Who is the killer?

11 2 0
                                    

Tubuhku berputar ke kanan mencoba mengubah posisi lagi. Sinar matahari yang masuk dari jendela menyilaukan mataku. Aku menggosok mata berulang kali. Rupanya sejak tadi mentari sudah mencoba membangunkanku. Aku berdiri dari ranjang, dan berjalan menuju jendela kamar. Kubiarkan angin menerbangkan helaian rambutku. Aku menatap pemandangan musim gugur yang indah. Banyak daun-daun berguguran di jalan komplek perumahan ini.

"Di langit biru yang cerah, ku berdiri di antara ribuan pohon"

Kepalaku menoleh ketika mendengar potongan lirik lagu yang sengaja diubah menjadi nada dering alarm. Kakiku berlari secepat mungkin untuk mematikan alarm handphone. Aku meraih handphoneku, dan segera mematikan alarm dengan judul 'bad day'.

Aku mengambil handuk pink di stand hanger, kemudian berjalan memasuki kamar mandi. Setelah cukup berendam, aku segera menyelesaikan kegiatan mandi. Aku membuka pintu kamar mandi, dan berjalan menuju kaca rias. Aku memoleskan sentuhan powder dan sedikit liptint pada bibirku.

"Jadi, aku harus ngapain sekarang?" Aku bertanya pada diriku sendiri. Aku menghela nafas pasrah sembari mengikat rambutku. Langkahku berbalik dan keluar dari kamar. Kemudian, tanganku menarik pintu keras.

Aku membalikkan badan menuju ruang tamu, tetapi sebuah cairan yang berada tepat di bawahku membuat tubuhku terjatuh ke belakang. Tanganku menyentuh dinding agar kakiku tidak mengenai cairan tersebut. Nafasku tercekat ketika mengetahui cairan itu berada di mana-mana.

"Darah?" Begitu banyak pertanyaan yang ada di otakku. Tentang siapa, bagaimana, dan kenapa, hingga bagaimana bercampur aduk dalam kepala.

Tanganku berpegangan pada gagang pintu. Aku merasakan kakiku sangat lemas, sehingga Aku terjatuh beberapa kali saat mencoba bangun. Hingga beberapa menit berlalu, Aku baru bisa berdiri dengan sempurna. Tak menyiakan kesempatan tersebut, aku segera berlari mengikuti bercak-bercak darah yang ada di lantai. Langkahku berhenti ketika menatap sosok ayahku yang sudah tergeletak di lantai. Kondisi bajunya yang sobek di mana-mana menunjukkan ayah ditusuk beberapa kali.

Aku terjatuh di lantai, "appa...."

Jemariku menyatu di atas paha. Aku menggigit bibir. Pelupuk mataku kini dipenuhi air mata. Mulutku terus mengucapkan kata 'ayah'. Sosok Ayah yang saat kemarin masih kulihat memberikan selimut padaku di malam hari. Sosok Ayah yang kemarin malam masih tersenyum menemaniku tidur, kini terbaring tak berdaya di lantai.

Aku memutar otak bagaimana aku harus menghadapi hal ini. Aku memejamkan mata mencoba berpikir apa yang harus kulakukan. Aku mengangguk cepat, dan berdiri. Kakiku melangkah menuju rumah Se Mi, tetanggaku.

"Se Mi!" Teriakku keras. Tanganku mengetuk pintu cepat. Bahkan aku melupakan bel rumah yang berada tepat di sebelah pintu.

Pintu terbuka menampakkan sosok wanita muda. Wanita itu Jeon Ahn su, ibu Se Mi.

"Ye Jin, ada apa? Kenapa mengetuk sangat keras?" Tanya Ahn Su. Aku menunduk. Air mataku kembali keluar.

Tanganku memeluk Ahn Su dengan sangat kuat, "ayah.... Ayah!!"

Ahn Su menatapku dengan kebingungan. Ia mengelus rambut cokelatku perlahan dan berkata, "Ayah Ye Jin kenapa?"

Pelukanku semakin mengerat. Aku berteriak semakin kencang hingga Ibu Se Mi membawaku masuk ke rumah.

Ahn su memintaku duduk terlebih dahulu. Sementara ia pergi ke dapur, Se Mi dan Lee Jiwon, ayahnya mendatangiku. Mereka menatapku kebingungan.

"Ya! Memangnya paman kenapa? Kau membuatku datang ke ruang tamu menggunakan piyama," Gerutu Se Mi. Aku menatapnya datar. Butiran air mata masih membasahi pipiku.

Love In The Crime | Oneshoot ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang