BAGIAN EMPAT PULUH TIGA

16 3 0
                                    

SEPULANG dari pantai, aku melemparkan tubuhku dikasur. Menghidupkan kipas angin yang terletak dimeja kecil samping kasurku. Menikmati sejuknya angin yang membuat rambutku melayang-layang.

Aku merubah posisi tubuhku menjadi tengkurap. Menyembunyikan wajahku dibantal. Seraya memikirkan kenangan yang dibangkitkan oleh Dirma beberapa jam lalu.

Fajar

Jadi, dia yang membuatku pingsan saat itu.

Lalu aku kembali terlentang dan menatap atap kamarku sendiri.

Gelap.

Segelap ingatanku mengenai Fajar dimasa lalu.

Kuraih ponsel yang tergeletak disebelahku bersamaan dengan masuknya sebuah pesan masuk.

Aku berjengkit kaget dan segera bangkit. Mendelik tajam membaca si pengirim pesan tersebut.

Fajar : Ntar malam gue vc angkat ya

"Hah?! Ngapain?" jeritku tertahan seraya membekap mulutku sendiri.

Tanpa banyak berpikir langsung kubalas pesannya.

Zella : Gabut lo? [Delete]

"Salah goblok! Masa mau nanya malah jadinya kayak gini!"

Zella : Ada apa ya? [Delete]

"Kok kesannya sok akrab banget?" aku menjambak rambut frustasi. Gemas sendiri rasanya ada disituasi seperti ini.

Zella : Ngapain?

"Nah ini baru bener! Nggak jadi goblok gue hehe." aku menggigit jari telunjukku kuat. Tidak memperdulikan rasa sakitnya yang terpenting aku bisa membuang kegelisahan ini!

Ting

"Kaget gue!" aku segera melihat balasannya.

Fajar : Gue ada temen yg pinter fisika

Sontak bibirku merosot ke bawah. Tidak mengerti apa yang dimaksud Fajar didalam pesannya itu. Untuk apa dia memberitahuku kalau dia memiliki teman yang pintar fisika?

Zella : Ngapain?

Fajar : Besok materi ujian lo kan fisika, mau bantu aja🙄

Zella : Ngapain?

Fajar : Tanya itu lg gue tembak lo

"Eits! Selaw bro." aku terkekeh membaca balasan pesannya. Apa katanya? Tembak? Aku mati dong?

Zella : Iya ngapain bantu gue🤔

Fajar : Karna Dirma lo pilih fisika buat mapel pilihan ujian jd gue yang mau bertanggung jawab

Benar. Yang ditulis Fajar dipesannya memang benar. Karena ulah Dirma aku terpaksa memilih materi fisika di ujian pilihanku.

"Zella Anurtika." panggil Bu Venty menatapku tajam, "Kamu pilih mapel apa?"

Aku yang sibuk merebut buku tulisku dari Dirma tidak menyadari perkataan beliau.

"Balikin buku gue!"

Dirma menarik buku tulisku lebih kuat, "Pinjem bentar dih!"

"Balikin! Lo salah pinjem buku!"

Dirma berhasil merebut bukuku. Padahal tadi dia meminta buku sejarah tapi mungkin ia buta mata jadinya malah yang diambil buku fisika.

"Lah ini buku apaan?" tanyanya dengan wajah cengo.

"FISIKA!" teriakku sudah kesal setengah mati. Langsung kurebut bukuku dari tangannya. Mataku mendelik tajam ke arah Dirma.

"Untuk Zella, mapel fisika."

Tubuhku menegang. Perlahan aku menoleh ke arah Bu Venty. Kurasa ada kesalahan.

"Bu, saya nggak milih fisika!" teriakku segera bangkit berdiri menghampiri meja guru itu tapi lenganku dengan cepat dicekal oleh Dirma.

"Udah lo fisika aja. Jangan ikutan gue milih biologi dong. Nggak punya prinsip!"

"Dirma anjing!" umpatku tertahan yang hanya bisa didengar oleh Dirma saja. Sedangkan Dirma hanya terbahak melihat penderitaanku karena telah memilih fisika sebagai mapel pilihanku untuk ujian nasional. Sial!

Mengingat kenangan itu membuatku mendecak sebal. Lalu aku teringat akan pesan Fajar yang belum kubalas.

Zella : Oh gitu tapi lo gak perlu repot

Fajar : Guenya aja mau repot knp lo gak?

Haish! Aku menghela napas berat. Entah apa yang diinginkan Fajar dariku. Sikapnya ini terlalu membuatku kelimpungan. Tidak ingatkah dia tentang kejadian kemarin? Tidakkah dia merasa malu padaku?

Zella : Emang siapa temen lo itu?

"Eh kok gue malah nanya itu?!" aku merutuki kebodohanku sendiri. Seharusnya aku tak usah menanyakan hal itu padanya. Pasti Fajar berpikir yang tidak-tidak tentangku.

Fajar : Lo bakal tau ntar malem Lala🙄

Zella : Padahal gak usah repot Jar

Fajar : Bilang aja seneng dideketin sm mantan🙄

"Sialan emang nih cowok!"

Tanpa bisa kutahan, pipiku bersemu merah. Bahkan sampai sekarang aku tidak percaya kalau kami sudah putus. Rasanya masih sama suasananya. Masih beradu mulut, masih berjauh-jauhan.

Zella : Kok gue? Lo kali yg seneng😒

Fajar : Kalau gue bilang seneng ntar lo salto🙄

Zella : Andai gue dibolehin berkata kasar😃

Fajar : Kasar

Zella : Ini serius lo mau bantuin gue?

Fajar : Serius mau sayang lg sama kamu

Zella : Anj:')

Fajar : Kasar lo🙄

Zella : Lo yg bikin gue kasar!

Fajar : Yauda gue lembutin pake cinta

Zella : Anj(2):')

Aku segera menonaktifkan data selulerku. Tak tahan rasanya dipermainkan oleh Fajar yang sungguh kelewat brengsek itu. Aku menahan napasku sejenak.

"Awas lo nanti malam, Fajaaar!" teriakku menggema diruangan kamarku yang senyap sepi.

-<<<FAJAR>>>-

FAJAR [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang