Under Control

55 6 1
                                    

Di tengah suara burung hantu. Bulan purnama memencarkan cahaya terang untuk menerangi kegelapan malam. Terlihat seorang pria dengan rambut pendek seleher bergradasi warna hijau. Nafasnya berat kala ia seperti sedang berlari dari seseorang. Setiap menit dia menoleh ke belakang. Tak ada seorang pun. Perlahan dia menurunkan kecepatan larinya karena merasa aman. Dia membungkuk; kedua tangan bertumpu pada paha; menekuk sedikit kedua lutut 15 derajat. Dia berusaha sebisa mungkin tenang dengan mengatur kembali laju pernafasannya.


"Haruskah kau lari, Sasara?"

Betapa terkejut kala orang yang dipanggil Sasara tersebut melihat sosok yang mengejar telah berada di hadapannya. Sasara hingga terjengkang ke belakang. Sasara pun panik dan tak bisa mengatur nafasnya kembali.

"Kenapa.. kenapa.." Sasara kehabisan kata-kata. Tubuhnya lemas. Pakaian yang Sasara pun lusuh seperti telah diserang sebelumnya. Di tangan kanan sosok tersebut telah memegang hypnosis microphone. Sasara melihatnya; namun dia juga tak bisa berbuat banyak. Tahu jika hidupnya takkan selamat; Sasara mengucapkan kalimat terakhir, "Pengkhianat.."

Sosok itu hanya menyeringai ketika mendengar ucapan Sasara "Maaf ya.." hingga akhirnya dia mendekatkan bibirnya pada hypnosis mic.

**

"Huaaaaa!" teriak Sasara. Tampak suasana telah berpindah ke dalam kamar Sasara Nurude. Seorang pelawak terkenal di Osaka ini berkeringat cukup deras. Sasara mengatur nafas setelah dia terbangun dari sebuah mimpi yang sangat buruk.

"Woiii Sasaraaa!?" sebuah teriakan seseorang terdengar sambil menggedor pintu kamar. "Bangun woiii udah jam berapa ini?!" lanjutnya.

Sasara yang masih setengah sadar mencoba mengembalikan seluruh nyawa dengan menggaruk kepala. Dia tak menjawab suara itu dan bangkit dari kasur ke westafel untuk mencuci wajah. Tidak lupa untuk menggosok gigi. Cukup lama hingga 10 menit; suara tersebut tak terdengar lagi. Sasara yang tak butuh lama mengenali suara siapa tersebut akhirnya memutuskan untuk membuka pintu.

Setelah dibuka, tampak seorang pria berambut ungu berkacamata bulat menatap sinis Sasara. "Kenapa kau lama buka pintunya?!" bentak pria itu memarahi Sasara.

"Maaf, Rosho, Maaf.." hanya kata maaf yang bisa Sasara lontarkan pada pria bernama Rosho itu. Rosho yang baru datang cuma bisa menghela nafas pasrah melihat sikap acuh Sasara.

"Kau tidak lupa kan hari ini kita latihan?" tanya pria tersebut sembari melepaskan sepatu.

"Iya.."

Melihat sikap aneh Sasara, Rosho menaruh curiga. "Kau kenapa? Lagi ada masalah?" tanya Rosho menatap wajah Sasara.

"Um? Enggak.. cuma kepalaku.. ugh," tiba-tiba saja Sasara memegang kepala yang terasa sakit. Rosho langsung menyeletuk.

"Itu karena kemarin kau kebanyakan minum sake, Sar.." Rosho bergegas mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih.

"Sake? Emang kemarin kita ngapain?" Sasara tentu tak ingat betul apa yang terjadi kemarin malam. Sembari Rosho memberikan air putih tersebut kepada Sasara; dia berusaha mengingat-ingat kejadian kemarin.

"Kalau tidak salah kau menghabiskan 5 kaleng sake dan 1 botol bir besar yang dibawa Rei.."

"Heh?" betapa terkejutnya Sasara hingga memuncratkan minuman yang dia teguk. Dia sama sekali tidak ingat mereka melakukan pesta kecil-kecilan. "Masa sih?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Under Control (Hypnosis Mic - Dotsuitare Hompo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang