CHAPTER 13 : Dusta

507 63 11
                                    

Dentingan suara benda yang saling bersentuhan menjadi satu-satunya pengusir hening. Atmosfirnya berbeda dari terakhir kali berkumpul untuk makan bersama, membuat salah satunya yakin bahwa sudah terjadi sesuatu saat ketiadaan mereka di rumah.

"Ehemm.." Wanita tua itu berdehem sebelum tersenyum teduh.

Senyumnya tak jauh berbeda dengan sang putri, membuat keduanya terlihat sangat mirip saat bibir tersebut sama-sama merekah.

"Apa masakannya tidak enak? Kalian menjadi sangat pendiam setelah kepulangan kami."

"Tidak. Masakanmu masih sama seperti hari itu, mommy. Sangat enak. Masakan mommy Jessica adalah yang terbaik." Hanya Tiffany yang segera mendongak kemudian menyahut antusias bersama senyuman khas dari matanya yang bak bulan sabit.

Sedang dua orang lainnya sibuk menyantap makanannya masing-masing, seolah tengah berlomba untuk lebih dahulu menghabiskannya.

Posisi duduk mereka bahkan berubah dari tempo hari lalu. Kini, Tiffany lah yang berada di tengah-tengah keduanya. Menjadi tembok penyelamat untuk kecanggungan yang entah karena masalah apa itu.

"Sooyeon-ah?" Seru dari pria di seberang sana menyentak Jessica untuk segera mendongak menatapnya.

"Ummm?" Sahut gadis itu singkat serta pelan, nyaris tak terdengar.

"Are you ok, baby?" Ucap daddy Jung terdengar khawatir yang serentak menarik perhatian seluruh orang di sana, tak terkecuali Yoong yang diam-diam berusaha sedikit melirik ke samping.

Tiffany yang semalam tidur bersamanya pun ikut memperhatikan Jessica.

Tiffany mengerti sekarang. Tak salah jika daddy Jung bertanya, Jessica nampak pucat bahkan tidak nafsu makan. Makanan di piringnya masih tertinggal banyak. Tidak berkurang lebih dari setengah.

"Gwenchana? Aku sudah bilang untuk menyimpan energimu, kan? Apa kau tidak tidur semalam?" Tiffany langsung meracau dengan pertanyaannya yang bertubi sekaligus.

Namun Jessica bergeming. Ia sama sekali tidak memperdulikan Tiffany bahkan daddy Jung sekalipun.

Jessica bahkan segera meletakan sendok serta garpu yang hanya berada di ujung jemarinya, kemudian mulai berdiri.

"Aku ingin istirahat sebentar." Ucapnya berlalu meninggalkan meja makan.

"Mommy akan membuatkan bubur jika tenggorokanmu sakit, Sooyeon-ah." Wanita itu mengikuti Jessica dengan bola matanya.

"Mungkin dia hanya sedang sakit kepala. Tenanglah. Kau selalu saja berlebihan." Sahut daddy Jung berusaha menenangkan istrinya yang nampak begitu cemas melebihi dirinya.

Berapa banyak waktu yang harus Jessica makan untuk beristirahat? Apakah malam tidak cukup? Mata Jessica berkantung serta nampak sedikit bengkak. Jelas, Jessica membuang waktunya untuk terjaga semalaman dan Tiffany tidak mengetahui itu.

Ia kelelahan karena berinisiatif membersihkan mansion Jung, lalu energinya terkuras habis saat berlarian mencari Jessica tak tentu arah. Wajar jika dirinya tidur seperti orang mati yang tak sadar akan apapun di sekitarnya lagi.

Mata Tiffany mengekori kepergian Jessica sebelum akhirnya menjatuhkan pandangan pada pria yang duduk tenang di sampingnya.

Ia menginjak kaki Yoong hingga pria itu mengernyit kesakitan kemudian terpaksa menoleh ke arah Tiffany.

"Apa yang sudah kau lakukan padanya?!" Bisik Tiffany memberikan penekanan di setiap kata, tak lupa sembari melotot tajam pada pria rusa yang memasang wajah polos layaknya tanpa dosa tersebut.

PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang