Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
[*****]
Saat memasuki GOR, Ayumi disambut dengam teriakan Pak Asep yang memanggil namanya, "Ayumi Kartawijaya!"Murid-murid yang lain pada sibuk menoleh ke sana ke mari untuk mengetahui keberadaan si pemilik nama. Ayumi masih bersyukur tidak disambut dengan kemarahan Pak Asep.
"Iya, Pak. Saya di sini!" teriak Ayumi dari pintu masuk. Tangannya terangkat ke atas agar Pak Asep melihatnya.
"Cepat masuk!" perintah Pak Asep tanpa basa basi.
Ayumi berlari menuruni anak tangga. Sebenarnya aneh, kenapa di SMA Bineka banyak tangganya? pikir Ayumi. Banyak tangga mini yang diperkirakan hanya memiliki tujuh anak tangga saja. Bahkan tiga atau empat anak tangga. Membuat murid-murid harus berolahraga setiap harinya.
Dewa memberikan raketnya kepada Ayumi. Sepertinya dia telah melakukan tes. Dengan permainan bulu tangkis yang cukup berat pastinya. Terbukti dari keringat yang bercucuran di dahinya. Dewa pasti berusaha dengan keras.
Ayumi memasuki lapangan dengan langkah pasti. Walau masih dengan napas yang memburu dan keringat yang menetes. Biarlah, itung-itung pemanasan, begitu pikir Ayumi.
Jika mengenai bulu tangkis, Ayumi merasa percaya diri. Sedari kecil dia sudah berlatih bulu tangkis dengan ayahnya. Jadi bukan hal aneh lagi baginya.
Tak masalah, Ayumi tak perlu melakukan latihan sebelumnya. Bisa dibilang, dia sudah ahlinya.
Ayumi berasumsi dalam hati, Untung aja, pas. Pas aku datang, pas juga Pak Asep manggil nama aku.
Ayumi bermain bulu tangkis dengan riang. Walau sudah capai berlari. Sepertinya tidak ada kata capai untuk bulu tangkis. Tidak ada dalam kamus Ayumi.
Permainan berjalan seru. Para penonton-teman-teman sekelas-yang melihat juga merasakan tegangnya. Walau lawan Ayumi kali ini cukup 'berbahaya' dan tidak bisa dianggap remeh. Namun, nyatanya Ayumi dapat mengalahkan Ina-lawan mainnya.
Ayumi tenang sekarang. Nilai akhir sudah aman. Otomatis Pak Asep akan langsung menandatangani kertas nilai Ayumi. Sudah tentu nilai Ayumi melewati nilai KKM.
Ayumi mendekati Hana yang sedang duduk manis di pinggir lapangan. Tepatnya di undakan tangga yang teratas. Ayumi heran, Kenapa nih? Jarang-jarang dia manis kayak gini.
Saat tubuh Ayumi sudah di samping Hana. Bersiap akan duduk. Hana berdiri menjauhi Ayumi. Mengambil air mineral yang ada di meja depan.
Hana duduk kembali dan menyodorkan botol tersebut kepada Ayumi. "Kenapa sih, Han? Tegang banget," ledek Ayumi.
Hana terdiam. Dia lebih memilih menatap ke arah lapangan. Oh, iya! Ayumi baru sadar. Bulu tangkis ini salah satu kelemahan Hana. Makanya dia seperti itu.
"Tenang, Han! Tarik napas ... buang! Tarik napas ...!" Ayumi berusaha membuat Hana yakin, bahwa Hana bisa. Ayumi terus membuat Hana rileks.
"Ingat latihan waktu itu, Han!" kedua tangan Ayumi memegang pundak Hana. "Kamu pasti bisa! Kamu hebat! Ingat kata-kata aku!" ucap Ayumi berusaha memberi kekuatan.
Hana mengangguk sebentar sebelum melangkah memasuki area lapangan. Karena Pak Asep telah memanggil namanya.
Baru juga lima langkah. Hana terdiam dan menoleh, "Pokoknya nanti lanjutin, ya!" pinta Hana.
"Oke," jawab Ayumi singkat.
[*****]
Ayumi pulang seperti biasa ditemani oleh Hana naik angkot. Karena kakaknya sedang menemani ibu belanja bulanan. Sedangkan ayahnya belum pulang dari kantor.
![](https://img.wattpad.com/cover/228684054-288-k897506.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayumi Angkara
Teen FictionAyumi membenci seorang murid pindahan yang berstatus sebagai adik kelasnya. Dia selalu risih ketika sosok tersebut hadir di hadapannya. Sialnya, Ayumi tidak dapat menghindar karena kelas mereka bersebelahan. Akan tetapi, hati selalu berkata lain, se...