Saat itu Reno sedang membuatkan kedua adiknya mi instan, saat pesan beruntun Fani memenuhi notifikasinya.
Sebenarnya, laki-laki jangkung itu bukan tipe orang yang kemana-mana harus membawa ponsel. Arumi—si cerewet dan berjarak enam menit dari saudara kembarnya itu yang berteriak memberi tahu, tanpa lupa protes jika ponsel kakaknya berisik sekali. Reno meninggalkannya di depan televisi, tempat kedua adiknya menunggu.
Buru-buru, laki-laki itu menghampiri, membawa dua mangkuk berisi mi siap dimakan yang kelihatannya sedap sekali. Pembeda di antara keduanya adalah salah satu yang dipenuhi potongan cabai kecil-kecil, permintaan Arumi yang mengaku sudah besar dan tahan pedas.
Saat potret mantan teman sekelasnya yang lumayan cantik itu memenuhi layar ponsel Reno, laki-laki itu jadi mengernyit, semakin dalam. Fani memang orang yang tak bisa menunggu sebentar saja, empat panggilan tak terjawab itu sudah menjadi notifikasi paling atas, benar-benar.
Tidak, Reno menolak panggilan kelima dari Fani. Laki-laki itu tak suka berbicara lewat telepon, meskipun lebih memudahkan sebenarnya.
Apa anjir
RENO ANJING LAMA BANGET BALESNYA
UDAH DITUNGGUIN JUGA KOK HIHPelan-pelan, Fan
Udah ditunggu sama Sherina?M
ulut lo ya
Eh, tanganBisa dipercepat, nggak?
Gue sibuk nih mau tidurPokoknya, kalau lo pengin tahu berita yang sangat hot dan membuatmu ketar-ketir. Buka radio sekolah sekarang
Eh nanti deng, lima menit lagi baru mulai. Lo dengerin dengan seksama ya bosku, biar tidak salah menangkap informasiMasih jaman apa denger-denger
Kasih tau lewat lo kenapa, sih. Kok nyusahin handsome boy terusMonmaap anda adalah fakboy bukan handsome boy
Lo tuh harus usaha dong, ini demi niat lo untuk mengejar Sherina lagi yang sudah tidak mengharapkanmu kembali
Berjuang, FakboyFan
Apa?
Lo jangan kebanyakan bacot, nanti nggak ada yang mau loh
Kamu juga kebanyakan bacot to Kak Reno
Tapi gue berfaedah
Sama sekali enggak, Kak
Udah ah, pokoknya kalau mau sampai mana lo bisa memperjuangkan Sherina My Bestfriend, dengerin radio sekolah
Gue mulai siarannya
Kakak atlet bulu tangkis yang besok mau final, dengarkan suara merduku, ya!!!Iye
Reno cepat-cepat membuka aplikasi bawaan dari ponselnya, mencari kanal radio sekolahnya yang tak butuh waktu lama langsung terhubung itu. Saat suara Fani mulai terdengar, laki-laki itu langsung menyumpal kedua telinganya dengan earphone, tidak sabar berita apa yang ingin diceritakan oleh sahabat Sherina itu, yang bisa membuatnya terguncang.
"Kak Reno! Tolong ambilin minum! Arumi kepedesan!" Andini yang malam itu cantik sekali menggunakan terusan bunga-bunga selutut menggoyangkan lengan Reno berkali-kali, sangat khawatir jika dilihat dari air mukanya.
"Kakak lagi dengerin radio, Ndin," kata Reno kemudian, sudah ada niatan tak menjawab banyak.
"Yaudah, kakak ambil minum, ya. Aku yang dengerin radio, nanti kalau ada informasi apa aku kasih tahu ke Kakak. Tanganku nggak sampai mau ambil gelas di rak." Kakak si kembar itu bingung kenapa Andini dan Arumi sangat berkebalikan.
Reno akhirnya mengangguk, langsung memasangkan earphone ke telinga adik paling bungsunya. Sebelum benar-benar pergi ke dapur, laki-laki itu sempat melihat Arumi batuk-batuk hebat di meja depan televisi, entah benar atau hanya berpura-pura.
Tanpa disuruh pun, akan langsung diberikan segelas air putih kepada anak menyebalkan bernama Arumi itu. "Belum ada 100 meter kok ngaku udah gede.""Kak, ini yang siaran siapa? Suaranya enak banget, nggak cempreng dan dilebih-lebihkan kayak yang biasa didengerin Mama," Andini berceletuk tak menunggu lama.
"Temen kakak. Kak Reno nyuruh kamu nyari informasi loh, Ndin."
Ringisan lebar langsung diperlihatkan Andini kemudian. "Iya, iya. Tadi temen kakak ngomong kalau mau baca yang titip salam dulu, terus bilang gini, Kak, 'Kita baca dari yang titip salam paling bawah dulu, ya. Katanya, salam buat Sherina Iswari Nadindra, yang dapat panggung solo pas pentas kemarin, anak cantik dari kelas XI IPA 1, semoga tidur nyenyak dan mimpi indah, ya.'
"Terus ya, Kak. Yang siaran tiba-tiba histeris, 'AIGUUUUUU, siapa ini yang titip salam, semoga Sherina tidur nyenyak dan mimpi indah, ya, sesuai permintaan Hyung Secret Admirrer.'" Andini masih terus berceloteh, memberitahukan apa saja yang anak usia delapan tahun itu dengar.
Meski kemudian, Reno melepas earphone yang menancap di telinga adiknya, langsung terduduk kemudian. "Eh, kenapa, Kak?"
Yang lain, yang berwajah tak jauh beda langsung menghampiri kedua saudaranya itu. Arumi tak bisa santai, menepuk-nepuk keras pipi Reno yang sudah menundukkan kepala.
"Arumi sama Andini."
"Iya, Kak, kita di sini. Kenapa?"
"Kalian punya rekomendasi lagu buat orang yang lagi patah hati? Yang paling ambyar pokoknya." Tiba-tiba sekali.
"Yang lagi patah hati Kakak?"
"Ya masa kamu, sih, Ndin," sergah Arumi tak tanggung-tanggung.
Andini mengangguk, terlihat berpikir kemudian. "Meskipun aku nggak tahu penyebab Kak Reno patah bati, tapi lagu Dalan liyane patut direkomendasikan banget kalau suasana hati seseorang lagi nggak bagus," katanya terlampau serius.
"Tapi saran aku yang versi DJ apa nggak remix-nya, Kak. Biar patah hatinya tersamarkan, meskipun tetep dapet kesan sakitnya." Arumi memberi saran yang lain.
"Siap, makasih adik-adiknya Kakak. Kakak mau ke kamar dulu, ya."
"Hwaiting, Oppa!" Saudara kembar itu mengucapkannya bersamaan.
Reno mengirimkan lagu itu kepada Fani agar diputar, sesuai saran dari kedua adiknya. Kemudian sibuk membuka aplikasi berbalas pesan, mencari kontak yang bisa dihitung jari saling berkabar. Mengirimi banyak pesan pada Sherina, tidak tahu atas dasar apa Reno melakukan demikian.
Sampai larut, laki-laki itu tak bisa tidur, memikirkan siapa pengirim salam untuk Sherina sampai kepalanya sakit, sampai lupa jika ada pertandingan final esok harinya.
Pertandingan paling penting dan ditunggu-tunggu banyak orang, rasa bangga dan jawaban penantian dari banyaknya pertanyaan hasil seperti apa yang akan didapat. Reno melupakannya.
*
Aku, sih, gitu.
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa berikan vote dan komen!
— August 10
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Kompliziert (✓)
Fiksi RemajaSherina Iswari Nadindra menyukai banyak hal. Pintar, untuk masa lalunya, sebuah pengecualian. Sesuatu yang membuat hatinya menghangat, perempuan berambut panjang itu belum bisa berpikir panjang. Namanya Reno Abirahasa, tubuhnya jangkung dan besar...