02. Di Rumah Sakit

392 40 14
                                    

Minho tahu caranya mengemudi yang aman. Tidak kebut-kebutan, tidak juga terlalu lambat hingga mengganggu pengendara lain atau menciptakan masalah di sepanjang perjalanan yang ditempuhnya. Kecelakaan itu bukan antar kendaraan atau kecerobohan mengemudi. Sebuah motor melaju cepat begitu Minho keluar dari mobilnya dan hendak menyeberang jalan. Pemuda itu terhempas cukup jauh disaksikan oleh teman-teman yang sebenarnya sedang menunggu kedatangannya.

“Minho!” teriakan mereka tak lagi terdengar oleh si pemilik nama. Kesadarannya sepenuhnya hilang, menyisakan kepanikan orang-orang yang ada disekitar tempat kejadian, dan teman-temannya tentu saja.

“Changbin, panggil ambulance!”

Pemuda bernama Changbin mengangguk cepat melakukan yang diminta rekannya itu. Sementara satu orang lainnya ikut merogoh saku celananya dan mencari kontak seseorang disana.

“Aku akan memberitahu adiknya!”





🐾🐾🐾🐾🐾







“Hyung mau kemana?”tanya seorang pemuda yang mengikuti langkah sang kakak menuju pintu keluar.

“Changbin ulang tahun hari ini, mereka mau merayakannya,”

“Tugas ku bagaimana? Kau janji mau membantuku, aku benar-benar kesulitan sekarang!”rengek si adik.

“Felix, aku akan membantumu tapi nanti malam, aku janji!”

Belum sempat melewati pintu keluar, ponsel di saku celana bergetar dan membuat si empunya kembali menghentikan langkah. Dilayar persegi panjang itu, bisa ia lihat nama Seo Changbin tertera. Ia segera menjawab telepon dari pemuda Seo itu.

“Ada apa? Aku baru saja mau berangkat ke sana,”

‘Tidak perlu hyung, Minho hyung kecelakaan, langsung ke rumah sakit saja!’

“Kecelakaan? Bagaimana bisa? Kirimkan lokasinya, aku segera kesana!”

Pemuda itu bergegas dari sana, meninggalkan Felix yang masih saja menatap kesal pada kakaknya itu. Meski begitu, ia tahu saat ini kakaknya sedang menghadapi situasi darurat mendengar percakapan sang kakak dengan seseorang ditelepon tadi.

Felix berbalik, melangkah gontai menuju tangga dan naik ke lantai dua rumah mereka. Ia masuk ke kamar dan kembali duduk didepan laptopnya yang masih menyala, menampilkan kolom-kolom kosong yang isinya belum selesai diketik dan terkesan masih setengah perjalanan.

Helaan napas kasar lolos dari mulut pemuda itu. Ia memejam sejenak, lalu mulai mengetik kembali. Setelah dirasa sudah cukup panjang, ia berhenti untuk membaca beberapa baris, hingga sesekali menghapus beberapa kata,  kemudian mengetiknya kembali, dan setelahnya kembali menghapus deretan kata itu lagi, seperti tak ada satupun kata dari hasil pemikirannya yang cocok mengisi ruang kosong dikolom-kolom itu.

“Apa otakku sedang berlibur hari ini?”Felix bergumam kesal.

Pemuda itu memilih meninggalkan laptop itu. Di tutupnya begitu saja, lalu membuang diri ke kasur. Matanya yang menatap kosong langit-langit kamarnya, tiba-tiba teralihkan ke ponsel yang terletak di nakas. Dengan terpaksa kembali ia bangkit, dengat berat ia langkahkan kedua kakinya menuju nakas dan meraih ponsel yang masih saja berdering berisik mengganggu rungu si pemuda.

Han Jisung

“Kenapa dia menelepon disaat seperti ini?” keluhnya.

Meski begitu, benda persegi itu tetap ia tempelkan pada telinganya, menjawab panggilan masuk itu sembari melangkah pelan, larut dalam pembicaraan.

HOLIDAY || Stray Kids Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang