Tak menyangka jika Beomgyu harus menggigit lidahnya sendiri. Cap lelaki baik agaknya hilang pada sekon ini. Jika saja ia memberitahu sang leader yang mana Soobin mendengar segala prinsip sebagai 'lelaki baik'-nya Choi Beomgyu. Ia akan berusaha mengatupkan bibirnya rapat-rapat, biar saja mulutnya akan dilak oleh dirinya sendiri. Pasalnya tanpa berpikir panjang, daksanya kini sudah bertandang ke kediaman seorang gadis yang tinggal seorang diri.
Ya, tak perlu dijelaskan lagi bahwa ia tahu jika bertandang masuk ke rumah seorang gadis yang seorang diri bukanlah tindakan yang baik. Sebab ia merupakan salah satu pengemuka frasa tersebut. Benar-benar, hal ini pun di luar dugaan. Alih-alih mengantarkan Jira ke apartemen malah berakhir bertamu. Sebenarnya, ia bermaksud memastikannya baik-baik saja.
Rasio dan intuisi memang tak pernah bisa diajak berkompromi, mereka saling berargumen demi mengungguli. Nadir rasanya mereka bisa satu jalur.
Tubuhnya sedikit beringsut menciptakan suasana rikuh seorang diri mencair. Manik matanya menyebar ke setiap sudut ruangan hingga pandangannya bersirobok mendapati eksistensi sang pemilik apartemen yang sudah berpenampilan bersih, tak seperti tadi di manakondisinya kacau—aroma peach khasnya saja kalah dengan bau tomat busuk yang menutupi aroma tubuh.
Beomgyu terhenyak tatkala kurva manis terpatri di paras gadis jelita. Degupan jantungnya bertalu dinamis tak seperti biasanya. Sial, ia mulai jatuh hati kembali. Perasaannya tak bisa memudar secara instan, butuh waktu. Mengingat ia bersikukuh memperjuangkan cintanya kendati harus melawan karibnya sendiri pun tak masalah. Terserah jika mayoritas menganggap itu salah. Setidaknya sebelum janji suci dirapalkan oleh kedua insan, maka ia masih memiliki kesempatan untuk mendapatkannya. Bukan begitu?
Sebelum mindanya semakin kacau, lantas Beomgyu menyesap teh hibiscus yang disajikan sang tuan rumah. Penghidunya menghirup aroma yang membuatnya relaks. Kontan degupan jantungnya pun kembali normal.
"Bagaimana? Enak? Maaf ya, seleraku seperti kakek-kakek," ujar gadis Ahn dengan tatapan binarnya memudar sendu pada saat meloloskan penggalan kalimat terakhir.
Lekas Beomgyu menyangkal, "Enak, kok. Ini minuman yang paling enak yang pernah aku minum. Lalu tidak, tidak seperti kakek-kakek. Justru ini minuman sehat."
Ya, sepenuhnya ungkapan Beomgyu tak bohong, memang benar adanya alih-alih sekadar pelipur. Namun, ia tak bohong. Rasanya enak-enak saja.
Seketika maniknya berbinar menemukan presensi kucing ras Persia dengan perpaduan bulu abu-abu dan hitam yang lebat juga hidung pesek khasnya tengah berjalan ke arahnya. Lantas, ia memanggil. Sayang, langkah kecil si buntalan lucu itu berbelok ke arah sang majikan, mengabaikan kehadirannya. Beomgyu merasa sakit hati kucing peliharaan Jira saja menolaknya, apalagi Jira sendiri.
"Maaf, ya, sepertinya ia tak suka dengan orang lain. Bahkan, kakakku sendiri saja tak disukainya," ungkap Jira merasa bersalah seraya mengelus Bitzy di pangkuan, memanjakannya.
Ternyata ia kucing yang angkuh.
"Tak apa," ujarnya, lantas lengannya terulur hendak mengelus lembutnya Bitzy. Namun, lekas ditampik sang buntalan lucu itu. Beomgyu terkekeh. "Apa ke Yeonjun juga sama seperti ini?"
"Ah, iya, kecuali kepadanya. Hanya Yeonjun orang asing yang bisa bermanja-manja dengan Bitzy. Ia sudah tahu jika Yeonjun datang, maka langsung meminta dimanja. Di kehidupan sebelumnya mungkin ia seorang kucing," ungkap Jira antusias.
Sementara Beomgyu hanya merespons dengan senyuman rikuh. Ternyata ia bisa seantusias itu menceritakan Yeonjun, ia merasa semakin jauh untuk bisa menggapainya.
"Beomgyu-ya, kenapa kau bisa ada di sana?" tanyanya mengubah topik baru dalam konversasi. Sebenarnya, selama di perjalanan pun ia benar-benar sudah gatal ingin bertanya hal kecil ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE • Choi Yeonjun
Fanfic[COMPLETED] ❝ Bagiku kau bukan seorang idola, kau hanya seorang Choi Yeonjun. ❞ [Diharapkan FOLLOW sebelum baca^^] ©2020 by karsalara #3 fiksipenggemar [22/8/21] #4 fanfiction [13/6/21] #5 idol [12/6/21] #14 romance [13/6/21]