40. keputusan

6.4K 501 30
                                    

Jangan lupa vote sebelum/sesudah membaca cerita ini usahakan untuk komen dan follow akun author eca_saf

Terima kasih
&
Selamat membaca

Jafran Pov

Hari ini menjadi hari terburuk dalam sejarah hidup seorang Jafran, iya aku. Dimana aku harus dibuat memilih antara dua pilihan, memang keduanya mempunyai visi yang sama yaitu bertanggung jawab. Bedanya jika aku memilih keputusan bersama putri maka aku harus siap ditinggalkan oleh istri dan anakku, tapi jika aku memilih istri dan anak maka aku akan di cap sebagai pecundang oleh mereka keluarga putri. Bahkan lebih parahnya kelurga putri mengancam melaporkan ku kepada pihak yang berwajib.

Teguran dari komandan? Itu sudah menjadi makananku setiap hari. Nama yang semula baik dikesatuan sudah sangat buruk, prestasi yang selama ini aku raih diakademi militer seketika hancur lebur hanya karena satu kesalahan yang aku sendiri kurang paham dimana letak kesalahannya.

Jangan tanyakan bagaiman kelanjutan nasib ini, karena aku sendiri tak tahu apa yang akan terjadi hari ini dan esok. Semua sudah aku serahkan kepada yang diatas, ia yang maha mengetahui segalanya.

Tugas aku hanya mempersiapkan diri kalau-kalau aku dipecat sebagai abdi negara aku harus tetap bisa mempertahankan hidupku dan keluargaku. Ditambah lagi Ammera, dia sedang hamil besar tak tega rasanya kalau dia merasakan kesusahan akibat ulahku. Selama ini aku belum bisa membahagiakannya, dan tekad ku sekarang sudah bulat apapun yang terjadi Ammera dan anak-anak harus hidup bahagia tanpa kekurangan apapun walau nyawa diriku harus menjadi taruhannya.

Hari ini, dikediaman ku. Lebih tepatnya rumah dinasku bersama Ammera, dihadapan komandan, orang tua, mertua, dan keluarga putri aku akan mengatakan keputusanku. Keputusan yang sangat sulit untukku.

"Jadi bagiamana Jafran?!" Tanya Ayah dengan nada yang dibuat setenang mungkin.

Jika kalian ingin tahu, semenjak kepergian Ammera dan Faza dari rumah aku dan ayah layaknya orang asing jika bertemu. Beliau sama sekali tak mau menyapaku, untuk melihat wajahku saja beliau enggan. Aku sadar, kesalahan ini sangat fatal, janjiku kepada ayah untuk senantiasa membahagiakan anak dan cucunya belum bisa aku tepati yang ada aku hanya menorehkan luka terus-menerus hingga kepada titik terdalam.

"Saya akan bertanggung jawab kepada anak yang dikandung putri. Tapi maaf saya tidak bisa menikahi putri secara hukum maupun agama, saya hanya akan bertanggung jawab kepada anak yang dikandungnya saja!" Ucapku tegas dengan nada penuh penekanan.

"Lalu bagaimana dengan nasib kedepannya Jafran? Bagaimana nasib anak saya kedepannya?" Tanya ayah putri.

"Maaf pak saya sudah punya istri dan anak yang sudah seharusnya saya prioritaskan. Saya tidak bisa menikahi putri karena saya tidak ingin mengkhianati pernikahan saya, juga saya taat kepada aturan militer untuk mempunyai istri satu saja. Untuk kejelasan anak yang saat ini dikandung putri, saya siap menjadi walinya. Jika putri, bapak dan ibu mengizinkan saya akan mengadopsi anak yang dikandung putri, saya berjanji akan membesarkan dan merawat anak itu dengan istri saya tanpa membeda-bedakan anak saya dengan yang lainnya"

Semua diam. Terbungkam dengan jawaban panjangku.

Sulit memang menerima semua ini, tapi ini lah keputusan yang aku ambil. Keputusan yang selama tiga hari ini sudah aku pikirkan matang-matang. Keputusan yang membuat aku dilanda dilema. Keputusan yang nantinya aku harap bisa memperbaiki hubungan aku dengan Ammera. Keputusan yang menjadi jalan keluar dari masalah pelik ini. Keputusan yang terbaik untuk semuanya.

"Saya tidak terima! Kamu sama saja mempermainkan anak saya! Kamu pikir anak saya pelacur hah?!"

"Maaf pak izin menyela, saya setuju dengan keputusan anak saya. Bagaimana pun Jafran sudah berkeluarga, Jafran juga seorang tentara yang terikat dengan peraturan militer. Untuk masalah nasib putri kita tidak bisa menggantungkan semuanya kepada Jafran, putri juga salah dalam hal ini. Seandainya anak bapak bisa menjaga dirinya dan memulai hubungan yang sehat, perihal seperti ini tidak akan terjadi" ucap papah.

No! Papah tidak sama sekali bermaksud membelaku, sejak masalah ini meledak papah seperti menaruh dendam kepadaku. Tak henti-hentinya ia memukuli aku saat aku memilih pulang ke rumah papah. Aku tahu papah dan ayah adalah dua laki-laki yang sangat aku kecewakan, dan aku pantas mendapat perlakukan seperti itu.

"Tapi seharusnya kalian juga berpikir bagaimana dengan kelanjutan anak saya bukan hanya bayinya saja. Kalian pikir saya tidak bisa membesarkan bayi itu? Saya juga bisa!"

"Bapak tidak bisa memaksakan kehendak bapak kepada saya sepenuhnya. Yang mempunyai hubungan itu putri dan Ricki bukan saya, anak yang dikandung putri pun anak Ricki bukan anak saya. Apakah pantas bapak memaksa saya untuk bertanggung jawab sedangkan saya sendiri tak tahu dimana letak kesalahan saya. Saya memang merasa mengenalkan putri kepada Ricki tapi hubungan terlarang itu semua diluar dari kendali saya. Saya putuskan untuk bertanggung jawab kepada putri saat ia mengandung sampai melahirkan selebihnya saya hanya akan mengadopsi bayinya saja, tidak untuk menikahi."

Ayahnya putri bungkam. Beliau pun sadar anaknya tak lebih baik, bahkan terlihat jelas masalah ini murni bukan kesalahan aku melainkan putri sendiri yang menciptakannya. 

"Jadi bagaimana pak? Bapak terima dengan keputusan Jafran atau tidak?" Ucap salah satu komandanku yang menjadi saksi dari persidangan siang hari ini.

"Hahhh... Baiklah saya terima keputusanmu Jafran"

"Pah! Lalu bagaimana dengan putri?" Tanya Mbak Dina, yang sejak awal tak menyukai aku juga keluargaku.

"Dina, kita tidak bisa menyalahkan Jafran sepenuhnya. Jafran mau bertanggung jawab terhadap anak yang dikandung adikmu saja sudah syukur, papah tidak ingin memperpanjang masalah ini. Papah menghargai keputusan Jafran dan menghargai aturan militer jadi saya ucapkan terima kasih kepada nak Jafran yang sudah bersedia untuk bertanggung jawab kepada anak putri. Maaf saya dan keluarga telah menyerat nama kamu kedalam masalah ini"

Semuanya menghela nafas lega. Senyum tercetak di setiap bibir orang-orang yang saat ini melihat bangga kepadaku. Bahkan kedua atasanku pun menepuk pundakku memberi kekuatan.

"Saya dan keluarga mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada Jafran dan keluarga juga seluruh warga Asrama disini yang sudah merasa dirugikan akibat ulah anak saya. Saya malu, saya sadar gagal menjadi ayah yang baik dalam mendidik dan menekankan akidah kepada anak saya. Saya juga berterima kasih kepada Jafran dan keluarga yang senantiasa mau bertanggung jawab dengan anak putri nanti, juga berterima kasih kepada semua bapak dan ibu warga Asrama yang mau membantu meluruskan masalah ini. Sekali terima kasih dan maaf yang sebesar-besarnya" ucap ayah putri.

Ya, memang sudah seharusnya seperti ini mungkin.

Tapi aku sangat bersyukur seluruh warga Asrama masih mau berbaik hati memaafkanku, terutama keempat orang tuaku yang kini malah menatap aku bangga. Bangga dengan hasil keputusanku. Sebagian dari mereka malah mengucapkan selamat karena telah menjadi prajurit yang taat kepada aturan dan berani mengambil keputusan terberat, padahal aku sangat malu ketika mereka malah bersikap seolah-olah aku ini tak bersalah.

Kini masalahku hanya satu. Memperbaiki kembali hubungan aku dengan Ammera, perempuan yang selama ini menjadi tonggak sejarah masa depan ku.

TBC

Dipart ini dan part2 sebelum/sesudah nya aku mau minta maaf kalau ada yang kurang suka atau merasa tersinggung dengan setiap kalimat nya. Jujur aku itu orang awam yang ga tau apa-apa soal militer, tiba-tiba terperosok kedalam haluan dunia loreng dan berimajinasi untuk meluncurkan suatu karya bertema abdi negara. Aku masih banyak belajar dari google, orang-orang sekitar juga kalian para readers yang selalu setia berkomentar dan mengoreksi karya ku.

Jadi jangan bosen-bosen untuk mengingatkan aku kalau aku salah menyantumkan istilah. Aku senang kepada kalian yang suka mengoreksi karya ku, dengan begitu aku bisa kembali mempertimbangkan kekurangan dari karya aku. Dan memperbaiki kesalahan ku.

Terima kasih sudah membaca, maaf jika ada kesalahan kata² dan penyebutan istilah dalam penulisan karya. Salam hangat dari author ✌️

Me And You Future ~ Sah Bersama Mu?? 2 (Completed)  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang