FF. 3

14 2 0
                                    

"Vee nginap disini ya nak." Mama Delta membuka percakapan dimeja makan.

"Tapi, Ma.."

"Ma?" Delta memastikan pendengarannya tidak menangkap hal yg salah saat Vee memanggil Mamanya dengan panggilan yg sama sepertinya.

"Ah, Mama lupa mengatakannya. Vee sekarang juga akan memanggil Mama dengan sebutan Mama." Mama Delta menjelaskan kebingungan sang putra.
Delta menatap tajam Vee yg menunduk dalam.

"Ayo gue antar pulang." ujar Delta berdiri dari kursi.

"Biar Vee nginep sini. Salahin kamu bawa dia kesini. Udah malem. Besok sekolah libur juga kan?" protes sang Mama.

Delta menghela napas. "Terserah Mama." Delta berlalu menuju kamarnya.

"Nginep sini ya Vee. Nanti tidurnya dikamar Delfa. Tante seneng ada kamu disini." pinta Mama Delta tulus. Vee pun mengangguk pelan.

"Tapi, Delta ngga suka Vee ada disini Ma." lirih Vee.

Mama Delta tersenyum. "Anak itu berubah sejak Delfa tiada. Sudah biarkan saja. Lagipula juga kenapa dia membawamu kemari." sungut Mama Delta.

Setelah itu Mama Delta menyuruh Vee untuk segera tidur. Vee pun menurut.

Diranjang Vee terlihat gelisah tidak bisa memejamkan mata. Berguling kekiri dan kanan. Lalu bangkit duduk, menyibak selimut dan berjalan menuju balkon kamar. Membuka pintu balkon dan berjalan kearah pagar pembatas untuk melihat pemandangan luar.

"Kenapa belom tidur?" sebuah suara menginstrupsi Vee yg langsung menoleh keasal suara.

"Delta,"

"Harusnya gue ngga ngajak lo kesini." suara tadi berasal dari seorang cowok yg memegang rokok ditangan kanannya sambil matanya menatap lurus kedepan. Dia Delta.

"Gue ngga suka lo akrab sama nyokap gue. Gue ngga suka lo tidur dikamar adek gue!" Delta menyerukan ketidak sukaannya. Vee menunduk dalam, tangannya memilin-milin bagian bawah baju tidur yg dipakainya.

"Dan gue ngga suka lo pake baju adek gue."

Isakan kecil mulai terdengar dari bibir Vee yg terkatup.

"Vee nggatau kenapa Delta ngga suka sama Vee. Kenapa semua orang ngga pernah sayang sama Vee? Olven juga, Vee cinta sama Olven tapi Olven benci sama Vee. Vee salah apa sama kalian? Vee juga pengen punya temen. Vee pengen..." tangisan Vee pecah.

Delta yg melihat itu tertegun ditempat. Hatinya nyeri melihat Vee menangis sesenggukan seperti itu. Tapi ditepisnya rasa itu.

"Itu karena lo lemah!"

"Vee ngga lemah! Vee kuat! Vee ditinggalin Bunda. Vee ngga punya Ayah. Vee ngga punya teman. Vee kuat jalani itu semua. Tapi... tapi kenapa kalian benci sama Vee?"

"Vee seperti ini karena Vee takut. Vee takut jika nanti seperti Bunda. Vee ngga mau. Vee benci laki-laki. Tapi, semenjak ketemu Olven, Vee tau semua lelaki ngga seperti lelaki yg udah bunuh Bunda. Vee sayang Olven, Vee..."

Tiba-tiba tubuhnya ditarik kedalam sebuah pelukan erat. Wangi yg familiar membuat Vee balik memeluk dan menenggelamkan kepalanya didada Delta.

"Ini yg ngga gue suka dari lo. Lo itu cengeng." lirih Delta membuat Vee semakin sesenggukan.

"Gue ngga suka liat lo nangis. Gue ngga suka liat lo manja-manja sama Olven. Gue ngga suka lo bilang suka sama Olven. Gue ngga suka." lanjut Delta sambil mengendurkan pelukan saat merasakan tangisan Vee berhenti dengan tubuh menengang.

Delta memegang kedua lengan Vee. Menatap mata Vee yg juga sedang menatapnya.

"Gue ngga suka." ulang Delta. Tangan kanannya menghapus sisa-sisa air mata Vee.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIGHT FEAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang