak punya etika, mau kuajari sopan santun dulu, hah?!"
Jennie benar-benar melaksanakan tekadnya. Menyerocos tanpa henti dalam satu tarikan napas, bahkan sebelum melihat siapa subjek yang datang padanya. Matanya justru terpejam, masih terlalu mengantuk untuk sekedar mengintip, meski tenaganya untuk mengomel masih penuh.
Menyadari tidak ada respon dari lawan bicaranya, Jennie memutuskan untuk membuka matanya. Dan bola matanya melebar begitu menyadari sosok yang hadir di hadapannya saat ini.
"Kau..., sedang apa di sini?"
Suara Jennie bergetar, tanpa sadar memundurkan tubuhnya. Seakan tanpa menyerah, lawan bicaranya juga ikut maju. Sampai memasuki wilayah dalam rumah Jennie yang memang sudah ia retas pagarnya menggunakan linggis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alien ; Taennie ✔
FanfictionTaehyung X Jennie Fanfiction | Baku | Aksi | Romantis | Drama | Alternative Universe Jennie, gadis imut sejuta pesona yang pendiam. Baru merasakan sebegitu diinginkannya oleh seorang pemuda, Taehyung Kim. Pribadinya yang tertutup, membuatnya terasin...