GC 12

450 56 28
                                    

Sentuhan itu begitu intim. Lengungannya terdengar menginginkan yang lebih. Cumbuannya terasa tidak pernah ada kata terpuaskan.

Tangan bertaut tidak terpisahkan, lelehan keringat terpenuhi disekujur tubuh keduanya tanpa melepas benang kain, tubuh bawah mereka polos.

Mendesah nikmat ketika ujung kejantanan sang dominan berkali-kali menumbuknya tanpa ampun. Dari bawah ia bisa melihat di perutnya jika milik sang dominan ada tepat didalamnya. Organnya terasa didorong keatas.

Ia bisa melihat milik sang dominan membesar, terlihat dan tercetak jelas di dalam perutnya. Tubuh kecil itu tersentak berkali-kali kala sang dominan bergerak tanpa ampun.

Berkedut...dan berkedut tanpa henti. Miliknya yang meninggi digenggam erat oleh sang dominan, membantunya agar ini cepat selesai.

Kakinya terbuka lebar, memberi akses lebih dalam untuk segera menghancurkannya. Mendesahkan sang dominan dengan tangisan meminta lebih dalam lagi.

Erangannya dipadukan setiap pada hentakan yang keras. Ingin mencapai pada puncak yang dicari.

Sebentar lagi, nikmat dunia akan—

"hah hah hah apa itu?!! Apa itu barusan?! Oh jangan lagi ya tuhan! Jesus!"

Jihoon menetralkan nafasnya yang memburu akibat dari bunga tidurnya barusan. Terduduk, menatap nanar pada selangkangannya yang menggembung.

Sudah tiga bulan mimpi itu terkadang menghampirinya. Ini jelas Jihoon mengalami mimpi basah berkali-kali, tentu saja ia melakukannya dengan seorang pria.

Jihoon mendesis sebal dan turun dari kasurnya menuju kamar mandi. Syukurlah ia tidak terlambat untuk kesekolah.

Berjalan pelan dan kembali mendesis karena selangkangannya.

Semua itu terjadi setelah Daniel membantunya masturbasi. Jihoon awalnya merasa takut pada dirinya sendiri, menerima fakta jika ia sangat berbeda dari yang lain beberapa minggu setelah mendapatkan mimpi basah pertamanya dengan seorang pria.

Menanamkan rasa jujur pada diri sendiri, dan jangan membohongi dan membodohi diri sendiri.

Jihoon tahu dan sudah berkali-kali mengatakan pada dirinya ini sesuatu hal yang sangat salah dalam agama dan moralnya.

Tapi mau bagaimana lagi, inilah dirinya. Jihoon menerima dirinya yang seperti ini.

Jihoon berbeda.

Jihoon spesial.

Dan Jihoon Gay.

Kata spesial membuatnya tertawa bodoh di meja makan sekarang. Tidak sadar Daniel memperhatikan gerak geriknya sedari tadi.

"Jihoonie?" panggil Daniel tidak di sahut oleh Jihoon yang sibuk mengunyah sereal masih bergelut dengan pikirannya.

Daniel memanggilnya lagi.

"ya dad?"

"kau baik-baik saja?"

"hm tentu! Aku baik-baik saja. Aku sudah sehat. Daddy tidak perlu khawatir lagi."

Jihoon menatap Daniel di seberang meja yang hanya menatapnya lama.

Daniel meneguk kopinya sebelum menyahut kembali, "daddy hari ini cuti dan akan kegereja setelah mengantarmu kesekolah."

Jihoon dengan senang hati menunggu lanjutan ucapan Daniel, "ada sesuatu yang kau inginkan?"

Ini terlalu random kalau boleh Jihoon jujur. Jihoon paham hanya saja ia lebih baik menunggu Daniel yang sepertinya masih ingin mengutarakan sesuatu.

Get Closer (NIELWINK) I√Where stories live. Discover now