Babak 1 : Serpihan Kaca

4 1 0
                                    

Gadis itu tertawa saat teman-temannya tengah menggodanya. Tawanya tak tertahan meskipun ada guru sedang menjelaskan materi pelajaran di depan sana. Gadis itu masih sibuk dengan ponselnya,sesekali ia melirik orang orang disekitarnya. Bagaimana bisa temannya menggoda pada hal yang sama sekali tak menarik untuk dibahas,tapi kenapa rasanya dirinya tak ingin menyudahi percakapan ini. Entah,apa dirinya saja yang merasa sangat senang atau memang topiknya semenarik itu. Tidak,mungkin ini hanya karena bosan dengan pelajaran yang sedang menghadapnya sekarang.

Berbalas chat dengan temannya saat jam pelajaran ini jarang ia lakukan,dia biasanya akan menolak dan lebih memlilih mendengarkan materi dari guru dengan seksama. Tidak ada yang tahu,apa dia hanya bosan dengan pelajaran itu atau dia memang bersemangat membahas tentang lelaki itu.

"Baik anak anak pelajar kita hari ini sudah selesai. Kerjakan halaman 32-40 dikumpulkan besok. Semua murid mengeluh tapi itu memang takdir mereka sebagai pelajar. Yang mereka lakukan hanya bisa patuh.

Setelah guru itu pergi semua kelas bernapas lega,akhirnya pelajaran membosankan itu berakhir. Semua orang mulai berkumpul ke kelompoknya masing masing,bersiap untuk ke kantin.

"Seneng banget nih kalau bahas itu."goda Sahila. Dia tau persis bahwa temannya yang lugu itu memang menyukai lelaki itu. Hanya saja ia terlalu bungkam untuk bicara semuanya. Sudah berulang kali teman temannya menanyakan kebenaran itu,tapi selalu saja mendapat gelengan dari nya. Tapi teman temannya tak sepolos itu,mereka semua sudah SMA sekarang. Mereka bisa membedakan mana yang benar dan yang salah,mungkin. Sering kali gadis itu kepergok saat melihat orang yang dicintainya tanpa sadar. Tapi ia buru buru menalihkan pandangannya ke sembarang arah.

Wajah gadis itu bersemu merah. Dia tidak bisa membenarkan tapi juga tak bisa menyangkalnya.Dia hanya tertawa lalu menggeleng pelan. Teman temannya memang hobby menggodanya. Tapi ia rasa perasaan itu hanya sebatas rasa kagum atau mungkin karena hanya ingin berteman atau bisa jadi itu hanya sebatas cinta masa putih abu abu.

"Kantin yuk.."ajak gadis itu. Teman temannya menatapnya heran. Karena tak biasanya dia yang terlebih dahulu mengajak ke kantin, kadang kala saja dia lebih sering menolak. Tapi ada yang aneh hari ini.

"Ehh ada orang berantem!!!"tiba tiba saja Rajendra berlari ke kelas dengan heboh. Semua orang jadi panik sendiri dan buru buru untuk melihat siapa yang sedang baku hantam tersebut.

"Ayo..ayo.."Ajak Sahila heboh. Gadis itu memang suka sekali dengan kehebohan seperti ini,jadi jangan sampai ada berita yang tertinggal sedikitpun.

Tapi mood temannya itu jadi down,sekarang dia malas untuk keluar kelas. Dirinya tak tertarik sama sekali dengan keributtan seperti itu. Lebih baik dia membaca novel atau mengerjakan tugas lainnya. Gadis itu yang awalnya bangkit dan bersemangat menuju kantin sekarang duduk di kursinya lagi.

"Ly...."sontak pemilik nama itu menoleh."Ayolah..."

Gadis itu berpikir ulang,karena ada satu nama yang muncul saat mendengar ucapan Rajendra.

"Lo takut kan kalau yang berantem itu kak Mevan kan?" Goda Eicalia atau yang akrab dengan panggilan Eca. Jika lily berpikir temannya tak mengerti itu berarti Lily salah besar,mereka sudah berteman lebih dari 4 tahun. Jadi emreka tau betul siapa yang sekarang ada di pikiran Lily.

"Kalau cinta itu ditunjukin,bukan diem aja. Emangnya lo bisu?"Tanya Sahila. Lily segera menggeleng,"Jahat kamu,sa. Kamu doain aku bisu ya?"Omel Lily. Sahila berdecak"Udah dibilang kalau ngomong gue-lo!”Ujar Sahila. Lily menggigit gigir bawahnya,ia takut jika ia memakai kata itu nanti akan terdengar kasar."Gu...gee....ggg..gue."Lily mencobanya tapi rasanya susah sekali.

"Ca,ajarin tuh. Ngomong gue lo aja susah banget."Sahila terkekeh.

"Gue."

"Gabisa."

"Harus bisa."

"G..gu...apa tadi?"

"Gue.."
"Ca,susah."

"Yaampun ly,cuma ngomong gue-lo. Apanya yang susah sih."

"Aku nyerah aja."Akhirnya Lily menyerah. Ini bukan hal yang biasa baginya. Sudah banyak temannya yang menyuruh mengganti gaya bicaranya agar memakai gue Lo tapi Lily tetap saja memakai aku kamu.

"Tau ah ly. Sa kekantin yuk. Lo mau ikut gak?"Tanya Eca kepada Lily. Lily memperhatikan sekitarnya. Sepi. Pasti teman temannya sudah pergi menonton berita anak berantem yang diberitahu oleh Rajendra tadi. Memang saat ada keributan seperti itu mereka akan berlomba lomba untuk menontonnya, padahal kan tidak ada manfaatnya.

"Gimana?"Tanya Eca sekali lagi,akhirnya Lily mengangguk. Mereka ke kantin bertiga,lorong lorong kelas terlihat sepi. Tapi sepertinya kericuhan terjadi dikalangan karena suaranya yang terdengar hingga di lantai dua. Ketiga gadis itu sedang tak berminat untuk menontonnya jadi mereka memutuskan untuk kekantin. Dan jika saja meereka menonton pasti ada salah satunya yang tidak akan ikut. Kan kasian ditinggalkan sendiri.

"Ly,tapikan kantin di bawah nih. Mau gak mau kita harus lewatin keributan itu dong." Sahila menghentikan langkahnya. Ia menunjuk tengah lapangan yang ramai,jarak mereka sudah lumayan dekat.

Lily berpikir ulang. Bagaimana dia bisa lupa jika letak kantin memang dekat dengan lapangan. Sialan.

"Gapapa lah. Gue paper."Pinta Eca sambil memegangi perutnya. Karena tak tega melihat Eca yang sepertinya kelaparan Lily hanya menurut saja. Ia akan lewat tanpa memperhatikan tentang keributan itu.

"Ly"

"Hm?"

"Lihat sebentar yukk?!!"Ajak Sahila dengan wajah memohon,belum lagi ditambah dengan Eca yang memohon juga. Teman temannya ini memang mengerti kalau dirinya tak akan bisa menolak jika seperti ini.

"5 menit."Teman temannya langsung mengangguk antusias. Rencana mereka berhasil.

Sahila dan Eca mendekatii kerumunan itu. Sementara Lily berjalan paling belakang dengan langkah yang pelan. Sahila dan Eca merasa gemas melihat Lily yang sepertinya memang sengaja memperlambat jalannya. Dengan tegas Sahila menarik tangan Lily agar menuju ke barisan terdepan. Lily berdecak sebal karena main seenaknya saja Sahila menariknya. Tapi sudah terlanjur,dia berada dibarisan terdepan. Dengan jelas dia melihat kedua anak yang sedang bertengkar didepannya.

Brukkk!!!
Pukulan demi pukulan terus dilayangkan satu sama lain. Keringat terus mengalir,aura kemarahan mereka tercetak jelas. Entah apa hal yang membuat satu sama lain terlihat saling marah.

"Arkkhh!!!"ringisan itu terdengar jelas. Dira meringis kesakitan saat serpihan botol kaca itu mengenai tangannya. Darah segar mengucur semakin deras. Semua siswi menjerit melihat kejadian yang ada didepan mata mereka.

Lily memperhatikan keadaan yang semakin kacau, perkelahian yang tak kunjung usai,jeritan siswi yang melihat darah mereka terus mengalir. Satu hal yang menyita perhatian,tangan Mevan. Tentu saja dia terkena serpihan kaca yang tadi ia lempar ke dekat Dira. Darahnya masih terus mengalir tapi tak hentinya ia memukuli Dira. Entah kesalahan besar apa yang dilakukan Dira hingga membuat cowok es itu bisa semarah itu.

"Mevan awas!!"teriakan itu memperingatkan Mevan saat Dira akan melemparkan botol kaca ke arahnya. Tapi botol kaca itu salah sasaran dan malah mengenai Lily.

"Lily....."Teriak Eca dan Sahila.

Kaca itu tepat mengenai pipi kanannya. Dira sebagai pelaku terkejut dengan apa yang baru saja ia lakukan. Ia salah sasaran.

Sementara Mevan malah pergi tanpa menghawatirkan Lily padahal ini ulahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CalleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang