Sakit Hati.

216 29 7
                                    

Aku baru saja menyelesaikan rapat jurnalistik bersama anggota jurnal yang lainnya untuk membicarakan pensi tahunan yang di adakan sekolahku untuk merayakan ualngtahun sekolahku. Setelah itu aku lebih dulu pergi ke toilet untuk buang air kecil. Jam pulang sebentar lagi berbunyi karena saat ini sudah hampir jam 2 siang. Aku sudah malas masuk kelas, jadilah aku berjalan sangat pelan agar nanti setelah sampai kelas sudah bel. Tetapi, tiba-tiba sebuah tangan melingkar di perutku dengan jaket yang baru saja terikat di pinggangku. Aku yang masih terkejut pun menjauh dan ternyata Bumi lah pelakunya.



"Eh lo ngapain?"



Bukan menjauh, Bumi tetap mengikatkan jaketnya di pinggangku. Lagi-lagi Bumi terlihat memelukku.



"Lo lagi bulanan kan?" Pertanyaannya membuatku terkejut, bagaimana Bumi bisa tau?



"Eh tembus ya?" Tanyaku panik sembari melihat belakag rokku.



"Iya, tapi udah ketutupan jaket gue."



Aku melihat pinggangku yang sudah terikat jaket milik Bui yang sudah aku tau pasti jaket Salvatra. Aku pun menatap Bumi tulus. Ternyata walaupun menyebalkan, Bumi masih ada sisi penolongnya juga.



"Makasih loh."



"Santai aja."



Kebodohanku hari ini, aku lupa membawa jaket. Aku teringat jaketku masih ada di kursi belajarku. Padahal sudah aku siapkan untuk aku bawa.



"Hari ini gue lagi nggak bawa jaket, gimana cara gue nutupinnya?" Gumamku melihat jaketnya. Tidak mungkin aku membawa jaket Salvatra milik ketua Salvatra ini.



"Bawa aja dulu jaket gue." Ucapnya tiba-tiba.



Aku menoleh ke arahnya bingung, "Eh tapi kan ini jaket geng lo?"



"Kenapa? Lo takut pake jaket geng gue?"



"Bukan takut tapi aneh aja."



"Nggak ada yang aneh, nanti lo juga biasa pake jaket gue."



"Hah? Maksud lo?"



Tinggal KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang