14

1K 167 69
                                    

Chapter Fourteen

Crimes have been a tumor in each inch of world life, till there is no chance to sorrow every death.

Kejahatan telah menjadi sebuah tumor di setiap inci dari kehidupan dunia, hingga tidak ada kesempatan untuk menangisi setiap kematian.

The Lifetaker
.
.

If dreaming is the only way to be with you, then I'll never open my eyes. Some dreams weren't meant to come true, and i learned that from you. No pleasure, no expressions, just an illusion of what should of, but was not. Because how could i lose something that i never had?

Jika mimpi adalah satu-satunya cara agar aku bisa bersamamu, maka aku tidak akan pernah mau membuka mataku. Beberapa mimpi tidak dimaksudkan untuk menjadi kenyataan, dan aku belajar itu darimu. Tidak ada kesenangan, tidak ada pula ekspresi, yang ada hanyalah sebuah ilusi yang seharusnya kita lakukan tetapi tidak dilakukan. Karena bagaimana bisa aku kehilangan sesuatu yang tidak pernah kumiliki?

Hari ketujuh berada di rumah sakit.

Setelah bertarung kata hebat dengan Gongyoo, Baekhyun akhirnya menang dan mendapatkan kembali kebebasannya. Dia merasa sangat bahagia untuk bisa pergi terbebas dari ranjang yang menurutnya kecil dan sempit dengan besi pada kedua sisinya di tengah ruangan berbau antibiotik itu. Si pria kecil bahkan membuat dirinya hampir terjungkal di kamar mandi akibat hari kebebasannya.

Semuanya terasa sangat baik hari ini. dimulai dari matahari pagi yang menyambut hari kepulangan Baekhyun dengan hangat hingga Bogum yang tidak diizinkan membolos sekolah oleh Gongyoo dengan alasan menjemput Baekhyun.

Tidak ada Bogum akan lebih baik untuk kesehatan darah tinggi seorang Byun Baekhyun.

Sampai akhirnya, pria bertubuh kecil itu harus duduk dengan geram di atas kursi roda yang kini berjalan menopangnya ke arah taman rumah sakit.

Punggung tangan Baekhyun benar masih tertusuk jarum infus. Namun tubuhnya beralih dibalut kaus hitam v neck tipis berpadu dengan jaket kulit coklat dan jeans hitam robek di bagian dengkul. Bersama wajah cemberut, sesekali Baekhyun mengumpat kesal pada sosok jangkung yang masih sibuk mendorong kursi rodanya.

"Aish, kenapa hyung marah begitu? Aku datang ke sini untuk menjengukmu, tapi kenapa harus disambut oleh mulut kotormu itu, hah?"

"Itu salahmu, brengsek! Dari sekian banyak hari, kenapa kau baru datang sekarang?!"

Baekhyun menendangkan kaki ke udara dengan kesal.

"Aku sibuk sejak kemarin dan baru bisa datang sekarang. Memangnya kau sudah sangat merindukanku ya, sampai marah begitu?"

"Kau tahu, duduk di atas kursi roda sangatlah menyenangkan. Mau mencobanya? Aku bisa membantumu masuk rumah sakit dengan luka yang lebih parah dari miliku sekarang." Baekhyun menoleh ke belakang sambil mengacungkan jari tengah.

"Attitude-mu, bodoh. Ini tempat umum."

Si jangkung mendorong tangan Baekhyun dan mengarahkan kursi roda itu ke sebuah pohon. Ia merupakan Oh Sehun, yang kini bergerak memosisikan Baekhyun di bawah pohon besar sedangkan dirinya duduk di sebuah kursi taman.

"Bagaimana kabarmu?"

"Sangat baik, tentunya sebelum kau datang." Baekhyun menjawab asal.

"Bagaimana lukanya?"

"Kau bisa melihatnya sendiri dengan matamu. Well, jika memang masih berfungsi."

"Baekhyun.." ucapnya membuat Baekhyun jengah.

The LifetakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang