Trauma

18 8 4
                                    

Trauma

Anggi Salsabilla atau biasanya dipanggil Anggi adalah seorang gadis pendiam. Ia jarang bersosialisasi dengan teman-temannya, karena itu ia tak memiliki satupun teman.

Kini Anggi tinggal dengan keluarga angkatnya yang cukup berada. Dulu ia hanya seorang gadis sebatang kara yang tinggal di panti asuhan.
~~~~~

5 tahun lalu

"Anak buangan, haha" maki seorang anak kecil kepada seorang gadis seumurannya.
"Yah gak punya orangtua, haha" ledek seorang lagi dari mereka.

"Diammmmm" teriak gadis yang dibully itu dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya.
"Ye cengeng, huuuu" ledek kira-kira 4 anak kecil itu bersamaan.

"Anak cengeng, anak cengeng" ledek mereka lagi.
Dan gadis itu hanya dapat menangis, mendengarkan semua cacian dan ledekan yang dilontarkan teman-temannya.

"Pergi yuk, udah gak asik masak dia nangis terus! " ucap seorang anak yang membuly tadi. Lalu mereka berempat pergi meninggalkan sangat gadis itu sendiri.

"Sakit hati aku yah, bun" ucapnya dengan air mata yang terus meleleh dari kelopak matanya.
"Sebenernya dimana kalian? Anggi rindu, Anggi muak dengan hidup Anggi.

Anggi muak selalu jadi bahan bulyan temen-temen" tambah Anggi lagi dengan air mata yang semakin menanak sungai.

"Anggi sayang" panggil seorang perempuan paruh baya dengan lembut. Namun yang dipanggil tak menggubrisnya.

Hingga tepukan lembut di pundaknya mampu menyadarkan Anggi.
"Ibu" ucap Anggi lalu ia memeluk orang yang dipanggil ibu itu.

"Anggi muak dengan hidup Anggi buk, rasanya Anggi pingin mati aja!  Anggi gak mau terus-terusan jadi bahan bulyan buk" ucap Anggi didekapan hangat ibunya.

"Anggi gak boleh ngomong gitu sayang, Anggi harus kuat ya nak" kata sang ibu menyemangati. "Katanya Anggi mau cari kedua orangtua Anggi, maka dari itu Anggi harus kuat. Ya nak ya" tambah sang ibu masih dengan mendekap Anggi.

Entah sejak kapan air mata juga sudah menanak sungai diwajahnya.
"Makasih buk, walaupun ibuk bukan ibu kandung aku tapi ibuk selalu ada dan ngasih dukungan untuk aku" ucap Anggi.

"Sama-sama sayang, bagaimana pun juga ibuk ini juga ibu kamu nak.  Walaupun ibuk hanya ibu panti" ucap sang ibu kemudian. Anggi tak merespon ucapan sang ibu, namun ia malah semakin mengeratkan pelukannya.

Setelah itu keduanya terdiam, diam saling mendekap penuh kehangatan dengan air mata yang masih setia membanjiri wajah mereka.
~~~~~

Setelah kejadian pembullyan itu, para pembully malah semangkin gencar membully Anggi. Semakin hari Anggi hari Anggi semakin merasa sakit, bukan hanya hati tapi juga fisiknya.

Meskipun ibu panti juga tak pernah absen menyemangatinya untuk selalu bersabar dan bersabar. Namun tetap saja rasanya sakit sekali,  seakan ada ribuan pisau yang menikamku setiap harinya. Sakittt ya Tuhan

Hingga suatu hari semua rasa sakit itu mengantarkan tekat Anggi untuk mengakhiri hidupnya. Kini Anggi tengah berada di atas jembatan dan siap untuk terjun ke bawah sana.

"Aku akan merindukan ibuk kelak, namun aku harus pergi bu. Maaf" ucapnya dengan berurai air mata dan ia pun menjatuhkan dirinya ke bawah jembatan.

Tapi tiba-tiba ada yang menarik tangan Anggi hingga  ia tak jadi jatuh.
"Lepaskan, lepaskan aku. Biarkan aku mati, aku mohon" teriak Anggi yang semakin lama semakin melemah.

Hingga ia kembali menjatuhkan dirinya di aspal yang dingin malam itu.
"Kamu egois, berjuta-juta orang diluaran sana bersusah payah untuk bertahan hidup.

Tapi kamu malah mau bunuh diri" ucap seseorang laki-laki seumuran Anggi sarkastik
"Iya aku emang egois, jadi biarin aku bunuh diri aja" jawab Anggi gk kalah sarkastik.

"Kamu akan menyesal karena telah menyia-nyiakan hidupmu yang berharga ini" ucap si laki-laki lagi.

"Berharga?  Hidup yang selalu menjadi bahan bulyan dan ejekan semua orang. Itu yang kamu bilang hidup yang berharga? " tanya Anggi dengan emosi yang meluap-luap.

"Maaf aku gak ngertiin posisi kamu. Tapi seberat apa pun ujian hidupmu, bunuh diri bukanlah jalan keluarnya. Dengan bunuh diri, kamu malah membuktikan kepada mereka bahwa kamu adalah orang yang lemah"
ucap si laki-laki itu.
"Aku yakin kamu akan dapat memilih tindakan bijak" ucapnya lagi sambil tersenyum menyemangati Anggi lalu pergi dari sana.
Dan pada akhirnya Anggi menuruti nasehat si laki-laki tersebut dan tidak jadi bunuh diri.
~~~~~

Keesokan paginya ada sepasang suami-istri yang kepanti, mereka berniat mengadopsi seorang anak.

Dan entah karena memang sudah takdir atau sebuah kebetulan, mereka melihat seorang gadis cantik sedang menyapu lantai panti, dan gadis itu adalah Anggi. Pasangan itu tertarik dengan Anggi, lalu mereka memutuskan untuk mengadopsi Anggi.

Anggi?  Walaupun rasanya berat meninggalkan panti terutama ibu panti, tapi ia tetap menerima adopsi itu dan tinggal bersama keluarga barunya.

Kehidupan Anggi menjadi lebih baik setelahnya menjadi lebih baik, semua kebutuhannya terpenuhi. Papa dan mamanya juga begitu perhatian dan baik.

Dan tak ada lagi yang membully Anggi disekolah barunya. Semua nampak berjalan dengan mulus. Namun, ada satu hal yang sampai 5 tahun ini tak berubah.

Yaitu trauma, trauma saat ia dibully dulu membuatnya menjadi gadis pendiam sulit baginya untuk mempercayai kata teman lagi.

Judul: Trauma
Alur cerita: Happy Ending

Cerpen by:  Hafsyah Munirah
                     dewikucing

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TraumaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang