TAC 15.

218 36 19
                                    

- Waktu memang memberi jalannya sendiri. Maka nikmati saja setiap kenangan yang diciptakan oleh waktu. Bukankan waktu adalah satu-satunya yang selalu berjalan ke depan?-

06.00 PM

Apartemen Seokjin ( Seoul Forest Trimage)

Jisoo masih tetap berjalan di belakang Seokjin tanpa berkata apa pun, pikirannya melayang ke mana-mana memikirkan berbagai kemungkinan latar belakang Seokjin. Dia tidak menyangka jika pria di depannya ini adalah orang yang bisa terbilang kaya. Jisoo terlalu asyik dengan pikirannya sampai tidak menyadari jika mereka telah sampai di lantai empat puluh.

" Kau ingin tetap tidur di dalam lift atau akan ikut masuk ke dalam apartemenku Jisoo~sii?" pertanyaan Seokjin mengembalikan kesadaran Jisoo. Saat ini, Seokjin sudah berada di luar lift sedangkan Jisoo masih sibuk dengan pikirannya sendiri.

" Yakk!! Tunggu aku, aishh!!" teriak Jisoo segera berlari keluar dari lift, sebelum lift itu benar-benar tertutup. Jisoo berlari-lari kecil mengikuti Seokjin, hingga mereka telah masuk ke dalam. Lagi-lagi Jisoo kembali terkagum dengan penataan barang-barang serta interior dalam apartemen Seokjin.

" Berhenti memikirkan latar belakangku. Mandilah kau bisa membersihkan dirimu di sana," ucap Seokjin sembari mendudukkan dirinya di sofa terlihat begitu lelah.

" Memang kenapa? Kau bukan termasuk orang-orang yang harus menyembunyikan identitasnya bukan? Memang sepenting apa dirimu?" tanya Jisoo yang malah ikut duduk di sofa Seokjin, mengabaikan perintah untuk segera membersihkan diri.

Seokjin yang melihat kelakuan Jisoo mendengus kesal, dia kemudian berdiri dan mencengkram pergelangan tangan Jisoo. Seokjin menyeret Jisoo menuju arah kamar mandi seraya berkata

" Aku paling tidak suka jika tempatku di kotori!!" hardik Seokjin serius, sembari memberikan paper bag yang berisi baju ganti Jisoo.

Seokjin menggeram kesal pada dirinya sendiri, setelah itu dia kembali memikirkan bagaimana rencana yang telah dia susun rapi berantakkan hanya karena ada paparazi lain yang mengunggah artikel murahan itu. Dia sudah berjanji ke pada dirinya sendiri, bahwa dia akan menjauh sejauh yang dia bisa dari gadis itu. Manajer hanyalah kedok agar dia bisa menghancurkan Jisoo perlahan tanpa menimbulkan kecurigaan. Namun, faktanya sekarang malah dia mengajak gadis itu ke apartemen pribadinya.

Seokjin segera melangkahkan kaki menuju ke kamarnya, dia ingin segera mandi dan melepas penat. Dikerubungi wartawan serta beberapa orang yang tidak dia kenal membuatnya begitu sangat lelah. Setelah dia selesai dengan acara bersih-bersih dirinya, segera dia turun ke bawah. Saat dia turun ke bawah, dia mendapati Jisoo sedang berkeliling memperhatikan seluruh ruangannya. Di mata Seokjin saat ini, Jisoo terlihat seperti bocah remaja yang menemukan hal menarik di matanya.

Seokjin menghempuskan nafasnya lelah seraya berkata " Kau benar-benar tidak ada pertahanan sama sekali ya?". Seokjin kemudian berjalan menuju dapurnya mengambil satu kotak susu rasa coklat dan melemparkan ke arah Jisoo. Jisoo secara reflek menerima lemparan susu coklatnya dengan sebal.

" Bisakah kau memberikannya dengan cara yang wajar?!" tanya Jisoo, tapi tetap dia menikmati acara minum susu coklatnya. Kemudian Jisoo bertanya kepada Seokjin yang sedang mencari sesuatu di dalam lemari kecil di sudut dapurnya.

" Kau sebenarnya sekaya apa? Desain di apartemen mu tergolong mewah serta elegan. Cocok dengan kepribadianmu. Tenang." ujar Jisoo yang saat ini sedang asyik memandangi salah satu foto yang terpajang. Foto itu menampilkan potret seorang wanita muda yang baru memasukki usia dua puluh tahunan.

" Tidak ada kewajiban bagiku untuk memberi tahu berapa total uangku padamu. Kecuali..." Seokjin sedikit menjeda kalimatnya, kemudian dia berjalan ke arah Jisoo, kembali menggeret gadis itu untuk duduk di sofa.

Truth and Choice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang