Aku mohon sama kalian jangan jadi siders ya😭 Aku sedih banget, yang baca berapa yang vote berapa😷
Jadi para gemay-gemayku jangan lupa vomment, biar aku makin semangat buat update😊
.
.
.
.
.
.
Happy reading...SEBUAH kebahagiaan memang tidak bisa diukur dengan apapun. Dan seperti itulah yang sekarang Binar rasakan. Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum jika mengingat kebersamaannya tadi dengan Syuja. Hal sederhana, namun mampu membuatnya berbekas tanpa batas. Ayee..
"Ka Binar." Panggil Alin serius.
Binar melihat kesamping tepatnya pada Alin. Cewek itu terlihat menerawang kedepan entah apa yang ada dalam pikirannya.
"Iya, kenapa Lin?"
Alin membuang nafasnya pelan sebelum bersuara. Meski ini akan menyakiti orang lain, sekarang dia tak peduli. Jika memang perlu dilakukan, maka dia akan melakukannya.
"Alin ga tau sampai kapan Alin bisa hidup."
Meski sikap Alin selalu menyebalkan, namun tak bisa dipungkiri jika sekarang Binar pun ikut bersedih. Sepertinya, penyakit Alin benar-benar parah hingga dirinya pun memiliki persepsi seperti itu.
"Kamu jangan bilang kayak gitu Lin, soal kematian ga ada yang tau."
Alin tersenyum getir,"semua orang memang akan mati. Dan semua orang pun pasti menginginkan sebuah kebahagiaan disisa hidupnya. Sekarang Alin merasakan hal itu." Ungkapnya yang masih Binar simak.
Binar bisa melihat gurat kesedihan diwajah pucat Alin. Dia belum berani bersuara karena cewek itu sepertinya masih ingin mengungkapkan unek-unek yang ada dalam pikirannya.
"Alin tak mau jika kebahagiaan Alin dibagi-bagi dengan orang lain. Alin hanya ingin bahagia dengan orang yang Alin sayang."
"Maksud kamu apa Lin?"
"Kebahagiaan Alin adalah Ka Ucha. Jadi, bisa kan Ka Binar lepasin Ka Ucha buat Alin?"
Deg
"Alin tau, Alin memang egois. Tapi Alin lebih dulu kenal Ka Ucha kebanding Ka Binar. Alin lebih berhak memiliki Ka Ucha. Alin mohon lepasin Ka Ucha demi Alin, Ka Binar."
Mata Binar menyorot tajam pada Alin. Sudah cukup! Kemarin-kemarin dia hanya bisa diam. Tapi, bukan berarti jika Alin berbuat seperti ini pun Binar akan diam.
"Maaf aku ga bisa Lin. Perlakuan kamu yang sekarang udah kelewatan batas. Apa kamu ga ngerasa kalau sekarang ini kamu sudah jadi perusak hubungan orang lain??"
Binar mengerutkan dahi saat Alin justru malah tertawa hambar. Apa menurutnya Binar becanda? Atau dia memang tidak tau diri?
"Ka Binar harusnya tau. Jauh sebelum Ka Ucha sama Ka Binar, Ka Ucha udah pernah mengungkapkan perasaannya sama Alin."
Lagi-lagi kejujuran Alin menusuknya membuat ulu hati Binar sakit. Dia terdiam. Kenapa Syuja tak pernah menceritakan soal ini kepadanya? Apa memang Syuja tak mau jika dia menceritakannya, Binar tak akan mengijinkan Syuja bersama Alin?
Banyak sekali berbagai pertanyaan dalam pikiran Binar. Ini cukup membuatnya pusing seketika.
"Ka Binar juga mungkin bisa merasakannya bukan? Perhatian Ka Ucha, kekhawatirannya, dan panggilan aku kamu, apakah hanya berlaku saja untuk Ka Binar?"
Mata Binar sudah berkaca-kaca mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Alin. Apa benar adanya dengan apa yang Alin katakan barusan?
"Lalu, kenapa sekarang kamu bukan kekasih Syuja? Bukankah kamu bilang Syuja mengungkapkan perasaannya?" Tanya Binar berusaha tegar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Binar Bentala Bianglala (END)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT DI GUEPEDIA] Binar Bentala Bianglala, nama yang indah juga puitis tapi, tak seindah itu kisah asmaranya. Dia, cewek yang dianggap paling beruntung karena memiliki pacar seorang Reygan Syuja Pratama, cowok tampan, temperamen dan ditakut...