5장 1st Impression

62 11 42
                                    

❄❄❄ HAPPY READING ❄❄❄

.

.

.

.

Anthy masuk ke dalam lift menuju lantai satu, Cafetarian terletak di sebelah lobi kantor, biasanya di jam-jam kerja seperti ini hanya ada para bos besar atau model-model yangsudahselesaipemotretan
dan ingin bersantai sejenak. Jadi pasti akan canggung jika seorang pegawai membeli sesuatu saat jam kerja.

Anthy berhenti di pintu, benar-benar melongo melihat keadaan di dalam Cafetarian. Tempat itu sangat lenggang hanya ada karyawan cafe juga dua orang yang sepertinya sedang menikmati minuman dalam cup.

_____________

.

.

.

"Satu Moccalatte ...." pesan Anthy yang langsung di angguki oleh kasir.

"Tunggu sebentar, Nona!" jawabnya dengan senyum.

Anthy mengangguk lalu memperhatikan sekeliling sembari menunggu pesanannya, padahal biasanya Anthy akan pergi menuju ke cafe depan kantor saat jam makan siang karena Cafetarian kantor benar-benar padat dan jam makan siang yang terbilang mepet.

Drrttt ....

Drrttt ....

Anthy merogoh saku sembari menerima sodoran kopinya dengan senyum.

"Hallo Ay!" sapanya lalu berbalik untuk kembali ke kubikelnya.

"Mbak, aku sudah pulang," lapor Ay di telpon. "Dimana kunci rumahnya? Punyaku dikoper!"

"Sudah pulang?! Kok cepat sekali?" tanyanya merasa heran padahal gadis itu bilang akan kembali dua atau tiga hari lagi. "Tidak jadi terbang atau bagaimana?" tanyanya curiga.

"Nggak hehe ...." jawab Ay cengengesan. "Tiketnya ada yang mau beli dan katanya darurat. Ya sudah tak kasihkan saja." laniutnya menjelaskan pada Anthy dan mengangguk lalu teringat kalau gadis itu menanyakan kunci rumah mereka. "Kunci rumah ada di-- Auuwww!!" Anthy menurunkan ponselnya lalu segera meletakkan kopinya di meja terdekat dan membersihkan kemejanya yang kena tumpahan kopi.

Duuh ... panas! umpatnya dalam hati.

"Maaf ... maaf!" ucap seseorang yang tak sengaja menyenggolnya saat hendak berdiri.

"Tidak masalah!" jawab Anthy mendongak lalu tersenyum masih dengan kesibukannya membersihkan bajunya yang kini meninggalkan noda.

Maaf mah gampang ya! gumannya dalam hati sedikit kesal sebenarnya.

"Pakai ini saja!" si penabrak memberikan jaketnya pada Anthy. Anthy menatapnya dan mengerutkan keningnya. "Aah ... ini untuk menutupi kemejamu yang basah dan kotor." lanjutnya melihat raut muka bingung lantaran dirinya menyodorkan jaket bukannya sapu tangan atau yang lainnya.

"Ah, tidak usah!" tolak Anthy sebenarnya ingin sekali menerimanya karena kopi yang tumpah sudah pasti menyebabkan bajunya basah lalu menembus pakaian dalamnya.

"Pakai saja sebagai permintaan maaf dariku!" katanya memaksa. "Aku yakin tidak nyaman menggunakan baju basah dan kotor." lanjutnya lagi menunjuk bagian yang basah di baju Anthy.

"Ehm ... baiklah!" Anthy menerima jaket itu daripada bekerja di akhir hari dengan tidak nyaman. "Oh ya, tolong tulis nomormu disini," lanjut Anthy menyodorkan ponsel miliknya dan lelaki itu mengerut bingung. "Agar aku bisa mengembalikannya besok, bukan untuk yang lain-lain!" imbuhnya menjelaskan tak ingin lelaki di depanya ini berburuk sangka.

'DIA LANGIT' { Terbit Novel } √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang