12. Uh... 🌈

24 6 7
                                    

ㅎㅎㅎ
♥️ Happy Reading ♥️
.
.
.
.

“Udah Bel, nangisnya udahan yah.” Tina menenangkan Abel yang berada di dekapan Langit.

Mereka sekarang duduk di kursi Langit, Lean, Agam dan Julian tadi. Sekarang bertambah Tina dan Abel yang saat ini masih menyembunyikan wajahnya di dada sandarable milik  Langit.

Langit hanya diam, sesekali mengelus rambut tergerai Abel. Membiarkan gadis itu menangis sepuasnya. Mungkin Abel masih syok karena menampar Oliv tadi. Bukan kebiasaannya sekali bermain tangan dengan seseorang.

Bagaimana dengan cewek itu?, batin Langit namun segera dienyahkan oleh siempunya.

“Bel, Bel. Lo yang nampar, lo yang nangis,” kekeh Agam yang dibalas tatapan datar Langit. Agam langsung kicep tak berani melawan. Julian tertawa kecil.

“Mau sampe kapan Bel kayak gitu. Makin banyak orang dikantin Bel, gak malu?" ucap Lean. Nah ini baru komen waras.

“Sudah Bel.” Langit menegakkan badan Abel agak tidak bersandar lagi padanya.

Memberikannya es tehnya yang tadi belum sempat dia minum. Abel meminumnya dengan masih sesenggukan, Tina mengusap punggungnya menenangkan.

Abel menatap kedepan, tepatnya menatap sesorang yang ternyata berada didepannya.

Ah kenapa dia lupa sih, dimana ada Langit disitu pasti ada Julian, Lean dan Agam.  Abel jadi gelisah sendiri, kenapa dia harus lupa dengan keberadaan Julian. Abel tidak ingin cowok itu berpikiran macam-macam tentang Abel.

Bagaimana nanti jika cowok itu menjauhi Abel karena Abel sudah seperti orang yang berpacaran dengan Langit. Tanpa sadar Abel menghembuskan napasnya gusar.

“Kamu kenapa Bel?,” tanya Tina. Tina sedari tadi heran, tadi Abel menangis tapi tiba-tiba langsung seperti orang yang salah tingkah.

Julian yang sedari tadi di depan Abel tidak perduli dengan keadaan sekitar, setelah menghabiskan baksonya Julian membuka instagram.

Men-stalk akun Ig mantannya yang semakin cantik saja menggunakan akun fake. Karena akun instagramnya sudah di blok cewek itu. Sungguh kejamnya penyesalan.

Agam menggeplak bahu Julian membuat Julian terlonjak kaget, “Anjing,” ucapnya sembari mengelus dada.

Lean ikut kaget mendengar teriakan Julian. “Weh, napa sih lo berdua. Gak bisa banget nyantai,” ujar Lean dongkol dengan Agam yang sedari tadi banyak bertingkah. Dan jangan lupakan umpatan Julian yang mengagetkannya, untung saja bakso dimulutnya tidak muncrat keluar.

Agam tanpa rasa bersalah semakin tertawa terbahak-bahak. Habisnya, nge-stalk mantan mulu. Hidup itu harus punya prinsip dong. Yang lalu biarlah berlalu, punya pacar terus putus ya cari lagi.

“Ih Jul, mulutnya.” Tina menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir dengan Julian. Suka ngumpat ih.

“Apa lo! Gak suka? Pergi sana.” Julian sewot.

“Ihh, Julian jahat. Ayo Abel kita ke kelas.” Tina menarik lengan Abel agar Abel berdiri.

Abel diam mengikuti Tina. “Aku duluan semua,” ucapnya pada Langit, Julian Agam dan Lean yang dibalas deheman oleh mereka. Ini kenapa mereka jadi ketularan Langit semua sih.

Abel dan Tina berpapasan dengan Oliv saat akan kembali ke kelas. Sepertinya Oliv akan kembali  ke kantin. Oliv memandang sinis mereka berdua, tentu saja hal itu lebih dulu dilakukan oleh Tina saat netra gadis itu menemukan radar Oliv.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Queen BTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang