Bonus Chapter

387 10 1
                                    

Sudah dua bulan berlalu semenjak kejadian itu dan selama dua bulan itu pula Allura seolah mengabdikan hari-harinya untuk mengunjungi sebuah rumah sakit terbesar di kotanya. Begitu pula hari ini, setelah selesai mengurus segala registrasi kuliahnya, ia kembali mengunjungi rumah sakit untuk menemui seseorang. Gadis itu berjalan menyusuri koridor rumah sakit dengan membawa satu buket bunga mawar merah di tangannya.

Tangannya meraih kenop pintu sebuah ruangan VVIP dan membukanya perlahan supaya tidak menimbulkan suara. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut dan mendapati seorang wanita paruh baya yang tengah membaca sebuah majalah. Allura tersenyum manis ke arah wanita itu lalu berjalan mendekatinya.

"Tante istirahat aja di rumah, biar aku yang gantian jagain disini. Tante pasti capek 'kan?"

Wanita itu tersenyum dan menutup majalah yang tengah dibacanya. "Kalo gitu tante pulang dulu ya, sayang. Nanti sore tante balik lagi kesini buat gantiin kamu,"

Allura menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Nggak usah, Tante. Malem ini aku nginep disini. Lagipula udah tiga hari aku tidur di rumah dan malem ini aku mau nginep disini."

"Kamu bener mau nginep disini? Seharusnya kamu tidur di kamar kamu yang nyaman, sayang." ucap wanita itu dengan wajah iba sekaligus khawatir.

"It's okay. Aku juga nggak akan bisa tenang kalo tidur di rumah."

"Terimakasih mau nunggu dia sampai saat ini. Tante titip Aubyn malem ini ya?" Wanita itu meraih puncak kepala Allura dan mengelusnya beberapa kali—mencoba menyalurkan rasa terimakasihnya melalui usapan lembut itu.

"Aku akan tunggu dia sampai kapanpun dan tante nggak perlu khwatirin dia malem ini."

Setelah mendengar ucapan Allura, wanita itu tersenyum dan meraih tas jinjingnya. Kakinya melangkah keluar ruangan setelah sebelumnya sempat memandangi ranjang rumah sakit yang menjadi tempat seseorang tertidur dalam waktu yang cukup lama.

Aubyn. Ya, akibat luka tusuk yang sangat parah di perutnya, laki-laki itu mengalami koma selama dua bulan ini. Allura berjalan mendekati brankar tempat Aubyn tertidur dengan banyak selang yang menempel di tubuhnya. Wajah laki-laki itu bahkan sangat pucat dan kelopak matanya pun demikian.

Allura meraih tangan Aubyn yang bebas dari selang infus dan menggenggamnya cukup erat. Air mata gadis itu kembali menetes seperti hari-hari sebelumnya. Ia selalu menangis jika menatap keadaan Aubyn yang sangat menyakiti perasaannya seperti ini. Allura tahu pasti sangat menyakitkan menggunakan banyak selang untuk menyambung kehidupannya. Tapi Allura sangat yakin bahwa Aubyn pasti masih sanggup untuk bertahan.

"Byn, pasti sakit banget 'kan?" lirihnya dengan senyum miris di wajahnya. Jari-jarinya mengusap punggung tangan kekar milik Aubyn.

Bayang-bayang mengenai Arjune yang menusuk perut Aubyn beberapa kali kerap menghantui pikiran Allura setiap harinya. Gadis itu merasa sangat berhutang nyawa kepada Aubyn dan ingin sekali ia membalasnya, dengan apapun. Rasanya Allura ingin berteriak di depan laki-laki itu dan memintanya untuk lekas bangun. Tapi dadanya terlalu sakit untuk menyuarakan segala isi hatinya.

Mengenai Arjune, laki-laki itu sudah mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan. Arjune masuk ke dalam jeruji besi dengan hukuman penjara cukup lama. Tetapi, sekitar satu bulan setelah laki-laki itu mendekam di penjara, Allura mendapat kabar bahwa Arjune meninggal karena penyakit pencernaan yang menyerangnya selama disana. Lebih tepatnya, Arjuen yang sengaja menyakiti dirinya sendiri.

Allura meraih pipi Aubyn dan mengusapnya lembut. "Byn, cepet bangun ya?" gumamnya seraya tersenyum kecil.

"Gue tunggu disini." lanjutnya.

Tak Lagi Sama [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang