Beating Heart

154 12 1
                                    

Zombie POV

Kalian penasaran rasanya menjadi zombie? Kalo iya, kalian bisa bertanya padaku. Aku... Aku bahkan lupa namaku siapa. Yang jelas aku zombie, aku dan zombie-zombie lain tinggal di Bandara Suvarnabhumi. Bingung kenapa kami berubah menjadi zombie? Ya. Akupun tak tau. Saat sadar, aku sudah menjadi seperti ini. Lapar, jalanku kaku, dan menggeram. Jika kalian lihat zombie saling menggeram berarti kalian melihat zombie sedang berkomunikasi. Berkomunikasi tentang apa? Tentu saja makanan.

Banyak zombie yang ku temui di bandara Suvarnabhumi. Ada yang kukira dulunya sosialita (terlihat dari pakaiannya yang tampak glamor), ada yang seorang pebisnis (karena dia memakai jas dan sepatu kulit yang mahal) ada yang sepertinya binaragawan (karena ototnya itu). Sedangkan aku? Ku kira dulu aku seorang mahasiswa. Saat ku lihat di cermin, aku memakai kemeja putih (yang saat ini kancing atasnya hilang 2) dan celana bahan yang tampak lusuh. Ternyata, aku tampan juga, untuk ukuran zombie.

Asal kalian tau, ada 2 jenis zombie saat ini. Yang pertama adalah Kaum Berdaging, zombie yang masih memiliki daging yang melekat di tubuh mereka (sepertiku dan banyak zombie lainnya) dan 'Boneys', yang tinggal tulang belulang, entah berapa lama mereka menjadi zombie. Yang jelas Boneys sangatlah kejam, bahkan kepada kami yang sesama zombie.

Saat sedang memperhatikan keadaan sekitar, aku merasa bahu ku ditepuk oleh seseorang. Aku menoleh dan mendapatkan 'sahabatku' disana. Entahlah, aku juga tidak tau apakah dia cocok ku sebut sahabat atau tidak. Semenjak menjadi zombie, aku tak pernah merasakan hal-hal seperti itu lagi. Yaaah... Karena zombie tidak berperasaan. Yang jelas aku sering pergi mencari makan bersamanya. Aku memanggil nya N. Lebih ke geraman seperti 'Nnnn' sih.

N menunjuk perutnya lalu ke mulutnya yang terbuka. Aku mengerti. Ya. N mengajakku berburu. Berburu apa? Jelas saja manusia. Setelah aku mengangguk, aku, N dan beberapa zombie lain pergi keluar bandara, menuju area yang masih mungkin ditinggalin manusia.

*******************
Human POV

"P'Krist, sekarang kita kekurangan obat-obatan" adu Puimek ke Krist kala itu dalam rapat yang membahas apa apa saja yang stock-nya menipis.

"Oke obat, ada lagi?" Tanya Krist di forum

"Krist, kamu yakin mau ikut keluar? Ayahmu bisa marah" kata Godt kala itu melihat Krist, kekasihnya, sangat bersemangat untuk keluar dan mencarikan stock obat-obatan.

"Pacarmu itu rebel, Godt" kata Gun seraya terkekeh, yang di balas delikan dari Krist

"P'Gun bisa diem ga sih?" Kata Krist sedikit kesal yang kemudian dibalas gelegar tawa oleh Gun

"Oke! Hanya obat-obatan kan? Rapat ditutup" kata Krist menyudahi rapat itu lalu langsung beranjak, disusul oleh Godt.

Krist berjalan keluar dari tenda kesehatan menuju ke gudang senjata. Sesampainya disana ia mengambil sebuah shotgun, di belakangnya Gun, Godt, Off (kekasih Gun), Bright, dan Ohm mengikutinya mengambil perlengkapan juga. Krist tersentak.

"Au? Ku kira kalian tidak mau ikut" tanya Krist ke yang lain

"Dan meninggalkan anak Pak Jendral menghadapi zombie-zombie itu sendirian? Yang benar saja, phi" kata Bright

"Ku kira kalian takut zombie, Bright" kata Krist sinis

"Kita ga takut, Krist. Lebih ke males aja" kata Off menimpali, mendengarnya Krist mendengus meremehkan

"Kita lebih takut sama Pak Jendral dari pada zombie, phi" kata Ohm

"Sudahlah ayo... Semakin malam semakin berbahaya, lebih baik berangkat sekarang" kata Godt menengahi.

Dan mereka pun berangkat.

*******************
Zombie POV

Kota tempat kami melakukan pemburuan untungnya tak terlalu jauh dari bandara Suvarnabhumi. Dengan langkah zombie kami, kami tiba sekitar tengah siang keesokan harinya dan mulai mencari daging. Sesungguhnya, kami tidak merasakan lapar di perut, bahkan sebagian dari kami sudah tidak punya perut. Kami merasakannya di semua tempat secara merata, sensasi seperti seolah olah ribuan sel di tubuh kami mengempis. Itulah yang kami sebut dengan 'lapar'.

Beating HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang