Saat ini para penyihir menara sedang merasakan apa yang dinamakan neraka di dunia. Udara di dalam menara terasa sangat panas. Semua bagai terbakar api. Mereka menggunakan sihir masing masing untuk mendinginkan diri.
"Ada apa dengan Tuan Lucas? Uh panas.."
"Kurasa ada yang salah dengannya hari ini. Mood nya buruk. Sangat buruk. Ah bukan hanya soal moodnya. Ini amarah."
*Brak!!*
Tak lama mereka mendengar suara benda benda jatuh dari lantai paling atas menara dan membuat mereka semua tersentak kaget.
"Mari kita semua pulang hari ini. Tempat ini berbahaya."
"Cepat! Cepat!"
Mereka semua kabur meninggalkan Lucas yang sedang marah marah di lantai teratas menara.
"*******!! Apa yang kulakukan selama ini!!"
*Brak!!*
Lucas melemparkan berbagai benda ke dinding menara. Dia marah. Marah pada dirinya sendiri. Dia merasa sangat bodoh. Bisa bisanya dia melewatkan kesempatannya yang terbuka lebar selama lebih dari 18 tahun mengenal Athanasia.
Dadanya terasa sesak. Amarahnya meluap luap. Perkataan Athanasia siang tadi sungguh seperti pil pahit yang langsung masuk ke dalam mulutnya."Sial!!!"
*Dug!!*
Sekarang bukan benda yang dia tabrakan ke dinding. Punggung tangannya terlihat mengeluarkan darah segar setelah dia meninju dinding batu menara.
"Haah.. Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Lucas menutup matanya dan semua kenangannya dengan Athanasia seolah berputar putar dalam kepalanya. Membuat dadanya terasa semakin sesak. Semua keraguannya menjadi boomerang fatal yang menghancurkan segalanya.
"Kenapa kukirim dia ke kediaman si sialan itu? Kenapa aku tidak menghentikan dia mengunjungi kediaman si putih? Kenapa aku tidak langsung mengatakan dia milikku?"
Lucas merasa dirinya sudah sangat salah mengambil keputusan selama ini. Dia pikir Athanasia tidak mungkin lepas dari genggamannya dan tidak mungkin Ezekiel berani menyatakan perasaannya. Dia salah. Dia tidak langsung mengambil tindakan saat tau Athanasia mulai memikirkan Ezekiel. Dan waktu itu.. dia membiarkan Athanasia bertemu dengan Ezekiel yang sedang sakit walaupun dia tau itu berbahaya. Dan sekarang dia membiarkan Athanasia menghabiskan banyak waktu dengan pria itu.
".... keraguanku yang membuatku kehilangan waktu yang tepat untuk membuatmu menjadi milikku Athanasia."
*Brak!!*
Lucas memukulkan lagi tangannya ke tembok. Dia tidak merasakan sakit di tangannya. Hatinya yang sakit membuatnya kebal dengan rasa sakit lainnya.
......
....
"Takdir itu harus diusahakan, Papa. Untuk apa menyesali keputusan yang sudah lewat? Apa Papa mau semakin terlambat mengambil keputusan? Waktu terus berjalan, jangan ragu ragu lagi. Keputusan akhir ini yang akan menentukan nasibku di dimensi ini."
Lucas segera berbalik setelah mendengar seorang wanita berbicara di belakang punggungnya.
"Setahun lagi wanita yang papa cintai akan menikah dengan Paman Ezekiel. Aku tidak percaya kalau Papa bilang papa rela."
Lucas menemukan seorang wanita muda yang sangat mirip dengannya sedang duduk sambil menyilangkan kakinya di atas seekor harimau. Wanita itu bertopang dagu dan mengetukan jarinya di pipi. Dia terlihat mengantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Life Season 1 (Who Made Me A Princess Fanfiction)
FanfictionDi usiaku yang ke-26 akhirnya Claude mau melepaskanku menikah dengan pria yang kucintai. Hari hariku kini semakin berwarna dengan keluarga kecilku. Suami tampan yang senang menggodaku. Putri kecil yang sangat mirip dengan ayahnya. Ayah yang semaki...