"Keara Ainsley? Sekretaris dari Tuan Albern."
Keara tersentak, semua memori ingatannya tentang masa lalu seketika buyar oleh pria di hadapannya ini.
Dari sekian banyak perusahan, kenapa harus perusahaan ini yang bekerja sama dengan perusahaan tempatnya bekerja. Dari sekian juta manusia di dunia ini, kenapa ia harus bertemu lagi dengan sosok yang terakhir kali ia lihat lima tahun lalu—di sebuah kamar mewah, tempat yang ia tempati kurang lebih selama tiga belas bulan menjadi sugar babby.
"Iya benar, Tuan Chalvin."
Setelah kejadian malam lima tahun lalu, Keara meninggalkan rumah megah itu, meninggalkan pria yang ia cintai, bahkan ia meninggalkan kota kelahirannya demi jauh dari Chalvin.
Tabungannya selama menjadi tanggungan Chalvin cukup untuknya membeli rumah sederhana di kota lain dan menyelesaikan kuliahnya, membawa kakek dan neneknya.
Keara ingin menjadi seorang hakim, tetapi nasib berkata lain. Ini pekerjaan yang bisa ia dapatkan, yaitu menjadi sekretaris di perusahaan milik Albern Asher— sahabat lama Chalvin.
Ponsel Keara berdering, selama rapat benda canggih itu ia abaikan. Barulah sekarang ia angkat panggilan itu, saat orang-orang sudah keluar ruangan menyisakan dirinya dan Chalvin.
"Halo, Bear. Mommy sebentar lagi pulang, apakah ada sesuatu yang kamu inginkan?"
Tidak berniat beranjak dari sana, Chalvin justru menarik senyum tinggi kala melihat Keara menyapa, berkata lembut pada seorang anak perempuan cantik yang sempat ia lihat pada layar ponsel tadi. Sampai panggilan berakhir pun, Chalvin masih lekat menatap perempuan di meja seberangnya.
"Apakah dia baik-baik saja? Apakah suamimu memperlakukanmu dengan baik?"
"Bukan urusanmu!"
Waktu sudah banyak berlalu, lima tahun bukan waktu yang singkat. Siapa yang akan menjamin Keara Ainsley yang dulu tinggal di rumahnya itu akan tetap melajang. Keara sudah berusia 27 tahun sekarang, sudah cukup usia untuk menikah. Atau mungkin sudah menikah dan itu adalah putrinya dengan suaminya.
Keara membereskan berkas-berkasnya di atas meja, hendak berlalu meninggalkan pria yang ia saja tidak tahu kenapa masih di sini. Padahal sekretaris dan timnya sudah pergi sejak tadi.
"Lima tahun lalu, ada perempuan yang memintaku untuk menjadikan ia satu-satunya wanita di hidupku, aku menepati itu hingga sekarang. Kamu bisa lihat, bahkan sekretarisku saja laki-laki."
Keara beranjak hendak meninggalkan ruang rapat, tetapi langkah wanita itu berhenti paksa oleh Chalvin. Pria itu mencekal pergelangan tangannya.
"Aku juga mencintamu, Baby." Chalvin menatap dalam manik Keara, ia membalas ucapan wanita itu lima tahun lalu.
"Maaf, saya harus pergi, Sir." Keara menyentak tangan Chalvin.
"Apakah putri kita tumbuh dengan baik? Maaf, aku hanya bisa mencari keberadaan kalian tanpa berani mendatangi. Aku selalu memantau kalian dari jauh."
"Dia bukan anakmu. Dia anak pria lain. Selepas darimu aku menjadi simpanan banyak pria."
"Aku tidak perlu menjalani tes DNA untuk tahu aku ayahnya. Wajahnya sudah cukup membuktikan jika dia putriku, darah dagingku."
Keara mendelik tajam, apa yang dikatakan Chalvin benar adanya. Wajah putrinya sangat mirip dengan pria itu. Mau apa dia sekarang, apakah Chalvin mau mengambil putrinya?
"Aku tidak akan membiarkan putriku direbut oleh orang sepertimu."
Langkah Chalvin mendekat, ia tidak tersinggung dengan ucaapan Keara. "Memangnya seperti apa aku?"
Perempuan itu berdecih, betapa tidak tahu dirinya seorang Chalvin Ellion ini. Apakah ia tahu, jika ia adalah seorang bajingan terkutuk di mata Keara sejak lima tahun lalu.
Bagaimana tidak, setelah mengingkari janjinya, ia tidak mencegah saat Keara pergi meninggalkannya waktu itu. Padahal ... di dalam tubuh Keara bersemanyam benihnya berusia tiga minggu. Mulai dari hamil dan terpaksa cuti kuliah satu tahun, melahirkan dengan penuh perjuangan, dan membesarkan anak batita itu hingga sekarang berusia empat tahun. Semua Keara leawati sendirian tanpa ada Chalvin selaku pria yang harusnya bertanggung jawab atas semua itu.
"Tolong beri aku kesempatan untuk memulainya lagi." Chalvin melirih, meraih pergelangan Keara untuk ke sekian kalinya.
Namun, wanita yang sudah kadung kecewa dengan pria itu lagi-lagi menolak dengan menyentak cekalan tangannya. Buru-buru ia membereskan berkas yang ada di atas meja rapat, belum juga Keara membuka pintu keluar lengannya ditarik sehingga kertas-kertas berkas yang ia bawa berhamburan. Chalvin menarik dan mendorong tubuhnya ke dinding, ia tidak bisa berlari ke mana-mana lagi.
Telapak tangan lebar itu merangkum rahang Keara, memangkas jarak secepat mungkin Chalvin mengecup bibir Keara sedikit kasar. Keara sudah berusaha berontak, bahkan berteriak. Namun, sepertinya ruang rapat ini dilengkapi dengan peredam suara sehingga mau berteriak sampai urat lehernya putus pun tidak akan ada mendengar Keara.
Ciuman yang semula kasar dan ditolak Keara, berubah menjadi aktivitas lembut dan memabukkan. Refleks Keara mengalungkan lengannya di ceruk leher Chalvin saat ciuman itu semakin dalam dan intens, air mata wanita mengalir tak bisa ia bendung. Katakanlah Keara bodoh, meruntuhkan pertahannya dengan mudah, tapi mau dikata apa? Ia merindukan sosok ini, sangat. Ia mencintai Chalvin hingga kini.
"Aku mau menemui kakek dan nenekmu," ucap Chalvin setelah menyelesaikan perang bibir dengan wanita ini.
Napas Keara masih tersengal, ia berusaha menjawab, "Untuk apa?"
"Menikahimu secepatnya, aku tidak mau putri kita kehilangan figur seorang ayah terlalu lama."
Keara menunduk dalam, wajahnya berubah sedih. "Nenek sudah meninggal dua bulan setelah mengetahui aku hamil tanpa suami."
Chalvin terkejut bukan main, ia memantau Keara dan anaknya, tetapi tidak dengan dua orang paruh baya itu. Ia tidak mengetahui jika nenek buyut dari anaknya sudah tiada. Chalvin memenukan Keara saat usia kandungan wanita itu sudah tujuh bulan.
"Bagaimana dengan kakek?"
"Kakek baik, meskipun kadang-kadang suka reumatik."
"Baiklah, aku akan menemui kakek. Meminta izin padanya menikahimu besok."
"Besok?! Jangan gila. Crystal pasti akan bingung."
Chalvin tersenyum, ia tahu sekarang siapa nama putri kecil mereka. "Jadi, namanya Crystal, right? Apakah kamu menyematkan namaku di belakang namanya?"
"Bagaimanapun juga dia adalah darah dagingmu. Maaf lancang tanpa izin memakai nama keluargamu untuknya. Namanya Crystal Ainsley Ellion."
Chalvin mundur satu langkah, mengulurkan tangannya ke hadapan Keara. "Ayo, kita harus ke butik memesan gaun pengantin untukmu dan juga putriku yang sangat cantik itu."
Keara berdecak tidak terima. "Belum juga bertemu, kamu sudah mengklaim itu putrimu. Dia putriku!" seru Keara meninggalkan Chalvin keluar ruangan rapat dan segera menuju lift.
"Call me daddy, Baby. Aku merindukan panggilan itu."
Keara masuk lift saat suara berdentang berbunyi dan pintu terbuka. "Sepertinya aku tidak akan memanggil dengan sebutan itu lagi. Sudah ada Crystal yang lebih pantas memanggilmu daddy."
"Kalau kalimat I love you, Keara Ellion. Apakah kamu akan membalasnya?" tanya Chalvin seduktif, menarik pinggang wanita itu lebih rapat ke tubuhnya.
"Sejak kapan belakang namaku berubah?" Keara tersenyum mengejek.
Kecupan singkat di bibirnya Chalvin tinggalkan. "Cepat balas ucapan cintaku, Baby."
Keara menggeleng tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dalam sekejap bisa mengubah hidupnya.
"I love you more, Chalvin Ellion!"
***
Tanjung Enim, 2023. 11. 06
Siapa ketemu Papi Chandra n Mami Wenda? Nanti sor, ya, ketemu pasangan ajaib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Das Marchen
Ficción históricaDas Marchen adalah sebuah dongeng dalam bahasa Jerman. Tempat ini adalah kumpulan cerita pendek yang akan saya tulis.