Part 7 ~• Bukan Dee •~

114 45 41
                                    

Jakarta, SMA Putra Bangsa, 13 April 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, SMA Putra Bangsa, 13 April 2019.

Dee baru tahu kalau sekolahnya kedatangan murid baru pindahan dari Adelaide. Tetapi, Dee tidak menyangka kalau anak pindahan itu dekat dengan Aksa dan teman-temannya.

"Lo masih ngarep sama Aksa?" pertanyaan Adel barusan mengalihkan pikiran Dee dari pikiran yang tidak-tidak.

Keduanya kini sedang di UKS, seusai ribut-ribut kecil tadi di kantin, Dee memutuskan untuk menenangkan dirinya di UKS. Sebenarnya perempuan itu sudah meminta Adel untuk meninggalkannya saja, tetapi Adel bersikukuh untuk tetap menemani.

"Gue sayang banget sama dia,"

"Cuma karena sayang aja? Kayaknya lo ada hal lain yang buat lo nggak mau lepasin Aksa begitu aja," tebak Adel, "gue benar, kan?"

Dee mengembuskan napas, serapat apapun dirinya menyembunyikan sebuah masalah dari Adel. Perempuan itu dengan mudah menebaknya.

Adelia Naresha Kaili itu sahabat Dee semenjak duduk di bangku menengah pertama, Adel yang mendekati Dee karena tahu kalau Dee salah mengikat rambutnya sewaktu MOS dulu. Perempuan berpenampilan cuek itu akhirnya dengan senang hati membantu Dee untuk mengikat ulang rambutnya supaya sesuai dengan ketentuan MOS. Sesederhana itu keduanya berteman.

"Lo sama gue itu udah berteman berapa tahun, Dee? Masih aja lo nganggep gue orang asing." Adel terlihat sedikit kecewa, tetapi perempuan itu memilih tersenyum samar sambil intens menatap Dee yang sedang duduk di atas dipan UKS.

"Tapi kali ini gue ... nggak bisa cerita. Boleh?"

Adel mengangguk pelan. "Well, gue nggak bisa maksain lo."

"Makasih, lo udah banyak nolongin gue," ringis Dee, dirinya benar-benar merasa tidak enak karena selalu merepotkan. "Boleh gue tanya sesuatu?"

Sebagai jawaban, Adel mengangguk, perempuan itu dengan seksama menyimak apa yang akan Dee pertanyakan.

"Kenapa tadi lo nampar dia?"

"Yang ini harus gue jawab?"

"Lo nampar dia karena lo bersiap buat jaga image gue, iya, kan?"

Seharusnya jawaban dari Dee barusan tidak lagi membuat Adel terkejut, tetapi setelah mendapati bagaimana raut wajah Dee yang terlihat begitu menyedihkan, itu sesuatu yang tidak Adel suka.

"Bukan gitu mak ...."

"Lo takut kalau suatu saat gue bisa melakukan yang tidak-tidak untuk dia?" tembak Dee yang sama sekali tidak bisa Adel jawab, "mau sampai kapan lo begitu, Del? Ini bahkan melukai perasaan gue."

"Gue nggak mau nama lo jelek, lo punya tanggung jawab besar buat jaga nama keluarga lo, apalagi posisi lo di sekolah ini, semua bakalan menyulitkan lo sendiri."

Dee terdiam, dirinya menghirup dalam-dalam oksigen untuk persediaan di dalam rongga paru-paru yang mendadak sesak. Adel orang baik. Bahkan terlalu baik.

Dear Aksara [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang