41 : Hancur

2.8K 199 33
                                    

"Selamat datang, Jeslin." Leon menepuk-nepuk kedua tangannya. Seolah-olah memberi apresiasi pada Jeslin, Bella dan mungkin aku.

"Hebat, kalian bisa mengelabui aku dengan Rogue sialan itu," kata Leon.

"Kawananmu sangat lemah, Jeslin. Lihat saja, mereka akhirnya kabur terbirit-birit." Leon tertawa keras, menghina Jeslin dengan kawanannya.

Jeslin terdiam, ia lantas berdiri, gadis pemberani itu menegakkan kepalanya. Menantang Leon yang kini mendengus kesal. Tanganku bergemetar, aku menatap Leon penuh dengan rasa kekecewaan.

Mengapa Leon yang sekarang dengan Leon ketika kecil sangat berbeda? Padahal, dulu Leon selalu tertawa. Mengapa rasanya Leon yang berada di hadapanku kini penuh dengan aura seram dan begitu suram?

"Untuk apa ke sini, Jeslin? Menyelamatkan kakak bajingamu ini hah?" desis Leon diakhiri kekehan hambar.

Jeslin mendekat. "Dia bukan Rea, Leon!"

"Lelucon apa ini? Kau pikir aku bisa begitu mudah dikelabui?" suara sepatu Leon kini menggema, tidak ada suara lagi selain sindirannya juga suara sepatunya itu.

"Apa kau lupa? Rea sudah meninggal! Dan itu semua karnamu!" Jeslin tersulut, gadis itu menujuk-nunjuk Leon dengan jarinya.

"Aku tersanjung, tapi kakakmu ini juga membunuh adikku," balas Leon.

Jeslin menujuk Ashley. "Dia bukan Rea, bodoh! Sudah kuucap beberapa kali, Rea sudah meninggal ketika usianya 16 tahun!"

"Lalu, bagaimana kau menjelaskan tentang luka yang sama denganku dipunggungnya itu? Luka itu benar-benar persis seperti lukaku dan, Rea!" Leon mengencangkan suaranya.

"Luka goresan, 'kan?" Jeslin menghentikan napasnya sebentar. "Percayalah, Rea sudah lama meninggal, Leon!"

"BODOH!" Leon langsung mendorong Jeslin, menciptakan Jeslin yang kini tersungkur di lantai.

"Tangkap mereka!" Meira dan Liana mematuhi ucapan Leon. Kedua wanita itu kini mengikat tangan Bella dan Jeslin. Membuat dua gadis pemberani itu tidak bisa bergerak untuk menyelamatkan Ashley kali ini.

"K-kau ..." Leon menatapku marah, sedangkan aku langsung berdiri seraya mendekati pria itu.

"Leon?" panggilku pelan.

"Kau benar." Aku tersenyum. "Aku Lilymu, Leon."

Leon menjambak rambutku. Menciptakan jeritan kesakitanku yang menggema di ruangan ini. "LILY SUDAH TIADA!"

"DAN KAU MALAH MENGANGGAP DIRIMU INI, LILY?!" amarahnya tak terbendung, Leon melepaskan jambakannya. Namun, pria itu kini langsung memegang kedua tanganku dengan kasar.

"Lepas, Leon!" kataku memberontak.

"DASAR TIKUS KECIL TAK BERGUNA! SEHARUSNYA KUBUNUH SAJA KAU DARI AWAL!" cengkramannya semakin kuat, aku meringis pelan, sedangkan Bella berkali-kali meneriaki Leon.

"DIA LILY, LEON!" katanya.

"Lepaskan, Leon ..." aku memohon pelan. "Aku Lilymu."

Leon membenturkan kepalaku ke dinding, membuat Bella serta Jeslin berteriak kencang. "Dia Lilymu, bodoh! Rea sudah lama meninggal!" jerit Jeslin.

"A-aku ... Aku Lilymu, Leon." Aku menahan tangis, demi apapun, kini aku benar-benar tidak tahan. Mengapa Leon sangat membenciku? Padahal aku adalah matenya, separuh jiwanya.

"Lalu, luka goresan itu datang dari mana? Seingatku, aku belum mengenal Lily ketika kudapatkan luka itu," tanya Leon dengan nada mengerikan.

"A-aku ... Aku tidak tahu, Leon." perlahan, setitik demi titik air mata mulai berjatuhan, aku merasa sakit, entah itu sakit secara fisik ataupun secara batin.

Damn! My Mate Is A Vampire?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang