8

686 119 4
                                    

"Kau ini pengangguran atau apa?!"
Yuma mendengus saat dia menemukan Hayato (lagi) di ruang baca kediaman Mitsui.

Sejak Hayato kecil, dia sudah sering berkunjung ke kediaman Mitsui yang jaraknya hanya sepuluh meter dari rumahnya. Hayato suka membaca, dan rumah Mitsui memiliki banyak buku. Sejak dulu dia sering menghabiskan waktu disana.

"Aku bekerja. Terima kasih untuk kepedulianmu." Hayato membalas dengan senyuman. Seperti pertemuan awal mereka, Yuma masih memusuhinya. Hayato tidak tahu apa yang salah. Oke, pertemuan pertama mereka cukup canggung, tapi itu sudah berminggu-minggu yang lalu.

"Kalau kau bekerja, kenapa aku sering kali menemukanmu disini? Kau bahkan bukan cucu Baa-chan. Kenapa tidak pergi ke tempat lain saja?" Yuma kembali menerornya dengan rentetan pertanyaan sarkas.

Tapi Hayato tidak peduli. "Aku mungkin bukan cucu Mitsui-san, tapi beliau sudah menjadi teman diskusiku bahkan sejak kau belum lahir. Benar bukan, Baa-san."

Mitsui hanya tersenyum sambil membalik bukunya. Dia sudah hafal betul dengan kejadian ini. Yuma dan Hayato saling cari masalah satu sama lain. Awalnya Hayato lebih tenang dengan tidak begitu menanggapi berbagai sindiran Yuma. Tapi lama kelamaan sepertinya dia mulai tertular dan akhirnya menyindir balik cucu kakaknya. "Bagaimana sekolahmu hari ini Yuma?" Alih-alih menengahi pertengkaran mereka, Mitsui lebih memilih mengganti topik pembicaraan.

"Bagus. Semuanya berjalan lancar kecuali pelajaran sains yang membosankan." Yuma masuk ke dalam ruangan itu, dia melepaskan tas dan mulai mengambil salah satu buku di rak.

"Pelajaran sains itu menyenangkan. Apalagi Fisika." Hayato menyangkal dengan opininya.

"Aku tidak minta pendapatmu orang asing. Pulang sana!" Usir Yuma mengibaskan bukunya ke arah pintu. Namun yang diusir hanya pura-pura tidak mendengar.

Perdebatan itu malah terhenti oleh hal lain. Terdengar suara bel dari arah pintu depan. "Biar aku saja yang membukanya." Hayato segera berdiri sebelum Mitsui sempat bersuara. Pemuda itu membuka pintu. Dia melihat tiga orang laki-laki dan satu orang perempuan berdiri didepannya. "Selamat siang." Hayato membungkuk sopan.

"Siang juga. Apa Mitsui-san ada di dalam?" Tanya wanita yang memiliki rambut bergelombang.

"Beliau sedang di ruang baca, silahkan masuk." Hayato memberi jalan agar rombongan itu bisa bisa masuk ke dalam rumah. Perempuan itu masuk pertama, diikuti oleh laki-laki yang paling tua di rombongan itu (Hayato berpikir mungkin beliau suaminya), kemudian diikuti oleh dua orang remaja laki-laki, dan salah satunya mirip sekali dengan Yuma. 'Sepertinya mereka keluarga Yuma.' Kalau diingat-ingat Yuma tidak pernah membicarakan keluarganya dengan Mitsui saat Hayato berada didekatnya.

Saat mereka masuk ke ruang baca, Hayato bisa melihat perubahan pada ekspresi Yuma. Dia biasanya memang selalu menunjukkan wajah kesal pada Hayato, tapi kali ini berbeda. wajah remaja itu berubah menjadi merah padam karena menekan amarah.

Yuma berdiri lalu mendekat ke arah dua orang remaja yang baru saja datang. "Sialan! Tidak bisakah kalian menyingkir dari hidupku seperti aku menyingkir dari kalian?!" Suaranya terdengar berbahaya. Dan benar saja, tepat setelah Yuma menyelesaikan kalimatnya, dia melayangkan tendangan tepat di ulu hati salah satu remaja laki-laki itu dan melayang kan tinjunya di wajah sosok lain yang memiliki rupa yang sama dengannya. "Pergi kalian!!"

Semuanya terjadi begitu cepat. Ayah Yuma yang berusaha melerai pun bahkan nyaris tak bisa melakukan apa-apa. Yuma seperti sedang dirasuki setan saat melihat dua orang anak laki-laki yang seumuran dengannya itu. Dia bahkan dengan mudah meloloskan diri dari Sang Ayah yang menahan pergerakannya agar tidak menyerang lebih brutal lagi.

Yuma meninggalkan ruang baca itu dalam kondisi canggung, terutama bagi Hayato. "Erm, aku akan membuat teh." Dia berdeham lalu pamit untuk melakukan apa yang baru saja dia ucapkan.

Saat kembali ke dalam ruangan dengan satu poci teh dan beberapa gelas, Ibu Yuma tersenyum sedih pada Hayato, lalu berkata "Maaf karena kamu harus melihat kejadian barusan."

Hayato yang mendengar itu hanya bisa meringis canggung. "Tidak apa-apa." Ujar Hayato seadanya sambil meletakkan teh di atas meja kecil yang berada di tengah ruangan.

"Aku juga minta maaf Mitsui-san." Kali ini giliran Ayah Yuma yang berbicara pada adik ayahnya.
Wanita paruh baya itu hanya tersenyum maklum. Jujur saja dia kaget dengan hal yang baru saja terjadi. Tapi mengingat situasi lengkapnya, Mitsui bisa memaklumi.

"Aku hanya ingin Yuma memaafkan kami." Kali ini remaja yang mirip dengan Yuma berbicara.

"Kurang lebih setahun sudah berlalu, tapi ...." Remaja yang lainnya kini berucap.

Hayato tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya sampai-sampai kejadian seperti ini bisa tercipta. "Aku akan coba bicara dengannya. Siapa tahu dia berubah pikiran." Hayato berdiri kembali. Saat dia berada di bang pintu, Hayato berhenti, dia ngin menanyakan sesuatu. Namun, pertanyaan itu tidak jadi keluar saat dia melihat bite mark yang ada di tengkuk kembaran Yuma.

Berbagai spekulasi muncul di pikirannya. Namun akhirnya Hayato memutuskan untuk kembali berjalan ke arah kamar Yuma, kemudian mengetuk pintu geser yang membatasi ruangan tersebut dengan lorong. "Yuma, ini Hayato. Boleh aku masuk?"

"Pergi sana!" Hayato malah diusir.

"Yuma ini bukan tempatku untuk mengatakannya, tapi orang tuamu baru saja sampai. Setidaknya bicaralah dengan mereka." Hayato masih bertahan di depan pintu.

"Oh! Tentu aku mau bicara dengan Ayah dan Ibu. Tapi tidak jika mereka membawa dua serangga menjijikkan itu. Lebih baik mereka cepat pergi atau aku yang menyingkir dari sini!" Yuma tak segan-segan mengeluarkan suaranya hingga bisa didengar oleh orang tua, saudara dan mantan kekasihnya.

"Aku akan bicara padanya." Ayah Yuma bersiap untuk menemui anak kembarnya yang sudah setahun tidak dia lihat.

Tapi Mitsui mencegahnya. Wanita yang bijaksana itu menggeleng pada anak kakaknya. "Beri dia waktu, Furuya."

"Setahun sudah kami memberinya waktu, Mitsui-san. Sampai kapan dia mau bersikap begini?"

"Bukan Yuma, yang aku maksud adalah Hayato." Mitsui mejelaskan ucapannya. "Yuma sudah kehilangan kepercayaannya pada orang-orang terdekatnya. Hayato adalah orang asing bagi anak itu. Orang asing juga bagi kalian. Dia bisa memberikan Yuma pandangan yang objektif, dan itu adalah hal yang dibutuhkan Yuma."

Sang Ayah hanya bisa menghela napas. "Aku malah berpikir karena pemuda itu adalah orang luar yang tidak mengerti apa-apa, Yuma tidak akan mendengarkannya."

Mitsui hanya bisa tersenyum tipis. "Kau tidak tahu bagaimana cara berpikir anakmu dalam waktu setahun ini, Furuya. Makanya, kita beri Hayato waktu untuk bicara padanya. Jika masih tidak jelas titik terangnya, kau bisa bicara dengan anakmu."

[~]


Omegaverse: GenesisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang